Light

66 11 13
                                    

Lelah.

Satu kata yang bisa mendiskripsikan keadaan Yamada. Padahal dia sudah susah payah lembur selama seminggu agar bisa mengambil hari liburnya, dan sekarang dia malah disuruh kembali menyelesaikan pekerjaannya.

Tsk.

Menyebalkan sekali.

Yamada dengan kasar menutup laptopnya lalu merebahkan dirinya di sofa.

Matanya kemudian jatuh pada ponselnya yang tidak bergeming dari tadi.

Tsk.

Apa yang dia lakukan disana?

Sesibuk itukah?

Apa dia tidak memiliki waktu untuk membalas pesan Yamada dengan satu kata atau emoticon?

Yamada sudah mengirim pesan pada kekasihnya itu 3 jam yang lalu. Dan sampai sekarang belum balasan  apapun yang masuk ke ponselnya.

Yamada mulai meragukan kekasihnya itu masih mencintainya atau tidak.

Tapi terlepas dari rasa kesalnya itu, Yamada langsung menyambar ponselnya begitu mendengar suara pesan masuk.

"Balaslah pesanku lebih cepat jika kau punya waktu untuk berfoto, dasar bodoh" gerutu Yamada saat melihat kekasihnya mengirimkan foto dirinya sedang berpose di depan sebuah cafè.

Drrrt

Drrrt

Drrrt

Yamada membiarkan ponselnya berdering, tidak ada niat sama sekali untuk mengangkat telepon kekasihnya itu.

Dia masih kesal.

Dan seperti yang dia duga, dering ponselnya itupun akhirnya berhenti. Yamada menunggu sampai kekasihnya itu meneleponnya sekali lagi.

Tapi, setelah 5 menit berlalu, kesabaran Yamada pun mulai habis. Dia langsung menelepon balik dan untungnya diangkat oleh kekasihnya.

"Halo? Yama---"

"Oi Keito. Kenapa kau tidak meneleponku kembali hah? Dasar bodoh" potong Yamada dengan kesal.

"K-kupikir kau sedang sibuk..."

"Bukannya kau yang sibuk sehingga ku tidak bisa membalas pesanku selama 3 jam?" ucapnya penuh penekanan.

"Po-ponselku habis baterai, aku baru saja mengecasnya di dalam cafè tadi... maaf"

"Tsk. Terserah."

"Um... ngomong ngomong, sepertinya aku pulang besok"

"Eh? Bukannya kau akan pulang lusa nanti?"

"Pekerjaanku selesai lebih cepat dari yang kupikirkan."

"Baiklah kalau begitu, kau pulang lewat kereta api atau pesawat?" Tanya Yamada lalu mulai merapikan barang barangnya di atas meja.

"Sepertinya kereta api, salah satu kolegaku takut ketinggian"

"Kereta api siang atau malam?"

"Atasanku bilang siang"

"Aku akan menjemputmu kalau begitu"

"Eh? Bagaimana dengan pekerjaanmu? Aku pulang sendiri saja"

"Tidak apa apa, aku sudah mengambil cuti"

"Kalau kau memaksa..."

"Ada apa dengan nada bicaramu itu?" Yamada tertawa kecil.

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang