1

210 5 0
                                    

Banyak masalah kesehatan mental memiliki trauma sebagai titik awal.

***

"hahahaha, jangan terus memberontak sayang lihatlah tubuhmu bahkan menikmati semua perlakuanku"

Gadis itu membuka matanya perlahan, Badannya bergetar tak terkendali.

Takut, mual, pusing

Ia mencoba mengatur nafasnya berusaha menenangkan dirinya, setelah merasa tenang ia melirik jam dinding yang berada di tembok kamar nya.

Jam 02.15 masih terlalu pagi bukan?

Perlahan ia menyingkap celana tidurnya hingga menampakkan paha putih mulus milik nya- eh mungkin kita tidak bisa menyebutnya mulus karena apa? Karena Pahanya penuh dengan goresan yang sepertinya di sengaja(?)

ia mengeluarkan sesuatu dari bawah bantalnya, yaaa! Itu adalah cutter
Yang sengaja ia sembunyikan disitu.

Dengan gerakan asal dia mulai memainkan cutternya, Hingga darah mulai keluar dari pahanya.

Dia meletakkan cutter itu di tempat asalnya dan merapikan celananya tidak perduli dengan darah yang terus mengalir dari sana, lalu meraih sesuatu di kolong tempat tidurnya ya itu adalah wadah permen tapi jangan salah! Didalamnya terdapat obat berwarna merah muda. Ia mengeluarkan dua butir obat tersebut lalu menelannya tanpa bantuan air sedikitpun.

"Mungkin begini lebih baik." Gumamnya sambil menutup mata.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ini hari pertamanya sekolah tapi sepertinya ia enggan untuk meninggalkan alam mimpinya, hingga ketukan pintu membuatnya sedikit terusik.

Tok.....

Tok.....

Tok.....

"Inara cepatlah bangun! Kau tidak ingin dihari pertamamu sekolah terlambat bukan?" Teriak seorang wanita paruh baya.

"Iya mama Inara udah bangun kok"

Gadis itu sudah siap dengan seragam nya tak lupa kacamata yang bertengger di hidungnya.

Biar ku jelaskan sedikit, namanya adalah Inara Aileen Fathia anak bungsu dari tiga bersaudara. Umurnya baru menginjak 16 tahun Mei lalu, dia memiliki dua kakak. Perempuan & laki-laki, kakak perempuan nya sudah menikah dan dikaruniai dua anak laki-laki.

"Pagi mama, pagi kakak."

"Pagi juga sayang." Balas mamaku dengan senyum diwajahnya.

"Ayah dimana?" Tanyaku.

"Mungkin sedang bermain-main dengan jalang nya, sudahlah lanjutkan makanmu dan jangan bahas dia lagi." Kata mamaku dengan wajah sinis.

"Adnan berangkat sekolah dulu ya mah." Ya dia adalah kakak laki-laki ku.

"Sekalian perginya sama Inara, kamu sekarang satu sekolah sama dia."

"Dia punya kaki sendiri! dan Aku juga tak mau orang-orang berfikiran kalau dia adalah adikku!"

"ADNAN!!!" teriak ayah yang tiba-tiba muncul.

"Kau tidak punya hak untuk membentak anakku!" Ucap mama.

"Dia juga anakku! Sepertinya kau tidak becus mengurusnya sehingga dia menjadi anak pembangkang seperti itu."

"Ck" Adnan berdecak malas mendengar pertengkaran kedua orang tuanya tersebut.

"Lu!"menunjuk Inara.

"Ikut gua cepet!" Lanjutnya.

"T-tapi kak" ucapan Inara terpotong saat tiba-tiba Adnan menarik paksa tangan Inara untuk segera berdiri dari tempatnya dengan wajah dingin.

"K-kak lepas"ucap Inara sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Adnan namun ia kesulitan karena cengkeraman tersebut terlalu kuat hingga membuat pergelangan tangannya sakit, mungkin sebentar lagi Adnan bisa meremukkan tulangnya.

Seolah tuli, Adnan juga tidak punya niatan untuk melepaskan tarikannya dan terus menarik Inara sampai anak itu kepayahan menyamakan langkah kakinya yang lebar. Begitu sampai di depan pintu mobilnya, Adnan melemparkan tubuh adiknya hingga terbentur pintu mobil.

"Masuk!" Titahnya yang langsung dituruti oleh Inara.

Inara mengusap pergelangan tangannya yang memerah, kakaknya itu benar-benar iblis gila.

Sembari menghembuskan nafasnya perlahan, dan mencoba menahan amarahnya. Inara melihat ke arah luar mobil, tak Sudi menatap orang yang baru saja menyakitinya yang sialnya dia adalah kakak kandungnya.

Mobil belum berjalan sedikit pun, tak ada salah satu dari mereka yang berniat mengeluarkan suara sedikitpun. Setelah beberapa menit akhirnya Adnan melajukan mobilnya.

Sepanjang perjalanan pun suasana dalam mobil hening mencekam.
Muncul tanda tanya besar di pikiran Inara saat tiba-tiba Adnan menghentikan laju mobilnya di jalanan sepi.

"Keluar!" Perintah Adnan.

"Hah?" Tanya Inara yang belum mengerti situasinya.

"GUA BILANG KELUAR!"

karena tidak mau membuat kakaknya itu marah lagi cepat-cepat dia keluar dari mobilnya.
Adnan menurunkan kaca mobilnya dan berkata.

"Gua ngga mau semuanya beranggapan kalo lu itu adek gue! Jadi nanti disekolah  lu harus pura-pura ngga kenal sama gua. Sampai lu berani manggil gua di depan umum awas aja nanti!" Ucap Adnan sambil tersenyum iblis.

"Tapi ka-" belum sempat Inara memprotes ucapan kakaknya, Adnan lebih dulu melajukan mobilnya.

"SHIAAAA...!!!!" teriak Inara sambil mengacungkan jadi tengah nya.

TBC.....

Lanjut/ngga?

7 vote=lanjut🌚

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FORGIVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang