chapter 3

709 94 8
                                    

Hari ini adalah hari minggu angkasa dan jiandra memiliki rencana untuk sekedar berjalan-jalan di pagi hari bukan berjalan-jalan sebenarnya hanya berlari kecil, kemudian pergi menuju tempat ibadah. Setelah mengumpulkan nyawanya yang tadi manghilang entah kemana akhirnya angkasa bersiap ia pun pergi ke kamar mandi hanya untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi, mengenakan kaos oblong juga celana training jangan lupakan headband hitam yang berada di kepalanya dan handuk kecil yang menyampir di pundaknya itu.

Setelah selesai angkasa berjalan kebawah menuju dapur dan menemukan bundanya yang tengah memasak sarapan. Mendekati sang bunda kemudian memeluknya seperti biasa dan mengucapkan selamat pagi pada bunda tercintanya itu.

"Selamat pagi bunda." Kata angkasa kemudian ia mengecup pipi sang bunda sayang

"Eh kok udah bangun mau kemana udah rapih gini pagi-pagi." Tanya haidar yang merasa aneh pada anaknya ini yang sudah sangat rapih saat pagi hari apa lagi ini hari minggu

"Mau lari pagi aja bun sama jian kemarin sudah janjian." Balas angkasa dengan cengiran lebar

"Mau langsung pergi?"

"Iya bun biar ga kesiangan kan bunda tau gimana kebo nya jiandra kalau tidur."

Haidar hanya terkekeh dan menggeleng saat mendengar ocehan anaknya tentang anak dari sahabatnya tersebut.

Setelah selesai menceritakan jian akhirnya angkasa melepaskan pelukannya dari sang bunda dan bergegas pergi ke rumah jiandra.

Sesampainya di depan rumah seperti biasa angkasa berteriak dan langsung manghampiri ibu dari jiandra.

"Selamat pagi bunaa!" Setelah mengatakan hal tersebut angkasa tidak lupa mencium pipi bunanya itu.

"Selamat pagi sayangg, kamu mau bangunin jian kan? langsung naik aja gih dia masih aja tidur tuh ngga bangun bangun kemarin padahal minta buna buat bangunin takut terlambat di omelin kamu tapi buna bangunin bukannya bangun malah bilang lima menit lima menit." Ucap renan panjang lebar dan merasa jengkel kepada anak satu-satunya tersebut

"Yaudah ya bun angkasa naik ke atas dulu biar angkasa guyur sekalian jiandra dirgantara!" Setelah itu angkasa menaiki tangga dengan semangat dan membuka pintu kamar dari jiandra kemudian dia melihat bahwa sahabatnya itu masih bergelung di dalam selimutnya tidak merasa terusik sedikit pun walau tadi angkasa membuka pintu agak sedikit keras.

Mendekati pemilik kamar kemudian terlintas ide jahil di otak angkasa ini
dia pergi ke kamar mandi yang ada di kamar jiandra dan membawa segelas air putih yang kebetulan ada sebuah gelas di atas nakas jalan menuju kasur jiandra kemudian menarik selimut sang sahabat, ia pun mulai menghitung

"Satu...."

"Dua...."

"Tigg-" namun sebelum angkasa mengguyurkan airnya pinggangnya sudah di tarik oleh pemilik kamar yang tidak lain adalah jiandra, sebenarnya sejak angkasa masuk pun jiandra sudah bangun hanya saja dia ingin melihat angkasa ingin berbuat tingkah jahil apa, setelah mengetahui hal yang ingin di buat oleh sahabatnya itu jiandra langsung memberikan serangan andalannya yaitu menggelitik sahabatnya yang memang tidak pernah tahan jika di gelitik.

Setelah lelah tertawa angkasa akhirnya berbaring di sebelah jiandra kemudian iya berbalik untuk menatap wajah sahabatnya tersebut begitu pula dengan jiandra yang menatap dalam mata sahabatnya.

"Kita jadi berjalan-jalan di pagi hari atau tidak hm?" Tanya jiandra dengan suara khas orang yang baru bangun tidur.

"Sebenarnya aku ingin tapi saat aku tidur di atas kasurmu ini aku jadi agak malas." Setelah itu angkasa berguling-guling di atas kasur jiandra yang bisa di katakan sangat besar

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang