▪pertama▪

11 1 0
                                    

Happy reading guys😀

•••••

Bel masuk sudah nyaris berbunyi dari setengah jam yang lalu. Tapi belum ada tanda-tanda guru akan masuk untuk memulai pelajaran.

Hari ini tidak seperti biasanya. Bu Ida yang jarang sekali terlambat masuk, tiba-tiba tak datang untuk mengajar pelajaran. Bu Ida termasuk salah satu dari enam guru yang selalu datang tepat waktu. Tak heran jika banyak siswa-siswi yang tak pernah suka dengannya. Dan itu juga berdampak pada mata pelajaran yang di ajarkan. Ipa. Bukan karena apa, tapi menurut mereka bu Ida terlalu semangat saat mengajar. Tidak ada canda gurau sedikit pun saat kelas berlangsung, dia selalu mengatakan "fokus itu penting."  Dan bu Ida selalu mengatakannya sebelum mata pelajaran dimulai. Selalu, tak pernah lupa.

Berisik!. Itulah yang saat ini Dira rasakan, bukan hanya itu Dira juga mulai merasa sesak dan tak nyaman berada di kelasnya sendiri. Penyabab utamanya karena Dira memang tak pernah suka keramaian.

Dira memutar sedikit tubuhnya ke samping kanan dan menepuk lengan Gita yang sedang asik bercerita dengan Luna dan Lana. Cewek kembar yang baru-baru ini menghebohkan Sma Tunas Raya dan saat ini sudah menjadi salah satu teman dekat Dira. "Gi, gue keluar dulu ya. Lo mau ikut?" Tanya Dira yang diiringi wajah masam dan sedikit lemas.

"Lo nggak papa Dir, muka lo kok pucet gitu?" Tanya Gita sembari memegangi kedua pundak temannya itu tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

"Kenapa Dir, sakit lagi?" Lana bertanya cemas karena Dira baru saja masuk ke sekolah setelah dua hari libur karena sakit.

"Gue kan udah bilang. Jangan masuk dulu, nggak perlu maksain diri buat dateng ke sekolah." Ucap Gita, sahabat terbaik Dira dan paling mencemaskan dirinya.

"Iya nih, Jadi anak jangan keras kepala Dira....kita bertiga sayang banget sama kamu, dan kita nggak mau kalo sampe terjadi apa-apa." Tambah Luna, sahabat paling dewasa diantara Lana dan Gita.

Dira mengangguk pelan diiringi dengan senyum pasrah. "Iya-iya. Makasih ya udah diingetin, tapi... gue bener-bener nggak papa kok. Kalian jangan terlalu cemas gitu."

Dira telihat lebih pucat dari sebelumnya, saat setelah berkata itu, rasa pening menguasai seluruh kepalanya. Sesak yang bercampur dengan nyeri seketika menjalar ke bagian dadanya. Pandangannya mulai kabur. Dunianya terlihat gelap dan suara dari ketiga sahabatnya yang berteriak nyaris tak lagi terdengar di telinganya.

"Dir. Diraa. Dira.." ucap Gita, Lana dan Luna bersamaan yang diiringi dengan kecemasan ketiganya.

Siswa-siswi yang sedari tadi berteriak, tertawa, berlarian kesana kemari terkejut. Semuanya beralih menggerumbul dan melingkari Dira yang sedang terbujur lemas di lantai.

•••••

"Ngelamunin siapa si Lang. Dira lagi?" Angga yang tiba-tiba saja datang tanpa diundang dan langsung duduk di atas meja Gilang dengan kaki yang di biarkan menggantung.

"Iya nih, kangen banget gue. Padahal baru beberapa jam nggak ngeliat dia, rasanya udah mau mati aja." Gilang terkekeh sendiri saat berkata itu pada Angga. Angga pun terkejut, rasanya sungguh cepat waktu mengganti sikap seseorang hanya sebab cinta. Dan Angga sungguh tak percaya sebab cinta Gilang yang dulunya cuek, dingin dan tak pernah suka cewek sekarang jadi se cair ini bahasanya. Memang benar kata pepatah. Cinta adalah segala-galanya.

"Lo beneran cinta mati sama Dira?" Angga dengan beraninya bertanya seperti itu pada Gilang setelah dia mendengar ucapan Gilang yang sepertinya tak mau kehilangan Dira untuk selamanya.

See you DiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang