BAB 3 (kilas balik)

16 2 0
                                    

jantungku mendadak berdebar setelah kamu menyanyikan sebuah lagu yang pada saat itu ramai di putardi beberapa tempat. Lagu Akad. Kamu ingat itu Rain?

mendadak rasa itu muncul ke permukaan hati, mulanya ku kira perasaan itu hanya kekaguman semata, seperti jika kamu melihat lelaki tampan yang sering mondar-mandir di layar kaca, ya sebatas itu pokoknya! Tapi salah, semakin hari saya semakin banyak memikirkan kamu Rain. Ya bukan karena ketika kamu menyanyikan lagu itu saja. Tapi juga karena sikap kamu yang mampu meluluhkan keras kepalana saya.

Bandung, 23 Desember 2016.

Saya tidak pernah menyesali apa yang sudah ada

ketika kamu jatuh cinta, maka kamu harus siap dengan patah hati

apapun bentuk patah itu, biarlah waktu yang menyembuhkan segala

ingat, bahwa tidak ada luka yang kekal.

beberapa hari menjelang hari natal saya mengantar kamu membeli pernak-pernik pohon natal, katamu ini tradisi yang biasa dilakukan dalam keluarga menjelang hari raya. Rain, hari itu matamu memancarkan kebahagiaan.

"Sudah semua nih! mau makan siang dulu mas?" tanyamu penuh semangat

"Boleh. tapi ini sudah mau dzuhur Rain. Saya mau solat Jumat dulu"

"Ok, aku tunggu di mobil ya!"

doa

aku menengadahkan tangan sedang kau menelungkupkan jemari

tapi Tuhan satu.

setiap kali kamu menunggu saya beribadah, kamu menunggunya dengan penuh sabar. kamu tahu betul Tuhan kita berbeda. Tapi banyak hal yang aku pelajari dari imanmu, Rain. kamu memahami betul saya dan Tuhan saya, bahkan tak segan kamu mengingatkan saya beribadah. Kadang kemunkaran itu muncul. Mengapa harus banyak Tuhan di dunia ini?

Rain, kamu ingat? setiap kali kita pergi bersama, kamu selalu minta untuk makan di cafe tempat di mana saya menjabarkan semua perasaan saya pada kamu. saking seringnya makan di sana, pegawai cafe  sudah tahu makanan yang selalu kamu pesan. Nasi goreng dan jus stroberi tanpa gula dan susu. Raina cantik... adakah ingatan itu berpendar di kepalamu?

"Mas, lusa kamu bisa datang ke rumah?" pertanyaanmu seringkali tidak jelas setiap kali mulutmu mengunyah makanan, tapi saya sudah handal. atau itu kelebihanmu ya, Rain?Makan sambil bicara. Lucu sekali.

"Bisa. Ada acara apa?"

"Yah... Masa, Mas lupa? Natalan dong."

Deg!! hatiku terhentak. Tuhan.. saya lupa, pun dalam iman kita berbeda. Tapi beberapa bulan menjalani hari-hari denganmu, saya merasa kamulah wanita yang saya tunggu dan saya cari, Rain.

"Oh, bisa." Mantap ku jawab, saya bisa datang Rain.

"Oke. Datangnya setelah kami pulang dari gereja, ya Mas."

Kamu selalu menyambut saya penuh kehangatan, Rain. Selalu dan tidak pernah berubah. Tidak lekang dari ingatan saya ketika natal pertama kita lalui bersama, kamu mengenalkan saya pada keluargamu yang juga tak kalah hangat.

"Mah, Pah. Kenalkan, Ini Alvin cowok Raina!" Sambil melempar senyum kamu mengenalkan saya dengan penuh keyakinan.

"Oh..Alvin yang sering Raina ceritakan, ya?" Sambut Papah sambil menepuk pundak.

"Alvin, apa gak masalah kamu merayakan natal di rumah ini sama Raina?" celetuk Mamah tiba-tiba. Ah, saya lupa. Hari itu pada Ibu saya hanya izin untuk menemuimu tanpa bilang akan merayakan natal bersama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAMSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang