1. Ahmad Reza Mahesa

7 3 30
                                    

"Non! Ada yang nyariin!" tiba-tiba Bibik berteriak dari kejauhan, mungkin dari ruang tamu.

"Siapa Bik?!" tanya Naina ikut berteriak.

"Den Reza!" teriakan Bibik membuatnya terkikik, bisa-bisa jika Naina respon lagi akan terjadi aksi teriak-teriakan.

Gadis itu memilih turun menuju ruang tamu, mendengar nama Reza sudah membuatnya bersemangat. Ia tau jika hari ini kami berencana ingin ke taman kompleks untuk olahraga sore.

Oh iya, apa kalian sudah tahu siapa Reza? Hampir saja Naina lupa mengenalkannya pada kalian.

Nama lengkapnya Ahmad Reza Mahesa, sahabat yang paling Naina sayang. Di mana ia maka Naina akan selalu ikut, hmm ... kecuali ke toilet ya, hehe becanda. Rumahnya berada tepat di samping rumah Naina.

"Iya? Ada apa Za?" tanyanya pura-pura lupa akan rencana ke taman.

Reza memutar bola mata malas, tentu dengan selalu cool dan kalem.

"Helloooo Naina, pura-pura amnesia ya?" ujar Reza seraya menatap Naina yang cengegesan.

"Iya, aku ambil dulu topi yaa." Tunjuknya pada topi yang sama dengan Reza kenakan lantas melangkah menuju kamar.

"Kita jalan kaki aja," ujar Reza dan tentu saja disetujui oleh Naina.

Jarak taman dari rumah mereka tidak jauh, bahkan 5 menit jalan kaki saja sudah sampai. Taman dipadati oleh muda-mudi, sepertinya memiki tujuan yang sama dengan mereka berdua.

Pandangan Naina tiba-tiba terhenti di gerobak ketoprak Pak Mamad, seketika Naina mengusap perutnya, rasa lapar mendera.

"Reza, makan ketoprak dulu yuk," ajaknya dengan penuh semangat.

"Tujuan kita kesini mau olahraga Nai, kok kamu mau makan sih!" protes Reza dengan jengkel sementara gadis itu memasang wajah cemberut.

"Boleh ya pliiiiis," ujarnya lantas memasang wajah memelas.

"Yaudah," sepertinya Reza sangat terpaksa mengucapkannya, tapi tak apalah yang penting bisa makan.

"Pak Mimin, ketopraknya dua ya Pak," ujar Naina lantas mengajak Reza duduk.

"Kamu yang bayar ya Za," ujarku tanpa beban.

"Yeeee bayar sendiri!" sarkas Reza.

"Kamu pelit amat sama aku, pokoknya kamu yang bayar. Ngapain kamu ngajak aku ke sini kalau gak mau bayarin aku,"

Alhasil terjadilah pertengkaran kecil yang diciptakan oleh Naina.

"Yaudah, Naina yang cantiiik tapi jeleek, aku yang bayar!" ujar Reza dengan terpaksa, yah Naina tau itu.

Beberapa menit kemudian Pak Mimin datang membawa dua piring ketoprak yang tampak menggiurkan bagiku.

"Ini Neng dan Aden, silahkan dinikmati ketoprak ala Pak Mamad," ujar Pak Mimin dengan ramah lantas pergi untuk melayani pelanggan yang lain.

Akhirnya tanpa aba-aba langsung saja Naina serbu ketoprak yang ada di hadapan, sementara Reza menatapnya malas.

"Ayo Za, makan ketopraknya enaaaak bangett."

Dengan tak berselera Reza memakan ketoprak miliknya, melihatnya saja sudah membuat Naina tertawa. Dia sangat lucu masa makanan seenak ini malas memakannya?

"Nai, aku mau cerita sesuatu," ujarnya dengan serius.

Melihat keseriusannya lantas Naina memperbaiki posisi duduknya menghadap ke arah Reza sekaligus membantunya menghabiskan ketoprak milik pria itu, kasian dong dari pada mubazir.

"Sebenarnya ...." ujar Reza tampak ragu.

"Iya?" entah kenapa Naina mulai deg-degan, merada ada sinyal! Apa Reza akan menyatakan perasaannya? Oh ya Allah.

"Gini, sebenarnya ...." Reza masih saja menggantung ucapannya membuat Naina semakin gugup.

"Iya kenapa?" rasanya ketoprak yang dikunyah sangat susah ditelan.

●●●●●●●●●●●●
Assalamualaikum apa kabar? Mudah-mudahan baik yaaa.
Salam kenal dari aku Khoirun ....
Jangan lupa kasih kritik dan saran yaaaa, dan tentunya jangan lupa pantengin terus ceritanya.

KETIKA SEBUAH RASA HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang