2. Malam Interogasi

186 29 1
                                    

Ku lirik jam di tangan kiriku, sudah pukul 8 malam. Taki-kun pasti sangat marah karena aku tidak menepati janji. Sebenarnya setelah kepergian Titan Wanita tadi aku ingin segera pulang. Tetapi Cosplayer Jean dan kawan-kawan melarangku.

Dan disinilah aku. Markas pasukan pengintai. Begitulah katanya. Cih.

Apa kabar teman-teman asramaku? Apa mereka mencariku? Alasan apa yang harus aku katakan pada teman-teman kelompoku? Ahh menyebalkan.

Ku rebahkan diri di kasur yang tidak jauh lebih empuk dari pada kasur manapun yang pernah kurasakan. Tetapi bisa dikatakan cukup nyaman untuk digunakan rebahan. Ku raih tas ransel tosca yang berisi alat-alat belajar kelompok. Tadi tas ini hendak diambil oleh para Cosplayers, tapi aku dengan keras melarangnya.

Kupeluk tas itu dan berusaha memejamkan mata. Ini adalah hari yang cukup panjang. Kapan mereka akan memperbolehkanku pulang?

Mataku terbuka saat mendengar pintu dibuka begitu saja. Di ambang pintu berdiri cowok yang kira-kira seumuran denganku. Ia tersenyum, lalu berjalan mendekat.

"Para pemimpin Survey Corps ingin bertemu denganmu," katanya.

Aku bangkit dan terduduk. Kutatap manik matanya lelah. "Armin, atau siapapun nama aslimu. Serius, besok aku harus sekolah. Kapan aku diperbolehkan pulang?"

Cowok itu tersenyum.

"Orang lain berpikir kau lupa ingatan karena ketakutan melihat Titan," bisiknya. Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Tapi entah mengapa aku tidak berpikir seperti itu. Lebih baik kau bergegas. Tentu kau tidak mau Kapten Levi-"

Ucapannya terhenti saat ada yang berjalan memasuki kamar. Seorang pria bermuka datar dengan tinggi lebih pendek dariku. Levi! Cosplayer Levi yang ini bahkan lebih sempurna dari pada yang kutemui tadi siang.

Rasa lelah di badanku seketika menghilang. Aku berdiri dengan antusias ke arahnya.

"Levi! Huwaaa, kau benar-benar mirip Husbando ku!" pekiku antusias.

"Husbando?" tanya Cosplayer Armin.

Segera aku anggukan kepalaku. "Bagaimana mungkin kau tidak tahu. Husbando ku itu Levi, Levi Ackerman!"

Armin nyengir tidak mengerti. Ia mengernyitkan dahinya, "Husbando itu apa?"

"Suami."

Seketika Cosplayer Armin menatapku dengan wajah syok. Sementara Cosplayer Levi mendorongku dengan keras hingga terpental ke dinding.

"Oi oi oi! Kau bahkan tak sopan sekali dengan pengunjung," gerutuku sembari berusaha menyeimbangkan diri.

"Aku bukan suamimu. Dan- ah Armin, segera bawa gadis gila ini ke ruang rapat."

Setelah mengatakan demikian, pria cebol itu berlalu dengan melayangkan tatapan menusuk ke arahku. Sialan. Padahal aku sudah memujinya, kenapa dia malah mendorongku.

"Sebaiknya kita segera ke sana- ergh (Y/n)? Namamu (Y/n) kan?"

Aku mengangguk singkat. Segera ku raih tas yang tergeletak di kasur. Yang terpenting saat ini adalah, tak peduli apapun yang terjadi, tas ini jangan sampai hilang atau terlepas dariku. Bisa-bisa aku dibunuh oleh teman-teman kelompok kalau sampai file yang ada di laptop hilang.

Kami berdua berjalan menyusuri lorong-lorong. Aku merasa perjalanan ini lama sekali. Dengan jalan yang berkelok-kelok, aku berani bertaruh bahwa aku mungkin akan tersesat jika berada disini sendirian.

Cosplayer Armin yang berjalan di depanku berhenti. Ia menatap sebuah pintu dan mengetuknya sebanyak tiga kali. Tak butuh waktu lama, pintu terbuka dan kami berdua dipersilahkan masuk.

Saat memasuki ruangan, seluruh pasang mata menatapku. Mereka mengenakan seragam Survey Corps sama sepertiku. Hanya saja tidak mengenakan jubah.

Apa mereka kira aku Cosplayer yang tidak bersedia melakukan pertunjukan? Dan ini adalah sidang pemutusan kontrak atau semacamnya? Yang benar saja.

Aku mendaratkan pantat di kursi yang ditunjuk Cosplayer Armin. Kutatap mereka satu persatu tanpa rasa takut. Owh ayolah, aku bahkan tidak mengerti mengapa aku harus berada di sini.

"Langsung saja, jadi (Your Complete Name), apa kau bisa bahasa Titan?"

Kualihkan menuju seorang pria beralis tebal diujung meja. Wajahnya yang tenang namun tegas menatapku meminta penjelasan.

"Saya tidak mengerti Bahasa Titan," jawabku jujur.

Cosplayer Jean nampak menggebrak meja tak sabar, "Bohong! Aku melihatnya berbicara dengan Titan. Kau melihatnya juga kan, Armin?"

Pria kejam yang tadi masuk ke kamarku menatap wajah Jean tajam. "Jangan bikin keributan bocah!"

"Itu bukan Bahasa Titan. Namanya Bahasa Inggris, kau bisa menggunakanya pada siapapun di dunia ini yang tidak mengerti bahasa mu. Masa begitu saja kalian tak tahu? Fix, kayaknya kalian sedang mengerjai aku," kataku dengan malas.

Hening. Tak ada yang bersuara satupun. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?

Keheningan yang sempat terjadi tiba-tiba terganggu oleh suara gebrakan meja. Wanita berambut coklat tua dan berkaca mata menatapku dengan berbinar. Ia menangkupkan kedua tanganya seakan-akan tengah memohon. Mulutnya terbuka begitu lebar hingga tak heran jika akan ada air liur yang keluar dari sana.

"Bahasa Inggris? Siapapun di dunia ini? Termasuk para Titan? Maukah kau mengajari ku? Ya ya ya ya?"

"Sudah kubilang jangan berisik. Hange!"ujar si pria ceb- emm tidak tinggi itu.

Setelah suasana kembali tenang, seseorang yang mengaku sebagai Komandan Erwin melanjutkan interogasi nya.

"Kau ada di Squad nya siapa? Aku telah bertanya pada Levi dan yang lain, tidak ada satupun dari mereka yang mengenalimu."

Aku mendengus kasar. "Squad? Apa lagi ini? Aku bahkan tidak tahu mengapa aku ada disini," keluhku lelah.

"Apa yang ada di dalam tas itu? Kau bahkan tidak memperbolehkan kami memeriksanya," ujar Armin.

"Tugas kelompok. Dan sebaiknya jangan ada yang menyentuhnya," jawabku.

Semua orang yang ada di ruangan ini saling memandang dengan curiga. "Kau? Apa kau mata-mata?"

Kuputar bola mata kesal, "Apa kau mata-mata? Apa kalian pikir aku akan mengatakan 'iya' jika aku benar-benar mata-mata? Kalian ini ada-ada saja."

"Lain kali tanyakan pertanyaan yang masuk akal, Hange!" tegur Cosplayer Levi.

Interogasi ku berlangsung sangat alot. Ini sudah menunjukan pukul 10 malam, dan mereka mengajukan terlalu banyak pertanyaan yang bahkan aku sendiri tidak bisa menjawab.

"Bisakah kalian biarkan aku pulang? Besok aku harus sekolah."

"Kami akan kirim surat ke sekolahmu dan mengatakan bahwa kau akan izin tidak masuk besok. Kau cukup tuliskan saja alamat sekolahmu,"kata Hange.

Komandan Erwin mengetuk meja dengan jarinya, "Kau nampak sangat lelah. Untuk saat ini kurasa cukup. Seperti yang kukatakan tadi, bahwa tas mu akan kami sita. Dan karena sepertinya kamu adalah anggota Survey Corps yang belum memiliki atasan, maka kamu akan berada di bawah komando Kapten Levi."

Aku mengangguk pasrah, "Asal jangan kau bongkar apapun yang ada dalam tas itu. Jangan dipotong, jangan sampai terkena air, janga- aawwww"

Seseorang yang mirip Kapten Levi berdiri dan menjitak kepalaku lumayan keras. "Kau sudah mengatakanya tadi bocah. Karena sekarang kau adalah orangku, maka besok kau harus membersihkan halaman belakang bersama Armin."

Setelah mengatakanya ia berjalan pergi meninggalkan ruangan tanpa ada rasa bersalah. Meninggalkan kekesalan di hati dan rasa sakit di kepalaku. Menyebalkan.

Jadi, aku harus menginap disini? Sampai berapa hari? Aku hanya ingin pulang.

You're (Not) Real, Captain! | Levi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang