Hope🌈

9 3 0
                                    

"Harapan memang tak selalu berjalan mulus. Inilah kehidupan ada kerikil yang setiap saat harus kita lalui....."

Mia adalah seorang anak yang duduk di bangku kelas IX SMP. Ia hanya memiliki ibu satu-satunya keluarga yang masih ada dan tinggal bersama. Ibunya mengalami kebutaan sejak beberapa tahun lalu. Mia mengurus ibunya dengan penuh kasih sayang, ia pula harus bersekolah guna melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Ibunya yang memiliki keterbatasan penglihatan, hanya bisa berdiam diri tanpa bisa beradaptasi. Mia yang sebelum berangkat ke sekolah harus mengurus ibunya terlebih dahulu, mulai dari memandikannya, memberi makan dan memberesken pekerjaan rumah. Mereka tinggal di gubuk kecil pemberian dari tetangga yang sudah tidak layak pakai, bangunan yang sudah mulai rapuh dan tempatnya yang sempit pula.

Mia juga termasuk salah satu anak berprestasi di sekolahnya, ia anak yang paling banyak di sukai oleh guru-guru di sekolah. Ia pun tidak malu berjualan keripik singkong milik tetangganya, guna memenuhi kebutuhannya bersama ibu tercinta. Sehari-hari ia lalui hidup bersama ibu tercinta dengan penuh kebahagiaan dengan semua kekurangan yang ia miliki. Ia tidak mudah putus asa dalam menghadapi semua ujian yang terkadang selalu menimpa dirinya. Mulai dari suka di ejek oleh teman-temannya karena terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Bahkan pakaian sekolah saja dia tidak mampu untuk membeli yang baru. Dan hanya menggunakan baju seragam satu-satunya yang setiap pulang sekolah ia cuci lalu dikeringkan agar pakaian tersebut selalu terlihat bersih saat ia pakai keesokan harinya.

Di sekolah ia tidak mampu membeli buku-buku yang disediakan di sekolah, buku yang ia punya pun sudah mulai kumuh dan habis ia kerjakan soal-soal latihannya. Ia sekarang duduk di kelas IX SMP, dimana ia sedang sibuk belajar guna menghadapi Ujian Nasional. Ia semakin giat belajar dengan harapan mendapatkan nilai yang memuaskan agar dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya dengan bantuan Beasiswa.

Suatu hari, Mia seperti biasa sebelum berangkat ke sekolah ia mengurus ibunya terlebih dahulu, lalu ia berangkat ke sekolah dengan membawa barang dagangan milik tetangganya itu. Di tengah perjalanan ia selalu bertanya kepada hati kecilnya "Apakah bisa aku melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya? Sedangkan kondisi perekonomian aku tidak mungkin untuk memenuhi kebutuhan sekolah di jenjang selanjutnya dengan biaya yang mungkin lumayan cukup mahal. Sedangkan aku juga harus menghidupi dan mengurus ibu yang sedang sakit" katanya. Pertanyaan itu selalu ia tanyakan kepada dirinya sendiri tanpa ia menyadari bahwa ia memiliki potensi yang jika ia kembangkan akan membantu dia untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

Sesampainya di sekolah, ia menyimpan tasnya terlebih dahulu ke kelas. Dan sebelum jam pelajaran di mulai, ia mulai mendatangkan keripik singkong yang ia bawa ke tiap kelas. Langkah kaki mulai ia langkahkan ke kelas dengan harap dagangannya bisa disukai oleh teman-temannya dan laku habis terjual. Namun, dugaannya salah, ia malah mendapatkan ejekan yang dari teman-temannya "Ngapain kamu masuk ke kelas kita? Dasar gembel" ucap temannya. Mia hanya terdiam dengan hati yang sangat sedih mendengar ucapan itu, namun dia menghiraukannya. Lalu dia bertanya "Ada yang mau beli keripik singkong nya gak? Rasanya enak banget dan harganya juga murah kok". Dan tidak ada yang menjawab satupun. Dia merasa sangat sedih dan kecewa kepada dirinya sendiri karena tidak berhasil menjual barang dagangan yang ia bawa saat itu. Ia bingung bagaimana cara agar barang dagangan ini laku terjual agar bisa memberi ibunya makan dirumah.
Bel masukpun berbunyi, Mia langsung memasuki kelasnya untuk mengikuti pembelajaran. Hari itu kebetulan pelajaran matematika dimana pelajaran yang sangat disukai Mia. Seorang langsung menerangkan pelajaran tersebut dan memberikan tugas kepada muridnya. Mia masih tertunduk dengan hati gelisah karena barang dagangannya belum terjual satupun. Mia tidak fokus belajar. Dan gurupun memperhatikan sikap Mia kala itu. "Mia kamu kenapa? Kok bingung gitu nak? Ada masalah apa? Ada yang bisa ibu bantu" ucap Bu Sinta guru matematika. Mia tidak berguling dan hanya diam melamun. Lalu di dekatilah Mia, dan ia terkejut saat dihadapannya sudah ada Bu Sinta. "Eh ibu.. iyaa? Ada apa?" Mia terkejut kaget. Lalu Bu Sinta bertanya kembali " Kamu kenapa? Sedang ada masalah apa, kok kelihatannya kamu gelisah terus?" Miapun menjawab dengan tenang "Tidak apa-apa Bu. Mungkin hanya sedikit kecapean" sembari tersenyum ramah. Dan Bu Sinta pun memakluminya karena sudah mengetahui keseharian Mia seperti apa. "Yaudah lain kali harus lebih fokus lagi yah belajarnya, bentar lagi mau Ujian Nasional, kamu harus giat belajar yah".

Tidak terasa jam menunjukkan pukul 13.00 wib, dimana sekolah sudah selesai dan waktunya untuk pulang. Mia berjalan pulang dengan harap ada yang membeli keripik singkong yang ia bawa. Agar bisa dibelikan makan buat ibunya. Langkah kaki yang terus ia langkahkan sembari menawarkan barang dagangannya ke setiap orang yang ia temui dijalan. Mia dengan cemas dan hati gelisah. Tiba-tiba Mia tidak sadar bahwa dia sudah berjalan ke tengah jalan dan hampir mau tertabak oleh mobil. Berhentilah Mia dengan mengucap "Astaghfirullohaladziim" dia kaget dan hampir mau celaka. Keluarlah orang yang ada dalam mobil yang hampir menabrak Mia. Laku bertanya "Kamu kenapa dek? Kenapa tadi Adek jalan ketengah, padahal kan banyak kendaraan yang lewat, untung saja saya keburu rem mobil ini. Kalo nggak, Adek mungkin tadi tertabrak". "Maaf pak, saya tadi melamun" jawabnya. "Itu Adek bawa apa dalam keresek itu?". "Ini pak keripik singkong" jawabnya dengan nada yang sangat sedih. "Wahh. Kayanya enak tuh. Boleh bapak borong semuanya? Kebetulan bapak sangat suka sekali keripik singkong ini". Singkat cerita diboronglah singkong tersebut oleh si bapak yang hampir menabrak Mia karena kecerobohan Mia. Mia pun pulang dengan hati buang sangat senang sekali karena barang dagangannya habis dan uangnya bisa ia belikan untuk makan Mia dan ibunya dirumah.

Sesampainya dirumah, Mia memberikan makan kepada ibunya yang tadi ia beli dari hasil jualannya. Selepas itu Mia laku mengganti pakaiannya dan mendatangi rumah penjual keripik singkong yang ia jual. Untuk memberikan hasil dari jualannya tadi. Setelah itu ia melanjutkan pekerjaannya dirumah tetangga lain. Ia selain berjualan keripik singkong, Mia juga menjadi buruh cuci piring di salah satu tetangganya untuk menambah penghasilannya. Ia tidak malu bekerja sebagai apapun, agar ia dapat menghasilkan uang guna menghidupi Mia dan ibunya. Walaupun upah yang di dapat tidaklah banyak, namun ia tetap bersyukur masih ada yang mau memperkerjakan ia yang masih duduk di bangku SMP.

Adzan Maghrib pun berkumandang, Mia sudah berada lagu dirumah. Lalu ia menuntun ibunya mengambil air wudhu dan sholat berjamaah. Diteruskan dengan membaca Al-Qur'an. Selepas itu Mia melanjutkan kembali pelajaran yang ia dapat di sekolah siang tadi dan belajar pelajaran yang besok akan dipaparkan di sekolah. Ia sangat giat dalam belajar dengan kondisi dia sangat lelah karena seharian ia bekerja. Namun, ia tidak pernah putus asa.

Singkat cerita, keesokan harinya Mia akan mengahadapi Ujian Nasioal yang sudah ia tunggu-tunggu dari kemarin. Mia dan teman-temannya memasuki ruangan yang sudah disediakan oleh pengawas ujian. Mia masuk dengan mengucapkan Bismillah dengan harap mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.

Tiga hari sudah Mia mengikuti Ujian Nasional, dan Mia sudah tidak sabar untuk melihat hasilnya. Pada saat upacara bendera tepatnya hari Senin. Wali kelas IX mengumumkan siapa yang mendapatkan nilai terbaik saat Ujian Nasional. Mia sangat degdegan dan berharap ia yang akan mendengar namanya yang di sebut. Dan benar Mia adalah anak yang memiliki nilai terbaik. Kala itu Mia langsung sujud syukur dan berterimakasih atas apa yang sudah ia lakukan selama ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Mia menangis tersedu-sedu karena tidak menyangka. Dengan nilai yang memuaskan itu Mia bisa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya dengan Beasiswa yang ia dapat. Semua guru, teman-temannya dan ibunya sendiripun sangat bangga kepada anaknya karena bisa melanjutkan sekolahnya tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semua Perlu PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang