"Manusia sempurna yang pernah kutemui."
"Aku akan tetap disini,selamanya"
"Mana mungkin bisa aku membunuh separuh jiwaku sendiri?"
"Tolong jangan bertingkah lucu"
Aku kembali sadar setelah pergi berkelana dengan lamunan ku, yang menyeramkan.
Entah kenapa bisa-bisanya aku memikirkan hal itu lagi. aku kembali memukul kepalaku, dan menjambak rambutku hingga berantakan. lalu beranjak dari meja belajar dan menjatuhkan diriku ke kasur.
Sungguh, kali ini aku benci pemikiranku. sebuah kenangan yang - tidak mau kusebut kenangan. karna itu sudah berlalu 3 tahun yang lalu, tepat aku duduk di kelas menengah pertama.
Tapi karna terlanjur kuingat, baiklah akan kulanjutkan.
Tentang dia yang pernah datang ke hidupku, meninggalkan setitik kebahagian, kemudian meninggalkan sejuta kesakitan.
Tapi tenang, aku sudah melupakannya. aku ingin kalian tahu cerita ku yang menyakitkan.mungkin ini terlihat biasa tentang percintaan anak SMA yang labil yang sering disebut 'cinta monyet'.
Awalnya aku merasa itu bukan sekedar 'cinta monyet' seperti anak-anak SMA lain lewati, bagi ku itu benar-benar sebuah rasa yang membawaku terjun diantara bintang-bintang cinta - ah, bahasaku.
Tapi jujur, itulah yang kurasakan dulu.
Mark Lee.
Lelaki berparas tampan, dengan wajah blasteran Canada.
Dulu kami sempat berpacaran tidak sampai 1 tahun. kami putus karna satu alasan klise, yang memutuskan hubungan kami, bahkan aku tidak pernah bertegur sapa dengannya, walaupun kami berada di kampus yang sama.
Aku tidak mau mengingat-ingat masa lalu itu, yang tidak kusebut kenangan itu. begitu juga dengan Mark, dia bahkan mungkin tidak tahu kalau aku berada di satu kampus dengannya.
Intinya, kami berlagak seperti orang yang tidak mengenal satu sama lain.
Menurutmu, bagaimanakah aku semudah itu untuk muve on? padahal dulu saja aku sudah terlanjur dibuat gila dengan lelaki itu.
Awalnya dia memang murid terpopuler disekolah ku, semua murid perempuan menyukainya tanpa terkecuali. wajahnya yang tampan, badannya yang atletis, bahkan prestasipun habis disikatnya. sebagai bonus, dia anak orang kaya.
Aku dulu menyukainya seperti anak-anak perempuan seumuranku. ayolah siapa yang tidak menyukainya dulu? yah.. tetapi itulah, entah apa yang membuatnya ternyata menyimpan rasa lebih dari seorang teman kepadaku. jangankan aku, murid-murid seisi sekolahpun heran.
Secara aku adalah murid yang bisa dibilang introvert dan tidak menonjol, parasku biasa saja, prestasiku netral, dan aku bukan anak orang kaya. namun aku diam-diam sering memberinya surat yang kutaruh di laci mejanya, ah aku sangat malu mengatakan ini.
Ngomong-ngomong namaku, Nam Se Ya.
Aku tidak pernah menaruh namaku di ujung surat yang ku taruh di laci meja Mark secara diam-diam, atau jaman sekarang biasa disebut secret admirer. ya begitulah aku dahulu.
Entah kenapa Mark selama ini mengetahui bahwa aku yang memberinya surat hampir setiap hari. kalau aku boleh kasih tau, Mark itu mempunyai relasi yang luas di antara pertemanan anak SMA , namun yang ku lihat dan analisis, tidak ada orang yang dekat dengannya, atau seperti teman bercerita, mungkin sahabat? sejenis itu lah.
Kurasa dia mempunyai mata-mata karna rasa penasarannya terhadap surat yang ia terima.jujur aku malu mengatakan ini, aku kepergok menaruh surat di mejanya dengan salah satu temannya yang bersembunyi di bawah meja Mark, Haechan namanya.
Aku terkejut dan malu, saat Haechan mendapati aku tengah diam-diam menaruh surat itu.
"WAAAA!! ngapain lo?!?" Haechan meneriaki dan berdiri loncat seperti anak katak, untung saja kepalanya tidak terjedut.
Aku memental surat yang hendak kuberi pada Mark, saking terkejutnya.
"Wah jadi lo selama ini yang ngasih surat ini, wah parah lo" ujar Haechan tak menyangka.
Aku? jangan ditanya, aku langsung panik dan tak tahu berbuat apa, aku mengambil surat yang terpental itu kembali, lalu pergi meninggalkan ruangan kelas yang kosong. karna saat itu, aku selalu datang pagi hari saat sekolah masih sepi, meninggalkan Haechan dengan sejuta pertanyaan yang ingin dilontarkan padaku.
Haechan itu, salah satu temannya Mark, tetapi mereka tidak sedekat itu. mereka satu tim basket, dan rumah mereka yang berjarak dekat. jangan kaget, aku memang setahu itu tentang Mark.
Aku menghentakkan kaki ku ditengah koridor, dan meremas surat yang akan kuberi pada Mark pupus. tiba-tiba, langkah ku terhenti saat aku sadar ada orag yang menghentikan jalan ku. Mark.
Mataku membulat, degup jantungku bekerja lebih cepat, dan belum sempat aku berniat untuk pergi dari situ, ternyata Mark sudah lebih dulu meninggalkan ku. astaga kenapa aku dulu..
"Bro, mission complete ! gue dah mergokin orang yang kirim lo surat selama ini hahaha, ternyata cewe itu" Haechan menyambut kedatangan Mark, lalu menuntunnya menuju bangku Mark.
"Loh siapa?" tanya Mark.
"Gue ga terlalu kenal sih, kayanya dari kelas sebelah, soalnya dia jarang keluar, tapi gue lumayan sering lihat dia kalo lagi ada turnamen basket, kalo ga salah namanya Nam Se Ya." jelas Haechan.
Mark terlihat berpikir, seperdetik kemudian Mark seperti tersadar akan nama itu.
"Lo kenal?" tanya Haechan.
"Kayanya itu cewe yang gue temuin di koridor, raut muka nya aneh, gue pikir dia nangis, makanya gue berhenti didepan dia tadi." Cerita Mark yang dibalas antusias oleh Haechan. "Terus terus???" kata Haechan.
" Ya setelah gue berhenti, ternyata dia cuma kaya frustasi nunduk gitu, gue gangerti, akhirnya gue tinggalin aja." Jelas Mark lagi.
"Wahh jodoh ni.. lo pas tatapan sama dia, ngerasa jedag jedug gak jantung lo?" tanya Haechan tampak mengejek.
"Gila lo" jawab Mark mengabaikan pertanyaan Haechan lalu dibalas tawa olehnya. setelah menyadari itu Mark berpikir.
Ah, aku teringat akan surat yang akan kuberikan pada Mark yang pupus itu. sebentar, sepertinya aku masih ingat jelas.
to: Mark Lee
Hai, apa kabar? jangan bosen-bosen gue kirimin surat begini ya. gue gatau apa lo baca atau ngga.tapi jujur, gue merhatiin lo sejak lama, dan gue ngasih lo surat juga butuh effort yang gue kumpul dengan susah payah. gue ga ingin menerima balesan dari lo, atau lo mau baca atau ngga juga gue gamasalah.Tapi kalo lo baca surat ini, let's be friend!
KAMU SEDANG MEMBACA
From Mark Lee
Fanfickupikir aku benar-benar sudah melupakannya, namun surat ku berbalas saat aku menaruh benci pada nya. saat itu juga kata yang pertama ku baca ialah -From Mark Lee-