Act 04: Bahaya Dari Luar Sedang Mengintai

831 72 12
                                    

Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto
High School DxD: Ichei Ishibumi
Marvel Comics: Stan Lee
DC Comics: Malcolm Wheeler-Nicholson
.
.
.
Pairing: Naruto x (Random)
Genre: Adventure, Action, Drama, Fantasy, Supernatural
Rating: M
Setting: High School DxD Universe
.
.
.
The Unforgiven Part I
By, azayofficial_
.
.
.
Act 04: Bahaya dari luar sedang mengintai
.
.
.
Naruto dan Azazel, kini mereka tengah menuju ke sebuah ruangan kecil persegi bernuansa perak. Pintu yang terbuat dari alumunium itu terbuka secara otomatis, di dalamnya hanya terdapat meja kecil dan dua kursi yang saling berhadapan. Tidak ada jendela maupun lubang di ruangan yang tak berventilasi itu. Sangat rapat bak ruang introgasi badan intelegensi internasional seperti MI6, CIA atau FBI untuk pelaku kriminal kelas dunia.

Baik Naruto maupun Azazel mereka berdua menanggalkan semua alat komunikasi berupa radio dan ponsel, mereka meletakan benda-benda itu di meja samping pintu masuk. Naruto dan Azazel memasuki ruangan itu dan pintu tertutup secara otomatis. Mereka mengambil duduk di tempat yang sudah disediakan, atmosfir di sekitar berubah tegang seraya tatapan dua orang itu yang semakin serius.

"Baiklah, apa yang kita bicarakan ini tidak boleh keluar dari ruangan ini," seru Naruto memecah keheningan.

"Dimengerti. Lanjutkan."

"Kokabiel tidak lama lagi akan mendeklarasikan Great World War jilid dua."

"Aku sudah menduga hal itu, Nar --- "

"Namun, ada kemungkinan terjadinya sesuatu yang lebih buruk dari deklarasi perang itu."

Suasana kembali tegang setelah Naruto mengucapkan kalimat itu.

"Kemungkinan apa?"

Naruto mendekatkan wajahnya, ia mulai berbisik, "Jika nanti dia berhasil memicu perang, di saat itu juga dia akan mengklaim dirinya sebagai dewa baru. Tapi, bukan itu kemungkinan terburuknya."

Azazel menyipitkan kedua matanya, ia merasa pembahasan ini mengarah kelangsungan perdamaian tiga fraksi.

"Lalu, apa kemungkinannya?" ujar Azazel, ia juga mendekatkan wajahnya.

"Saat aku melihat ke dalam ingatan Donnasiege, sekilas aku melihat tabir kegelapan yang sangat pekat. Namun, langsung menghilang. Tapi, aku merasakan peluang serangan dari luar tengah mengintai kita."

"Maksudmu Chaos Brigade?"

"Bukan, Azazel. Ini jauh lebih gelap, lebih kejam dan sangat tidak terduga. Aku berasumsi dia bisa menyerang kita kapan saja, bahkan saat ini." Wajah Naruto semakin menampakan keseriusan tingkat tinggi.

"Jika bukan karena Chaos Brigade, berarti serangan ini berasal dari mantan penguasa dimensi, Ophis. Dan untuk informasi saat ini yang kau sebut 'dia', aku berhipotesa keberadaan Great Red yang sangat mengancam. Benar?"

"Tidak, Azazel, kau tidak mengerti, kau salah. Bukan Great Red maupun Ophis yang menjadi kekhawatiranku. Dia... " Naruto menggantungkan ucapannya. Dari raut wajahnya menunjukan rasa horor dan kengerian yang luar biasa. Atmosfir ruangan kembali menegang, namun kali ini terasa lebih berat. Azazel sampai mengeluarkan keringat dingin dan tubuhnya sedikit bergemetar.

"Lonceng sudah dibunyikan dan dia sudah mendengarnya. Di dalam kegelapan, di antara bintang-bintang. Ding-dong, sang dewa sudah mati. Dia telah melihat kita dan dia tengah mengawasi. Dia lapar, dia menemukan kita dan dia datang."

"Si-siapa yang kau maksud, Naruto?" Azazel bingung, ucapannya tergagap dan tubuhnya tidak berhenti bergemetar.

"Mereka memujanya. Mereka menyembahnya sebagai dewa kuno. Satu kata yang akan menebarkan teror dalam mimpi burukmu, All Hail Darkseid."

Suasana ruangan kembali hening, aura di sekitar mulai melembut. Baik Naruto dan Azazel mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing mengenai ancaman berskala alam semesta tengah mengintai.

"Ka-kau yakin mengenai hal ini, Naruto?" seru Azazel, ia masih belum bisa mengendalikan reaksi tubuhnya.

"Kau pikir kau bisa menjelaskan asal-usulku yang terdampar ke dunia ini?" ucap Naruto yang membungkam mulut lawan bicaranya.

"Dengar, Azazel. Darkseid bisa saja menghancurkan planet ini dengan dua tangan di belakang dan satu mata tertutup. Dia bisa dengan mudah meratakan apa yang berdiri selama ini, apa yang sudah dibangun, rata dengan tanah sampai ke titik debu terakhir seperti meteor yang menghantan Bumi enam puluh lima juta tahun yang lalu, satu eon dari sekarang. Tapi, bukan itu bagian terburuknya. Bagian terburuknya adalah kau membantu dia," ujar Naruto sambil menunjuk Azazel tepat di kepalanya.

Azazel memejamkan matanya, ia menghirup udara untuk menenangkan dirinya. "Percayalah, Naruto, aku tidak akan berpindah haluan. Aku yang paling setia dalam perdamaian ini."

Naruto berdiri, ia melenggang menuju pintu yang masih tertutup, "Kita lihat saja, Azazel. Menurutmu, Ramses masih memihak kemanusiaan dan menganggap Moses sebagai saudara setelah ia mengetahui kalau sahabatnya adalah seorang Yahudi? Atau setelah Pharaoh mati? Kita lihat saja. Iblis tidak datang dari dunia di bawah kita. Tidak, mereka datang dari dunia di atas kita."

Azazel menangkap maksud Naruto mengenai kisah Nabi Moses dalam agama Samawi. "Lalu, apa rencanamu ke depan, Naruto?"

Naruto membalikan badannya menghadap Azazel. "Rencanaku sederhana. Aku harus mencegah rencana Kokabiel dan menutup tabir itu."

"Kau?" ucap Azazel mengerutkan kedua alisnya.

"Ya, hanya aku. Ini sudah waktunya untuk menggunakan 'itu'. Sudah lama ia tertidur selama tiga tahun ini." Pintu terbuka dan Naruto mulai melenggang pergi dari ruangan itu meninggalkan Azazel sendirian.

"Aku harus memperingatkan Vali untuk tidak turun tangan dulu mengenai masalah Kokabiel ini." Azazel juga mulai meninggalkan ruangan itu.
.
.
.
Bersambung.
.
.
.
A/N:

See you next chapter.

Dukung terus cerita ini dengan vote dan komen untuk update selanjutnya.

Tertanda, azayofficial_

THE UNFORGIVEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang