2. Terlalu berharap.

2 2 13
                                    

"Kamu tau kan anak baru yang ada di kelas sebelah?" tanya Reza yang membuat aku bingung, loh apa hubungannya?

"Iya? Kenapa sama dia?" tanyaku tanpa mengalihkan pandangan darinya.

"Namanya Tasya kan?" tanya Reza kembali memastikan.

"Iya, kenapa?" Entahlah aku hanya ingin Reza langsung to the point.

"Sebenarnya aku suka sama dia Nai," ungkap Reza seraya tersenyum lebar.

Seketika membuatku terbatuk, rasanya kerongkonganku perih sehingga berefek pada mataku yang sudah berair menahan sakit sekaligus sakit hati yang tiba-tiba melanda.

"Pelan-pelan dong Nai! Minum nih," ujar Reza tampak panik seraya menyodorkan segelas air putih, tentu kepanikan sebagai sahabat.

Setelah beberapa menit hening dan suasana terasa canggung bagiku akhirnya Reza membuka suara.

"Yaudah cepet abisin ketopraknya, biar kita olahraga entar kesorean lagi,  lain kali aja aku cerita soal Tasya."
•••••••••••••••••••••
Entahlah, sakit rasanya mengetahui sahabat sekaligus orang yang membuatku jatuh cinta ternyata mencintai orang lain. Aku terus merutuki diri sendiri, kenapa pula aku sampai berharap lebih malah ke-gr-an lagi.

"Memang Reza gak sadar kalau selama ini aku suka sama dia?" tanyaku pada refleksi diriku di cermin.

"Atau memang Reza gak ada perasaan sama sekali?" tanyaku mulai emosi.

"Tentu gak Nai, kalau Reza ada rasa sama kamu pasti Reza gak bakal bilang suka sama Tasya, dasar ya kamu Nai." Aku memijat pelipisku merasa pusing.

Sementara pr sudah bersiap di meja belajarku untuk segera kukerjakan, tapi apalah daya jika mood ini tidak dapat dikondisikan, galau!

Aku lebih memilih merebahkan tubuh di kasur seraya menatap langit-langit kamar yang dihiasi bintang, bulan dan sebuah gambar astronot.

Peristiwa ketika aku dan Reza menghiasnya 10 tahun yang lalu kembali teringat.

_Flashback_ on

"Nai, kita hias langit kamar kamu yuk," ajak Reza padaku yang sibuk membereskan mainan yang baru saja kami gunakan.

"Hias? Mau hias seperti apa?" tanyaku seraya beranjak mendekatinya yang tampak berpikir.

"Kenapa langit kamar aku harus dihias, itu udah bagus kok warna putih," ujarku menatapnya bingung.

"Kamar kamu kesannya pucat banget, seram lagi kalau putih semua, hiiiii," ujar Reza seraya menatapku horor.

"Ih apa-an sih, yaudah deh kita hias, tapi hias seperti apa?"

"Kamu sukanya apa?" tanya Reza padaku.

"Hmmm suka makanlah," jawabku dengan enteng.

"Bukaaan, sesuatu gitu selain makanan pokoknya,"

"Aku suka sama bintang dan bulan," ujarku dan diangguki oleh Reza.

"Oke, itu aja kita buat, tapi kalau aku suka sama astronot boleh ya selipin satu disini," pinta Reza padaku dan tentu saja ku izinkan.

"Sekalian biar kamu ingat aku sebelum tidur," cengirnya sok ganteng, ya meski ku akui ia memang ganteng.

"Ish, masih kecil udah bisa gombal, dasar!" cibirku yang hanya dibalas kekehan olehnya.

"Yaudah let's gooo kita hias," ucap Reza dangan penuh semangat, dengan percaya diri ia mulai menceritakan padaku cara menghiasnya sementara ia mengobrak-abrik kamarku tanpa rasa bersalah meski sudah beberapa kali aku memarahinya.

_Flashback_ off

"Gak terasa udah 10 tahun aku sahabatan sama Reza, lucu juga sih kami selalu berdua kemana-mana sampai dikira Kakak-adik. Tapi yang bikin aku kesel kok gak ada gitu yang ngira kami couple atau yang bilang kami cocok atau jodoh gitu."

Aku mulai berceloteh sendiri dengan pikiran yang sudah melayang kemana-mana, hingga tak sadar aku telah terlelap.
••••••••••••••••••
"Non, bangun udah pagi, bangun gih pergi sekolah," ujar Bibik seraya mengguncang tubuhku.

"Iya Bik." Dengan segera aku beranjak ke kamar mandi.

"Aduh, tumben si Non cepet bangun gak seperti biasanya," heran Bibik lantas berlalu keluar kamar untuk melanjutkan masakan yang sempat tertunda.
●●●●●●●●●●●●●●●●

Assalamualaikum Teman-teman. Gimana ceritanya? Hmm, maaf ya baru pemula banyak typo-nya.
Jangan lupa Kritik dan sarannya yaaa...🤗

KETIKA SEBUAH RASA HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang