Hai-hai-hai😉😉
comment donk. Suka nggak sama ceritanya?Yuk baca lagi.
Happy reading guys😀•••••
Siang ini terasa dingin. Mengapa tidak! Hujan turun tepat saat bel sekolah berbunyi. Membuat para siswa-siswi yang tak pernah menyediakan jas hujan atau payung harus menunggu lebih lama dari biasanya. Bukan untuk menunggu jemputan, melainkan menunggu hujan agar segera reda.Walupun seperti itu, beberapa diantara mereka lebih memilih untuk menerobos hujan yang bercampur dengan angin kencang itu. Bahkan tanpa alat pelindung seperti payung.
Dari sekian banyaknya siswa-siswi disana ada Gita. Yang duduk sendiri di kursi panjang dan sedang fokus pada benda tipis yang sedang ia mainkan. Sahabat Dira itu juga terjebak di sekolah karena alasan jemputan dan hujan. Sedikit sama dengan siswi yang lainnya.
Ia mencoba menelpon supir pribadi papanya, siapa tau sedang ada di rumah.
"Mang bisa jemput aku nggak?"
"Aduh, gimana ya neng. Bukannya mamang nggak mau, tapi mamang lagi ada di jakarta ini. Nganterin papanya neng. Punten pisan neng."
"Ooh yaudah kalo gitu mang."
"Apa mamang pesenin taksi aja."
"Nggak usah mang Gita bisa pesen sendiri kok."
"Sekali lagi. Punten ya neng."
"Iya nggak papa mang. Assalamualaikum!" Ucap Gita lalu mematikan panggilannya.
Gita mulai mengutak-atik kembali ponselnya. Menekan ini itu sampai Angga tiba-tiba muncul di hadapannya. Bukan sebagai superhero yang menyelamatkan ya!.
"Git! Lo nggak pulang. Udah reda loh."
Gita menengok ke atas dan mendapati muka Angga yang sedang cengar-cengir tak jelas.
"Iya. Ini mau pulang kok. Gue pulang dulu ya, by." Gita langsung berdiri dan pergi begitu saja.
Membuat Angga bingung sendiri.
"Eh, Git. Gue mau ngomong." Teriak Angga yang langsung berlari mengejarnya.
"Hm."
"Tadi kan.." Angga terlihat seperti sedang mengumpulkan segala tenaganya walupun hanya sebatas untuk berkata.
"Iya."
"Tadi kan mobil lo di bawa Gilang. Trus pas bel tadi itu, Gilang nelfon gue. Katanya gue disuruh nganterin lo dulu pakek motornya." Ucap Angga dengan perlahan, seperti anak kecil yang baru belajar ngomong. Seperti di-e-ja.
"Tapi kalo nggak mau nggak papa kok. Gue nggak maksa." Tambahnya lagi saat Gita baru ingin menjawab perkataannya itu.
"Emmm, gapapa sih. Soalnya udah nggak ada taksi yang lewat kayaknya." Ucap Gita sembari melihat jalanan yang sudah mulai sepi dari kendaraan.
"Ini juga udah mau sore." Tambahnya dengan mengarahkan pandangan ke jam tangan miliknya.
"Ooh..Yaudah, ayo." Ajak Angga diiringi dengan senyum tipisnya. Khas. Dari seorang Angga Mahendra. Tapi kini dia terlihat sedikit salting di hadapan Gita. Sedikit!.
Gita mengangguk lalu berjalan mengikuti Angga dari belakang menuju parkiran.
•••••
"Masih lemes?"
"Sedikit." Dira bergerak dari kursi mobil untuk merubah posisi duduknya agar lebih tegak dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
See you Dira
Non-FictionKetika seseorang mampu mengubah setiap duniamu, maka percayalah berharap lebih padanya adalah kesenian awal untuk melukis luka yang sangat dalam.