Satu

1.4K 114 10
                                    

 
         "tuan muda" seorang pria memanggil pria yang tengah berjalan dari gedung university staind, pria itu berjalan padanya sambil mengayunkan tas ranselnya.

     "jangan panggil aku dengan sebutan itu!" wuxie selalu risih ketika, kerabat ayahnya datang menjemput dirinya memanggil nama kerhomatannya. Setidaknya ia tidak mau, teman dikampusnya tau tentang jatidirinya.

     "baik, tuan muda...ehm...maksudku wuxie" sambar panzi, nama pria yang selalu hormat padanya selaku tuan besarnya. Padahal panzi adalah sahabat dekat dengan pamannya tapi memperlakukan dirinya seperti majikannya.

    Wuxie tak berkomentar, ia langsung masuk kedalam mobilnya. Yang disusul oleh panzi.
   
      "kenapa paman tidak mengangkat telponku," tanya wuxie saat sudah dalam perjalanan menuju rumahnya.

     "Mungkin, disana sedang tidak ada sinyal tuan muda"
     "sampai kapan paman akan terus berpegian, meninggalkan aku tanpa kabar seperti ini" keluh wuxie, yang menggerutu sifat paman kandung yang selama ini merawatnya terlalu sibuk dengan bisnisnya.

       "tuan wu shang memiliki bisnis yang harus dikerjakan, wuxie. Kau harus mengerti"

      "ya aku mengerti, dia tidak akan ada waktu untukku. tapi setidaknya ia tak mengajak xiaoge ikut bersamanya" cetus wuxie mengadu kesal karna merasa kakak kecilnya juga tak ada waktu untukknya sejak begabung dengan bisnis pamannya. Apalagi dua terakhir ini ia tak ada kabar sekalipun.

       Wuxie yatim piatu sejak kecil, orangtuanya meninggal saat ia berusia 5tahun. Dan ia dirawat oleh paman ketigannya yang memiliki pekerjaan seorang mafia.

      Menyebutkan nama mafia bukan berarti melakukan kriminalitas karna yang dikerjakan pamannya tidak seburuk layaknya penjahat, melainkan mendongkrak keuntungan dari para pembisnis besar dikotanya.

     Karna itu keluarga wu cukup terkenal dikalangan kotanya.

      Wuxie tiba diapartemen besarnya, gedung yang sudah lama ia tinggali bersama si gendut wang dan panzi. Mereka berdua adalah kepercayaan keluarga wu sejak dulu hingga sekarang dan kini mereka bekerja menjaga wuxie.

     Wuxie masuk kedalam rumahnya, melihat deretan menu makanan diatas meja makan. Dan hidungnya mencium aroma menyengat makanan berasal dari arah dapur, tapi ia tak tergerak mendekati makanan tersebut.

     "kau sudah pulang" wang pang zi atau biasa dipanggil si gendut menyapa wuxie. Karna tubuhnya yang sedikit berisi lemak sering kali wuxie meledek dengan sebutan itu.
"ayo cepat makan, aku sudah buatkan..."

     Belum selesai si gendut bicara, wuxie sudah berjalan pergi melolong melewatinya. Tepatnya mengabaikan keduanya menuju kamarnya.

      "hei...wuxie" panggil si gendut, serasa tak suka diabaikan seperti itu. "ada apa panzi kenapa sikapnya begitu,"

     "dia merindukan xiaoge dan pamannya" jawab panzi sudah menebak dari sikap wuxie yang terlalu kekanakan seperti itu, walaupun ia sudah berusia 22 tahun tetap saja. Ia masih sedikit manja.

     "hah, lagi-lagi karna itu. Apalagi kalau bukan mempermasalahkan soal xiaogenya. Dasar bocah" gerutu wang gendut, hanya menggelengkan kepala melihat tingkah wuxie yang memang tak diherankan lagi. "sudah kita makan saja, kalau ia lapar pasti ia akan keluar untuk makan. Ayo..." wang gendut mengajak pangzi untuk makan, tapi berharap wuxie akan  bergabung untuk makan bersama mereka.

     Wuxie sendiri tak kunjung keluar dari kamarnya, setelah merebahkan tubuhnya diatas ranjang tempat tidurnya. Sambil mengistirahatkan tubuhnya, ia terbayang akan kenangan masa kecilnya bersama xiaoge dan pamannya.

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang