Bab 2 (Feeds Instagram)

39 1 0
                                    

Pasuruan, 1 April 2021

Tiga tahun sejak akhir yang tidak pernah kita inginan itu, aku menjalani hari dengan rasa bersalahku padamu. Bukan karena tidak bisa lagi bersamamu, tapi karena kisah itu ku mulai tanpa memikirkan akhirnya.
Hari ini hujan dimulai sejak subuh tadi, sampai detik saya duduk sendiri di balkon rumah makan makanan cepat saji, hujan masih belum berhenti. Rain, barangkali ingatan saya masih belum bisa berhenti untuk menghapus kamu dari pikiran saya, dan saya sudah menyadari itu sejak awal bahwa bisa jadi saya yang akan mengalami kesulitan perihal melupakan. tidak perduli berapapun wanita yang saya dekati, saya belum menemukan sosok sepertimu. Kristin Odelia Raina , perempuan cantik dengan lesung di pipi kirinya, rambut sebahu yang seringkali kamu ikat sederhana, frame kaca mata oval dan gayamu yang klasik selalu berhasil membuat saya merindu. Rain, andai kamu tahu, sampai detik ini semua masih sama, tidak ada yang berubah.

selepas perpisahan itu saya putuskan untuk bekerja di luar Bandung, Bandung membuat saya menyimpan banyak harap yang menguap satu per satu, saya berharap dapat menemukan kehidupan baru di sini, dan kamu juga melakukan hal yang sama. setiap istirahat saya sering melepaskan kepenatan sendiri meskipun hanya sekedar makan atau bermain media sosial, tapi ada yang berbeda hari ini. feeds instagram dipenuhi unggahan aktivitas sosial yang sekedar ingin berbagi, atau bahkan ingin terlihan lebih berprestise, beberapa tahun ke belakang media sosial tidak sebaik hari ini, saya yakin kemajuan teknologi akan semakin membuat yang jauh semakin dekat atau bahakan bisa menjauhkan yang sudah dekat? entah. Raina, ada apa dengan puisimu hari ini?

sejak lama saya terbiasa membaca puisi-puisi mu, seringkali puisi berisi keadaan hatimu, katamu puisi adalah obat dari segala rasa kecewa, kamu mewujudkan itu Rain. puisi selalu berhasil membuat senyummu kembali, kamu selalu menang! sejak dulu.
berkali-kali menyakisikanmu sembuh dari luka-luka yang melintas dihidupmu melalui puisi, membuatku yakin kau mampu sembuh dari luka yang telah ku goreskan. tapi kalau saja mungkin, aku ingin semua rasa sakit itu ada padaku dan tidak lagi tersisa perih yang dapat kamu rasakan.

satu-satunya puisi Raina yang kekal dan tak pernah terpisahkan dari hari-hari saya hingga detik ini ada di secarik kertas catatan yang kamu selipkan di dompet saya 2016 lalu, ingat Rain? saya senang sekali menatap dalam-dalam matamu, rasanya saya merasa menjadi lelaki paling beruntung. Bahkan, dalam situasi sesingkat itu kamu berhasil membuat kata-kata indah yang meluluhkan hati saya.

"liatin mulu si mas?nih, satu puisi buat mas, biar jadi jimat!" katamu sembari melipat kertas itu dan menyelipkannya ke dalam dompet saya.

"hahahaha, biar lucky terus, ya?"

Rain kertas itu tak pernah berpindah tempat meski situasi kita tak lagi seperti dulu, biar kenangan itu terhenti di sana, meski kita telah berpindah ke banyak tempat.

Rain kertas itu tak pernah berpindah tempat meski situasi kita tak lagi seperti dulu, biar kenangan itu terhenti di sana, meski kita telah berpindah ke banyak tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

keteduhan berpendar di kerling matamu

jika sudi aku memilih untuk tetap di sini

tidak kemana-mana, dan tidak berubah bentuk

cinta tetap utuh

(untuk mas Alvin)

Melalui hari-hari denganmu, Rain. membuat saya sadar bahwa mencintai memanglah selalu perkara memberi, semua kasih yang kamu beri kepada saya, membuat saya ingin membalas kasih itu lebih besar dari apa yang kamu beri. meski pada akhirnya saya meruntuhkan harapan yang kamu gantungkan, tapi percayalah bahwa rasa sakit tak pernah sengaja diciptakan.

Hari ini juga begitu, feeds instagram yang beberapa waktu terakhir terlihat berwarna, kali ini justru terlihat berbeda. Ada apa Rain? kekecewaan seperti apa lagi yang tak dapat kamu utarakan? sambil menerka-nerka puisi di feeds instagrammu saya sampai tidak sadar kopi yang saya minum sudah habis, hujan sudah berhenti.

Maaf jika saya lancang menerka-nerka, tapi jika puisi itu untuk saya.. saya harap kamu mampu melalui kesulitan ini segera, Rain.

Ada kepergian yang butuh waktu sementara sampai akhirnya bisa memutuskan untuk kembali

Ada juga kepergian yang gak punya alasan untuk pulang lagi

karena ia tahu bahwa rumah yang selalu jadi tempat ia kembali tak lagi punya penunggunya.

Iya, kamu. Ia tahu sejauh apapun jaraknya, kamu bukan lagi sebagai rumah tempat ia kembali

Gapapa, kita tidak punya kendali atas ini. Semua terjadi atas kehendak semesta

Jadi sekeras apapun kita berusaha untuk kembali, pada akhirnya akan sama

Kecewa ya? Sama. Gak ada kepergian yang gak diiringi kekecewaan, sekalipun rasa kecewa itu penuh keikhlasan

kecewa memang selalu jadi pukulan keras untuk semua raga. Bahwa apa yang kita harapkan kadang gak sesuai dengan semua perwujudan

Entah mana yang harusnya menjadi pilihan kita, pergi? Atau terus berjalan tapi kita gak pernah tahu lagi arah dan tujuan. Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri? Atau bersamamu yang tak pernah lagi ada di sana

Cukup, gak perlu ada lagi yang harus diperjuangkan. Karena kita tahu semesta punya keputusan bahwa cerita kita gak perlu lagi dilanjutkan. Buku itu sudah selesai, bahkan sebelum kita mulai membacanya.

Terlalu percaya diri! semua yang kamu unggah. puisi yang kamu cipta, tempat yang kamu singgahi, barang yang kau jamah, dan lagu yang kamu nyanyikan semua saya rasa adalah tentang saya. perasaan ini terlalu naif, Rain. Tapi ku tahu semua itu pernah ku lalui denganmu. Andai dengan pergi sejauh ini dapat membuatmu lebih tenang, aku akan lebih bersyukur. Pasuruan hanya membuat jarak, tapi tidak menghapus jejak. kemana pun ku pergi bayang tentangmu masih ada. Raina yang tertawa karena sebuah kebodohan yang ku buat, Raina yang menangis karena sebuah keputusan paling menyakitkan yang ku beri. Rain, Tuhan sudah menghukum saya dengan caranya.




SAMSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang