Ku menunduk memandang buket bunga ditanganku. Bunga anyelir putih yang dulu begitu berharga, kini tak ada artinya lagi. Tanganku gemetar meremas kumpulan tangkai bunga yang sedari tadi kugenggam.
Awan mendung mulai menggelayut di langit senja kota ini. Kuyakin sebentar lagi pasti akan turun hujan. Tapi kutak bisa beranjak dari tempat ini. Kuhanya bisa berdiri terdiam menyesali apa yang telah kulakukan.
Untuk apa ku datang kesini? Tanganku semakin kuat meremas karangan bunga yang kini sudah tak berbentuk lagi. Anyelir yang dulu selalu menjadi saksi bisu kebahagiaanku, kini hilang sudah indahnya.
Apa yang kuharapkan?Pengampunan?, atau kesempatan?Karena dua duanya tak mungkin kudapatkan.
Tetes air jatuh membasahi sepatu hitamku. Tetesan air yang dengan lancangnya mendahului hujan. Air mata yang sedari tadi setengah mati kutahan, kini jatuh bersama dengan jebolnya pertahananku.
Sesak yang begitu hebat seketika menghantam dadaku. Seakan akan jantungku berhenti dan kehilangan udara untuk bernafas. Kumenggigit bibirku berusaha menghentikannya, namun sia sia. Tangisku semakin menjadi. Mataku mulai memanas dan pandanganku semakin mengabur. Tanpa kusadari diriku sudah jatuh bersimpuh. Tak kuhiraukan tanah lembab yang mengotori celanaku. Kaki ku sudah tak bertenaga lagi. Seluruh tubuhku serasa hilang sukma.
Andai kutak mendengarkan mereka,
Andai kulebih memilih dirinya,
Andai-
...
Andai kita masih bersama...
Hujan mulai turun membasahi tubuhku yang masih bersimpuh. Perlahan lahan kuberdiri. Berusaha menjejakkan kaki dengan sisa sisa kekuatanku.
Bukan, bukan karena berat badanku. Tapi karena beratnya penyesalan yang kupikul. Atau mungkin- ... mungkin aku yang enggan untuk berdiri. Lebih baik aku jatuh, atau tenggelam sekalian. Karena kusadar kutak pantas berada di atasmu.
Aku bersalah.
Setiap hari kumencari jalan untuk menebus dosa. Aku rela dan siap menderita,semata mata agar ku terbebas dari rasa penyesalan yang menggrogoti jiwaku.
Tapi kutak menyangka jika derita yang harus kutanggung begini hebatnya. Ini sama saja membunuhku.
Hidup tanpamu adalah hukuman mati bagiku. Bagai penjahat dengan dosa terberat, yang harus disiksa perlahan. Eksekusi singkat terlalu mewah untukku.
Air mata yang sedari tadi membasahi pipiku,kini bercampur jadi satu dengan derasnya air langit. Bahkan hujan pun ikut menangis bersamaku.
Anyelir ditanganku sudah tak berbentuk. Kelopaknya satu persatu jatuh ke tanah terbawa air hujan.
Paw liat, ini bunga kesukaanmu. Kamu selalu memberikan bunga ini untukku.
Aku masih ingat kata kata kamu Paw, "Non, Anyelir ini special buat kamu, lambang kesetiaanku."
Tapi sekarang bunganya udah hancur Paw, aku yang ngancurin. Seperti aku ngancurin kesetiaan yang udah kamu kasih ke aku.
Badanku kembali berguncang,kumenangis tanpa suara.
Bayangan dirinya mendadak muncul dikepalaku. Dirinya yang kurindukan. Dirinya yang selalu menghiasi hariku dengan senyumnya yang indah. Senyumnya yang kini hilang... karnaku.
Paw, maafin aku ...
Maafin aku yang udah nyakitin kamu, padahal ga pernah sekalipun kamu nyakitin aku.
Kamu selalu bikin aku bahagia...Terlalu bahagia.
Maafin aku yang lebih menuruti mau mereka, disaat aku seharusnya lebih menuruti mau hati aku.
Maafin aku yang terlambat sadar. Aku terlalu bodoh. Aku tolol banget Paw!
Dan... maafin aku yang udah ngancurin mimpi kita. Mimpi yang udah kita bangun selama bertahun tahun, aku buang hanya karena setitik keraguan.
Aku ga mau kehilangan kamu lagi Paw... I miss you.
I miss you so much.
Rasa rindu menghantam dadaku bagai ribuan ombak. Bibirku mengatup menahan getaran emosi. Kutak mampu menahan isakan tangisku.
Buat apa aku disini tanpamu. Aku ga bisa hidup tanpa kamu... Aku-aku mati tanpamu.
Seperti dulu, waktu aku meninggalkanmu.
Aku sudah pernah mati... dan sekarang aku ingin hidup!
Hidup bersamamu.
Aku tak mau mati di Fana tanpamu, lebih baik kuhidup di baka bersamamu!
AARGH!!!
Ku berteriak dalam hujan. Kuluapkan sakit yang menderaku. Begitu perih, dan tajam, menghujam perlahan ke dalam dadaku. Terengah-engah kuberusaha meraup udara yang seakan hilang lenyap. Tubuhku bergetar tak berdaya. Memori kelam menyeruak muncul bagai adegan film horor yang terus berputar, membuatku mual. Ingatan itu datang lagi , ingatan tentang mimpi-mimpi kita... yang kini telah sirna.
Kuberjalan dengan langkah gontai. Tujuanku cuma satu... menemuinya.
Kubersimpuh didepan gundukan basah bertabur bunga.
Paw, aku datang...
Kamu ga sendirian lagi sekarang, ada aku disini.
Aku ga bakal ninggalin kamu lagi.
I love you Paw...
Kuletakkan anyelir di samping batu nisan bertuliskan namanya. Seiring dengan tubuhku yang perlahan berbaring disampingnya.
Hujan seakan ikut bahagia, melihat kau dan aku kembali bersama.
Airnya jatuh membasuh luka menganga dengan belati didada. Mengalir bersama hilangnya siksaku. Membawa pergi kelopak anyelir putih, yang kini berwarna merah darah...
A/N:
Hi buat semua OhmNon Shipper out there, salam kenal ya.
Makasih udah mau baca AU ini.
Buat yang pengen baca AU yang lain,boleh check di twitter aku.
Ada yang udah complete, ada juga yang masih on going.
( Maap rada slow update, kemaren2 ribet ama kerjaan 😓)
Sekarang aku lagi suka yang Oneshot Story biar langsung selesai. Jadi ga kelamaan juga nulisnya. Tapi aku usahain buat sering sering update .
Boleh banget kalo mau Vote, Comment, atau Share ... Yang penting enjoy :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Di Ujung Senja
FanfictionApa yang akan terjadi disaat penyesalan membunuhmu perlahan? "Aku sudah pernah mati... dan sekarang aku ingin hidup!" WARNING!! ⚠️⚠️⚠️ BxB BoysLove Selfharm Angst