EPS 1 : PANDANGAN PERTAMA

271 24 5
                                    

Hari senin adalah hari yang sakral bagi seluruh siswa dan siswi di seluruh Indonesia raya tercinta ini. Bagaimana tidak, di hari senin tentu saja di pagi hari yang cerah kita harus melaksanakan upacara bendera yang membosankan, namun mau bagaimana lagi, itu sudah menjadi kewajiban kita sebagai murid.

Begitu pula dengan seorang siswi bertubuh mungil berambut pendek sebahu dengan warna oranye di bagian depan poninya. Siapa lagi jika bukan Cica Vania Dinantra, karakter utama di novel kita ini. Berjalan dengan lesu mengingat bahwa hari ini adalah hari senin.

"Selamat pagi Civa sayang" Sapaan tersebut membuat Civa reflek menengok kearah suara itu datang. Ternyata Salsa sudah ada disampingnya menenteng tasnya dengan senyum lebar merekah di wajah cantik nya.

"Lesu aja bu?, belum mandi ya?" Ucap Salsa asal jeplok saja, karena dilihat dari wajah Civa yang malas dan lesu untuk pergi ke sekolah.

"Sembarangan kamu" Jawab Civa sembari memukul bahu Salsa pelan.

"Becanda zheyeeng" Salsa pun mencubit pipi Civa gemas. Pertemanan mereka padahal berjalan sekitar 2 bulan, namun mereka kelihatan sangat akrab.

"Swakit Swalsa!" Ucap Civa dengan bersusah payah karena pipinya masih di cengkeram oleh temannya tersebut.

"Lucu banget si anak gue" Salsa masih gemas dengan Civa dan terus saja mencengkeram pipinya. Perlu diakui bahwa Civa memiliki paras yang menggemaskan dan lucu, sehingga Civa cukup populer di SMA TRIMURTI tersebut, terlebih lagi profesinya sebagai model, membuat daya tariknya semakin bertambah.

"Kamu bukan mamahku" Ucap Civa sembari menepis tangan Salsa dari pipinya.

"Galak banget, dasar landak"

"Imut-imut tapi berbahaya" Ucap Salsa sembari tertawa dan berlari menjauhi Civa, takut si landak mengeluarkan durinya yang berbahaya.

Civa pun memasuki kelasnya, duduk di bangkunya dan menoleh kearah Salsa yang duduk dibelakang bangku Civa, Salsa masih melet-melet meledek Civa, namun Civa memilih untuk tidak peduli akan kelakuan random temannya tersebut.

"Masih pagi Va, udah cemberut aja" Suara berat namun terdengar elegan itu datang dari arah samping Civa. Ya Intan, teman baik Civa dari kelas 10.

"Salsa tuh, udah tau banyak orang dia malah ngomong aku belum mandi, kan aku malu" Ucap Civa sambil memajukan mulutnya cemberut.

"Emang kamu beneran belum mandi?" Tanya Intan

"Ya udahlah, masa ga keliatan aku udah cantik gini" Jawab Civa PD

"Cantik lah sangat" , Salsa gemas dengan kelakuan Civa tangan Salsa kembali mendarat di pipi Civa dan mencengkeramnya lagi.

Civa pun menepis tangan Salsa dari pipinya lagi. "Sakit tau, lama-lama pipi aku bisa copot kalo kamu cubitin terus". Tawa salsa meledak melihat kelakuan Civa yang seperti anak kecil, ditambah tubuhnya yang mungil serta suaranya yang melengking tentu membuat membuat siapa saja tertarik melihatnya.

Kriing!!!!

Suara bel berbunyi tanda bahwa seluruh siswa harus segera menuju lapangan untuk melaksanakan Upacara bendera. Civa pun melangkah letih, sangat malas baginya untuk melaksanakan upacara pagi ini.

Sebenarnya bagian yang paling membuat Civa malas adalah karena dia harus berbaris di barisan paling depan setiap hari senin pagi, karena tubuhnya yang kecil. Baris dibarisan paling depan adalah hal paling sengsara di sekolahnya, bagaimana tidak, jika baris didepan otomatis kita sangat kepanasan, tidak bisa ngobrol, dan harus pada posisi sikap sempurna, karena berhadapan langsung dengan para guru.

Upacara berjalan dengan cukup lancar, petugas upacara dari kelas X IPS 12 pun melaksanakan tugasnya dengan baik, dan sekarang sedang memasuki bagian paling menyebalkan di setiap upacara bendera, ya Amanat.

Pak Hartono selaku wakasek memberikan nasihat-nasihat untuk tidak datang terlambat dan membuang sampah pada tempatnya, dan Pak Hartono pun menyuruh supaya para murid tidak berhamburan setelah upacara selesai, karena akan dilakukan presentasi trophy dari beberapa ekstrakulikuler.

Pukul 7:50 akhirnya upacara bendera selesai. Sesuai apa yang diarahkan oleh Pak Hartono para siswa pun tidak ada yang membubarkan diri melainkan menunggu Pak Hartono memulai presentasinya.

Dari kejauhan para siswa dapat melihat anggota Osis yang membawa beberapa trophy dengan beragam ukuran yang membuat suasana di lapangan SMA TRIMURTI menjadi riuh.

"Harap tenang!" Ucapan singkat Pak Hartono membuat seluruh lapangan yang semula riuh menjadi senyap seketika, ya reputasi Pak Hartono di SMA TRIMURTI cukup menakutkan, karena beliau adalah guru killer yang paling di takuti di SMA TRIMURTI.

"Yang namanya dipanggil harap maju ke depan"

"Hilmi Farizki" suara tepuk tangan menyambut  seorang siswa yang berdiri, cukup meriah karena Hilmi adalah kapten di tim futsal Sma Trimurti dan kali ini timnya mendapat juara 1 untuk perlombaan futsal antar sekolah.

"Dani agsekal" suasana kembali meriah, reputasi Dani sangat bagus karena dia adalah kapten di tim basket Sma Trimurti, Sama seperti futsal tim basket Sma Trimurti juga mendapat juara 1 untuk perlombaan basket antar sekolah.

Seluruh siswa berfikir bahwa hanya kapten yang diundang maju ke depan, namun ada yang janggal, karena perlombaan yang dimenangkan oleh Sma Trimuti hanyalah futsal dengan basket saja, namun tersedia 3 trophy didepan.

Nampaknya Pak Hartono akan menyebutkan satu nama lagi.
"Riko Vero Sebastian" begitu nama itu disebut seketika seluruh Warga Sma Trimurti bersorak sorai, Histeris, banyak yang berteriak tidak jelas bagai melihat sosok idolanya.

Civa pun tidak asing akan nama tersebut, meskipun tidak pernah sekalipun melihat sosoknya, nama "Riko Vero" sangat familiar, bagaimana tidak, sedari kelas 10 nama "Riko" selalu menjadi ghibahan teman-teman kelasnya.

Reputasi Riko di Sma Trimurti tidak perlu ditanyakan lagi, semua orang mengenalnya, sosoknya yang dingin tanpa ekspresi memiliki pesona yang kuat, ditambah lagi ke lihaian nya dalam bermain bola basket menambah daya tarik dari sosok Riko tersebut.

Wajahnya yang dingin, dengan paras tampan, dan posturnya yang tinggi membuat wanita manapun pasti tertarik dengan nya.

Civa pun sangat penasaran akan sosoknya, namun karena posturnya yang kecil dia kesulitan untuk melihat Riko. Akhirnya sosok Riko pun keluar dari barisan anak-anak kelas XI IPA 1 di iringi dengan teriakan siswi-siswi yang histeris, Civa pun hanya dapat melihat sosok Riko dari samping.

Meskipun hanya dari samping Civa dapat melihat bahwa Riko memang adalah pria yang tampan, dapat dilihat sari hidungnya yamg mancung dan pipinya yang putih mulus tanpa jerawat, dari kejauhan pun sudah terlihat begitu besarnya pesona Riko tersebut.

Riko pun berjalan menuju tempat dimana trophy nya akan dipresentasikan, ternyata Riko memenangi Most Valuable Player Atau Pemain terbaik pada ajang perlombaan Basket tersebut.

Civa hanya dapat melihat punggung Riko yang berjalan menuju ke tengah lapangan, dapat dilihat dari belakang pun bahwa Riko memang sosok yang tampan.

Begitu sampai Riko pun membalikan badannya menghadap kearah siswa

"Ya tuhan pemandangan indah macam apa ini!"  Ucap Civa dalam hati

Bersambung....

I Love You MR.AntartikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang