20. Perintah

9.1K 448 0
                                    

"Lang, lo mau balik kantor atau masih ingin disini?" tanya Reno.

"Gue ga balik ke kantor. Gue mau nunggu Kara pulang sekolah," jawab Gilang.

"Oke. Gue mau balik ke kantor. Ini kunci mobil lo. Gue juga akan suruh bodyguard lo balik duluan," kata Reno.

Gilang mengangguk. "Oke."

Reno pun keluar ruangan yang sudah sah milik Gilang selaku pemilik sekolah.

Gilang memutuskan mengirimkan pesan kepada Kara.

My Wife❤

Nanti pulang sekolah kamu keruangan pemilik sekolah. Mas tunggu kita pulang sama-sama.

Setelah mengirimkan pesan singkat. Sembari menunggu Kara, Gilang memeriksa pekerjaan kantor lewat email yang baru dikirimkan oleh Reno.

Dikelas Kara.

Pelajaran berlangsung kondusif. Hingga bell pulang sekolah berbunyi.

Semua murid bergegas merapikan peralatan belajarnya dan bergegas pulang setelah guru yang mengajar keluar kelas.

"Ra, lo mau ikut pulang sama gue apa ga?" tanya Sani.

"Ga usah deh San. Lo duluan aja," tolak Kara halus.

"Beneran?"

"Iya."

"Ya udah ya, gue pulang duluan kalau gitu," ucap Sani dibalas anggukan oleh Kara.

Kara mengechek ponselnya. Tadi bergetar ketika masih ada pelajaran dan Kara tak berani untuk mnegechek ponselnya.

Terdapat sebuah pesan dari suaminya. Bahwa, dirinya disuruh keruang pemilik sekolah.

Kara segera bergegas menuju ruangan pemilik sekolah.

Sesampainya, Kara langsung mengetuk pintu. Ada sautan dari dalam untuk menyuruhnya masuk.

Kara masuk dan berdiri tidak jauh dari hadapan Gilang. Ia melihat hanya ada suaminya saja di ruangan ini.

"Sini," perintah Gilang kepada Kara yang masih berdiri.

Kara berjalan pelan mendekat kearah Gilang hanya terhalang oleh meja di antara mereka.

Gilang berdiri dan menarik Kara menuju kursinya. Gilang duduk terlebih dahulu dan mendudukan Kara di pangkuanya.

"Kenapa diam saja, hm?" tanya Gilang.

"Aku kira tadi mas masih marah ke aku," jawab Kara.

"Kenapa mas marah?"

"Ku pikir mas marah. Karena dari semalam mas diamin aku. Aku ga tau dimana letak kesalahan aku sehingga mas diamin aku."

"Mas memang marah tapi bukan sama kamu. Maaf jika mas melampiaskanya sama kamu."

"Memangnya mas marah sama siapa?"

"Seseorang yang mencoba mendekatimu." Raut wajah Gilang tiba-tiba mengeras.

"Siapa?" tanya Kara dengan bingung.

"Seorang cowo yang mas lihat kemarin setelah mengantarkan kamu. Mas lihat, dia dekatin kamu ketika kamu memasuki area sekolah."

Kara berpikir siapa cowo.yang dimaksud suaminya. Hingga ia teringat kemarin dirinya hanya bersama, "Artha" kata Kara pelan namun Gilang masih mendengarnya.

"Siapapun nama cowo itu. Mas tetap tidak suka dia dekatin kamu," ucap Gilang dengan nada kesal.

"Artha hanya teman aku dan juga Sani mas."

"Mas tidak suka tatapan dia ke kamu, sayang. Jelas-jelas bahwa dia menunjukan ketertarikan sama kamu."

Kara tak percaya mendengar perkataan suaminya. "Itu tak mungkin mas. Kami hanya berteman," elak Kara.

"Teman atau bukan. Itu tidak menjamin jika dia suka sama kamu. Mas, lihat dari tatapanya bahwa dia memandang kamu berbeda." Kilat mata Gilang bertambah tajam.

"Aku ga percaya Artha begitu mas."

"Percaya ga percaya terserah kamu. Tapi mas mau kamu jauhin dia."

"Tapi mas—"

"Ga ada tapi-tapian. Kamu mau membantah ucapan suami?" ucap Gilang dengan menatap Kara tajam.

"Engga mas," jawab Kara pelan karena takut tatapan tajam suaminya.

"Ayo pulang," ajak Gilang dan menurunkan Kara dari atas pangkuanya.

Gilang menggandeng tangan Kara keluar ruangan yang bertuliskan pemilik sekolah.

Untungnya sekolah sepi, semua murid maupun guru sudah pulang dari sejam yang lalu.

Jadi, tak menimbulkan kecurigaan bagi para murid ataupun guru yang melihat Kara, salah satu murid mereka bersama Gilang, selaku pemilik sekolah yang baru.

Sampai di mobil milik Gilang. Gilang mulai menjalankan mobilnya keluar dari area sekolah.

Keadaan dalam mobil hening.

Kara yang tak tahan keheningan mencoba berani untuk bertanya sesuatu hal yang menjadi pertanyaan dalam benaknya sejak tadi.

"Mas, aku boleh bertanya?" tanya Kara ragu-ragu.

"Hm?" Hanya deheman balasan dari suaminya.

"Kenapa mas tiba-tiba jadi pemilik sekolah aku?" tanya Kara dengan rasa penasaran yang tak bisa disembunyikan.

"Nanti mas akan cerita kalau sudah sampai dirumah," jawab Gilang.

Kara menghela napas pelan sebelum menjawab, "Baiklah."

Sesampainya di rumah.

Kara dan Gilang membersihkan diri sebelum mereka memulai pembicaraan mereka yang tertunda.

Kini mereka sama-sama duduk di atas ranjang dengan Gilang yang bersandar dengan laptop dipangkuanya dan Kara duduk bersila menghadap suaminya.

"Katanya mas mau cerita?"

Gilang menyingkirkan laptopnya dan miring sedikit menghadap Kara.

"Cerita apa emang?" tanya Gilang bingung.

"Ih, yang tadi masa mas lupa? Soal mas bisa jadi pemilik sekolah aku," ucap Kara sedikit kesal dan menggembungkan pipinya.

Gilang terkekeh kecil. "Iya-iya mas ingat kok."

"Nyebelin," gerutu Kara.

Gilang mencubit pipi Kara pelan "Oke-oke jangan marah. Mas bakalan cerita ke kamu."

Kara hanya mengerucutkan bibirnya.

"Udah jangan manyun gitu mas bakalan cerita," ucap Gilang. "Mas membeli sekolah kamu untuk mengawasi istri mas ini. Soalnya, istri mas ini sedang didekati oleh seseorang yang katanya hanya teman sekolahnya." Gilang mencubit hidung Kara gemas.

Kara mengusap pelan hidungnya yang habis di cubit oleh suaminya. "Jadi, mas membeli Sma Laskar hanya untuk mengawasi aku?"

"Iya."

"Astaga. Kenapa mas sampai segitunya?"

"Berjaga-jaga sayang. Mas tidak mau kamu didekati cowo manapun. Kalau perlu mas singkirkan nanti."

"Jangan gitulah mas. Aku sama Artha hanya teman."

"Mas ga peduli. Mas, mau kamu hindari teman kamu itu," ucap Gilang dengan nada serius.

"Aku ga bisa."

"Harus bisa. Hanya itu yang mas minta. Apa kamu engga bisa melihat jika teman kamu itu tertarik sama kamu?"

Kara menggeleng. "Aku hanya menganggapnya teman tidak lebih."

"Itu bagi kamu. Lain bagi teman kamu itu. Kita sesama laki-laki pasti tau. Bagaimana seorang laki-laki menatap seorang perempuan."

"Mas, harap kamu bisa hindari dia," lanjut Gilang dengan tegas.

Kara hanya bisa mengangguk dan menuruti perintah suaminya.

My Little Wife - TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang