Joochan memainkan piano di sudut ruangan itu dengan asal. Tak peduli dengan nada apa yang keluar dari sana. Hanya memainkannya sambil termenung. Sementara Jibeom di sisi yang lain menggerutu kesal. Membersihkan lantai ruangan musik itu sendirian, padahal hari ini tugasnya dan Joochan berdua untuk bersih-bersih.
"Hong Joochan. Berhenti bermain dan bantu aku."
Joochan tidak menjawab, hanya menghela nafas kasar disana. Memandang ke arah jendela yang berkabut karena derasnya hujan diluar.
"Kau ini kenapa?"
"Apa?"
"Terjadi sesuatu antara kau dan donghyun?"
Pertanyaan Jibeom membuat Joochan tertawa pelan. Jibeom selalu paham situasinya bahkan tanpa perlu dijelaskan.
"Kenapa? Donghyun menolakmu atau apa?"
"Tidak..."
Joochan tidak tahu harus mengatakan apa di situasi seperti ini. Donghyun bukan menolaknya, tidak, mereka baik-baik saja. Bahkan tadi pagi mereka masih sarapan bersama. Semuanya berjalan baik seperti biasa.
Sedikit pertengkaran di pagi hari namun itu hal yang biasa. Hanya bertengkar tentang siapa yang harus memakai kamar mandi terlebih dahulu.
Pun akhirnya Joochan mengalah karena Donghyun harus pergi ke tempat latihan club dancenya.
Tapi sebenarnya bukan itu yang membuat Joochan merasa kosong seperti ini. Bukan karena ia kalah dari pertengkaran mereka hari ini. Jujur, Joochan senang saat Donghyun berteriak padanya, wajah cemberut itu terlihat menggemaskan baginya.
Ia hanya tak suka saat Donghyun menghabiskan waktu bersama orang lain. Terlebih saat ia tahu salah satu lelaki di club dance itu bernama Choi Bomin.
Hah, mengingat namanya saja membuat Joochan kesal.
Joochan tidak tahu sejak kapan ia merasa seperti ini. Kesal saat Donghyun tersenyum ke arah pria lain. Tidak suka saat Donghyun diam saja ketika lengannya ditarik oleh pria lain.
Hanya saja Joochan tak bisa melakukan apapun. Untuk apa marah jika ia dan Donghyun bahkan tak punya suatu hubungan yang jelas. Hanya teman masa kecil yang hingga sekarang terus menghabiskan waktu bersama.
Ya, sebatas teman.
Namun jauh di dalam hatinya Joochan ingin sesuatu yang lebih dari itu.
"Sampai kapan kau mau seperti ini?"
Jibeom berhenti membersihkan lantai itu. Kali ini benar-benar bertanya dengan nada yang lebih serius. Jujur dirinya lelah melihat Donghyun dan Joochan yang tak kunjung memperjelas semuanya. Tidak seperti ia dan Jaehyun yang sudah sejak lama berkencan.
"Kau tahu Choi Bomin itu juga menyukainya kan? Kau mau diam saja?"
"Aku tahu Jibeom..."
Joochan tahu itu. Dia tahu dengan jelas. Tatapan Bomin terlihat berbeda. Senyumnya terlihat lebih lembut saat berbicara dengan Donghyun. Bahkan berapa kali Joochan lihat ia dengan sengaja mengenggam tangan Donghyun.
Joochan tahu itu.
Namun dia tak tau harus mengatakan apa. Bahkan Donghyun tak menolak semua perlakuan itu.
Pun saat ia bertanya
"Kenapa kau diam saja?"
Jawaban Donghyun tidak pernah membuatnya tenang. Berdalih bahwa Bomin hanyalah adik kecil yang sudah dia anggap seperti adik sendiri.
Tapi Joochan tahu bagi Bomin Donghyun bukanlah hanya seorang senior di club dance. Tapi Bomin menaruh perasaan yang lebih dari itu.
"Sudah dua tahun bukan? Kau sudah menahan perasaanmu terlalu lama Hong Joochan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter (DongChan) [END]
FanficBerteman sejak kecil bukan berarti kau tak punya perasaan yang lebih untuk sahabatmu. Donghyun tak tau entah sejak kapan ia jatuh cinta pada Joochan lebih dalam tiap harinya. Bisakah ia berharap sedikit saja? Apa Joochan punya perasaan yang sama unt...