Bukan aku yang membunuhnya. Dia membunuh dirinya sendiri.
Bukan aku pula yang mendorong nya. Dia yang membiarkan dirinya jatuh.Sangat indah namun melelahkan. Bermain dengan jantung yang tak berhati. Aku sudah bilang bukan aku yang harusnya membayar. Aku yang harusnya mendapatkan pembalasan.
Tempatkan aku disini. Dudukan aku dikursi. Biarlah aku berlutut dan mengaku. Tapi untuk apa. Aku tak membunuhnya sekali lagi. Dia yang ingin jiwanya diambil.
Percayalah nyawa orang asing akan lebih berarti daripada nyawanya. Gadis itu yang memang mengisi kehangatan rumahku. Tapi ia juga yang menghancurkan nya.
Aku masih belum mengerti sistem ke fanaan ini. Kalian ingin aku mengaku? Aku sudah mengaku.
Apa yang ingin kalian dengar? Aku telah membunuhnya? Sudah ku katakan tadi, ada kepalsuan dalam kalimat yang keluar dari mulutnya.
Kalian bahkan tak melihat aku disana. Ketika tubuh fana nya berhadapan dengan maut. Bagaimana kalian bisa menerima kata-kata itu di tempat tidur kematiannya.
Aku tidak paham akan kefanaan ini.Kau tahu semua orang berkembang. Mereka tumbuh. Itulah yang menjadikan manusia sebagai manusia. Tapi rupanya dimasa kelam ini hanya ada 2 jenis mahluk didunia ini. Malaikat dan Setan.
Nampaknya bagi mereka seorang malaikat tak dapat berubah menjadi setan dan setan tidak dapat berubah menjadi malaikat. Kau tidak bisa tumbuh maupun jatuh.
Maaf bukanlah pilihan. Kata nampaknya tidak bisa diterima begitu saja. Masa lalu bukanlah hal yang bisa kau ubah. Sekarang atau selamanya, masa lalu akan menentukan apakah kau malaikat atau setan.
Bila aku berbuat satu kesalahan, nampaknya aku adalah seorang setan. Jangan coba meminta maaf karna kau tetaplah seorang setan. Kau pantas mendapatkan semua kebencian yang ada di dunia ini. Dan kau pantas untuk mati.
Senjata terjajam bukanlah kata kata. Melainkan masa lalu mu.
Biarkan aku mengaku. Baiklah aku akan mengaku. Aku mengaku aku tidak melakukannya. Aku tidak menghancurkan nya. Ia yang menghancurkan dirinya sendiri. Aku bahkan tidak ada disana untuk melihatnya melakukan itu.
Aku lemparkan ke dalam api karna gadis yang memegang pisau ya sendiri. Dengan alasan aku juga pernah memegang pisau.
Apakah kalian tahu bahwa pisau yang ku pegang dapat memberiku makan. Sementara pisau yang gadis itu pegang hanya membawa darah.
Apa kalian terlalu buta untuk melihat ini.Pisau yang ku pegang juga telah membawa darah? Bukanlah aku telah membuatnya tumpul? Kenapa harus kalian asah lagi pisau itu.
Dengan alasan apapun di mata fana aku tetap setan. Aku tak bisa berubah menjadi malaikat karna sayapku yang berwarna hitam.
Jatuhkan lah aku ke dalam api bersamanya. Apa gunanya kalian dudukan aku diruangan ini. Aku tak akan menjadi terberkati. Aku tak akan menjadi bersih. Tanpanya aku tidak layak.
Bila telinga itu akan tetap jadi tuli. Bila mata-mata itu akan tetap menjadi buta. Aku tidak akan menjadi terberkati. Aku tidak akan menjadi layak.
Tidak ada gunanya pula aku berkata-kata seperti ini. Tidak guna. Semua pintu tetap akan ditutup. Aku tetap tak akan dibiarkan masuk.
Tidak ada guna juga aku berteriak. Bila aku akan tetap didorong. Jatuh ke jurang kegelapan bersamanya. Oh tunggu tidak. Kalian akan membiarkan aku membusuk dijurang itu sendirian. Karna kalian akan berusaha mengembalikan gadis itu kepermukaan.
Murka karna sesuatu yang tak aku lakukan. Tidak wajar tindakan itu kawan. Murkalah pada setan yang sebenarnya. Jangan kau lukis sayapku kembali menjadi hitam. Perjalannku untuk menjadi seorang malaikat bukanlah hal yang mudah. Jangan kau tarik lagi aku ke jalan setan itu.
Aku bukanlah lagi seorang setan. Namun nampaknya itu tidak cukup layak bagi kalian. Dimata itu aku masih layak dilempar ke lautan api yang paling panas.
Kalian yang menyebut dirinya malaikat lah yang akan melakukan itu. Ironis bukan. Seorang malaikat dilarang untuk mengotori namanya ataupun tangannya dengan darah. Masih bisakah kalian menyebut diri kalian malaikat setelah melemparku tadi.
Senangnya hati kalian ini, bukan. Merasa menyelamatkan dunia dari setan. Tanpa sadar bahwa kalian terlalu bodoh hingga buta terhadap ancaman setan yang sebenarnya.
Tidak ada yang namanya pembenaran. Bila kau merasa tindakan setan dapat dibenarkan demi menyelamatkan dunia. Tidak ada pembenaran didalam itu. Tidak ada yang namanya pembenaran.
Mereka yang menyebut dirinya malaikatlah yang me dudukan ku di kursi ini. Memberkati ku dengan air lumpur. Layakkah kalian disebut dengan nama malaikat?
Jatuhkan aku sekarang kalau begitu. Biarkan aku mengaku. Sudahlah aku ini mengaku. Tapi tetap diri ini tak dapat masuk.
Kalian ingin aku jatuh. Maka doronglah aku sekarang. Benar kan perlakuan setan kalian itu. Aku rela. Lagipula menurut kalian tidak lagi layak bagiku untuk berjalan didunia ini. Lantas untuk apa aku berjalan. Lebih baik doronglah aku ke jurang itu dan angkat gadis itu keluar.
Semoga saja kalian selamat darinya. Lemparkan aku dan biarlah aku menukar kesalahan ini dengan seorang setan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blessing Room (Cerpen)
Short StoryBiarkan aku mengaku. Biarlah aku menjadi terberkati. Manusia yang fana hanya ingin itu. Dan tanpanya kau bukanlah seorang yang layak. Biarkan aku mengaku. Biarlah aku terberkati