1. Aku dan Titan Wanita

340 28 10
                                    

[Y/n]'s POV

"Taki-kun?"

"Iya, sekitar jam 1 siang aku akan ke rumahmu."

"Aku mau ke festival dulu."

"Iya, tidak akan lama kok."

Aku melemparkan ponselku ke kasur. Ku lirik teman asramaku yang sedari tadi tengah membaca buku. Sejenak aku menggeleng takjub. Orang Jepang memang rajin sekali membaca buku.

"Akira-chan, aku berangkat dulu ya. Nanti jam 1 kamu langsung ke tempat Taki-kun saja. Aku akan langsung kesana," kataku sembari memakai jubah hijau dengan lambang sayap di punggung.

Gadis cantik itu mendongak. Ia mengangguk dan tersenyum manis tanpa mengatakan apapun. Entahlah, sejak aku pertama kali disini, ia memang jarang bicara.

Aku menyambar ponsel yang sempat ku lempar lalu memasukanya ke dalam tas. Cukup berat memang, karena aku perlu membawa laptop dan beberapa peralatan belajar kelompok nanti siang.

"Tch, aku mau ke festival atau sekolah sih," gerutuku sepanjang perjalanan menuju stasiun kereta.

Kurang lebih setelah 30 menit perjalanan, akhirnya aku sampai juga di depan gedung festival. Hari ini akan diadakan Attack on Titan Festival. Dan aku sangat tertarik untuk datang. Bahkan demi datang kesini, aku perlu memohon kepada teman-teman kelompoku supaya mengundurkan jam belajar kelompok.

Tentu saja mereka tidak senang mendengarnya. Namun akhirnya mereka mengijinkan juga. Mungkin karena aku dari Indonesia dan tengah mengikuti program pertukaran pelajar yang diadakan sekolah kami, sehingga mereka memperlakukanku dengan sangat baik. Atau karena memang mereka baik sih.

Saat memasuki gerbang festival, aku disambut dengan replika Titan Kolosal yang super besar. Mataku jelalatan kesana kemari sembari memotret hampir segala hal. Aku hanya berdoa semoga penyimpananku tidak penuh setelah ini.

"Huwaa Leviiiii!" teriaku pada seorang pria yang mengenakan Cosplay Levi.

Pria itu melambaikan tangan tanpa tersenyum. Mungkin menghayati peranya. Disampinya ada Eren, Mikasa, Armin, dan yang lainya. Aku benar-benar menahan diri untuk tidak meloncat dan memeluk mereka satu persatu. Banyak sekali foto yang kuambil bersama mereka. Aku tersenyum sangat puas.

Kali ini aku berjalan ke arah lukisan-lukisan yang terpajang di dinding. Beberapa ada yang tersandar di meja. Saat pertama kali memasuki ruangan ini, aku berpapasan dengan rombongan orang-orang yang memakai pakaian yang sama denganku. Dan sekarang? Entah mengapa aku berada di ruangan ini sendirian. Apa karena ruangan tempat lukisan berada di paling ujung? Entahlah.

Aku tak memperdulikan diriku yang hanya sendirian disini. Sebentar lagi pasti akan ada yang kesini. Lukisan demi lukisan ku tatap dengan bahagia. Tunggu sampai aku kembali ke Indonesia dan menceritakan semuanya pada teman-teman Weebs ku. Mereka pasti akan merasa iri.

"Ah Armin!" pekiku melihat lukisan penutup kepala Armin yang tengah di buka oleh Titan Wanita. Kuangkat ponselku untuk mengambil gambar.

Jelas sekali aku membaca tulisan "DON'T TOUCH!". Tetapi manusia semakin dilarang semakin penasaran bukan? Lukisan Armin ini adalah salah satu dari banyak lukisan yang tidak diberi bingkai kaca. Entah keberanian dari mana, tanganku dengan jahil menyentuh lukisan tersebut.

Lagipula, siapa yang tidak ingin menyentuh lukisan seindah itu?

Hal aneh terjadi saat tanganku bersentuhan dengan kanvas. Rasanya jariku tertarik ke dalam lukisan. Setelahnya kulihat cahaya terang yang begitu menyilaukan mata. Refleks aku menutupi mataku. Indra pendengaranku secara samar dapat menangkat suara mendekat. Ah, ada rombongan yang memasuki ruangan.

You're (Not) Real, Captain! | Levi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang