Pagi ini didepan gedung Graha Merah Putih sudah ramai dipenuhi siswa/i yang akan menunggu pengumuman pembagian ruang kelas. Begitupun dengan Zahra yang ditemani oleh Riri juga ikut berkumpul untuk melihat pengumuman tersebut. Sembari menunggu pengumuman diberikan mereka berdua bercanda ria sambil tertawa terbahak-bahak tanpa memperdulikan rasa malunya.
"Sumpah tadi malem gue liat isi berita yang ngebahas orang jatuh terus mandi lumpur eh masuk tv. Nah sedangkan gue yang jatuh hampir tiap hari aja enggak masuk tv," ucap Zahra dengan semangat.
"Hahahahhahaha." Zahra dan Riri tertawa dengan keras.
"Eh bisa diem nggak," tegur anak cowok yang berada disamping Zahra.
"Mulut-mulut gue kenapa lo yang sewot, lagian yang ribut bukan kita berdua doang," balas Zahra tanpa mau menatap.
"Emang semua anak-anak disini pada ribut, tapi ketawa lo tuh yang bikin gendang telinga gue mau pecah," ujarnya.
Mendengar ucapan cowok tersebut membuat Zahra marah dan langsung berdiri.
"Maksud lo ap-" ucapan Zahra terhenti.
"Zahra, Hafiz," panggil mereka secara bersamaan.
'Demi apa gue ketemu Hafiz disini lagi, emang kalo jodoh enggak kemana,' bathin Zahra merasa senang.
"Lo sekolah disini juga?" Tanya Zahra.
"Pertanyaan yang aneh udah satu tahun bareng dan satu sekolah masa iya dia enggak pernah lihat gue," gumam Hafiz lirih.
"Lo ngomong apa gue enggak denger kok suaranya washwashwash gitu," ucap Zahra.
"Engggak gue enggak ngomong apa-apa," balas Hafiz.
"Lo ambil jurusan apa disini?" tanya Zahra dengan anggun dan kalem.
Riri yang melihat tingkah Zahra berubah menjadi kalem merasa bingung karena biasanya meskipun didepan cowok Zahra akan tetap ceria dan heboh.
"Woy tumben banget lo kalem gitu biasanya aja heboh," ujar Riri membuat Zahra tersenyum kecut kearah Hafiz.
"Lo bisa diem dulu nggak Ri," ucap Zahra greget.
"Oke oke."
"Udah dari kelas 1 gue ambil jurusan IPA dan gue juga sering liat lo kalo lo mau ke Lab," jawab Hafiz dengan nada dingin.
"Kenapa lo enggak manggil gue, lo enggak kangen sama gue," ujar Zahra dengan rasa percaya diri.
"Siapa lo gue kangenin," balas Hafiz lalu pergi meninggalkan Zahra.
Zahra sedih mendengar balasan Hafiz yang masih saja dingin kepadanya. Padahal sejak SMP Zahra sudah menunjukan rasa sukanya pada Hafiz tapi respon Hafiz selalu saja membuatnya kecewa.
"Aduh sakit banget nyesekkkkkk," ledek Riri pada Zahra.
"Diem Ri gue lagi sedih nih," ujar Zahra duduk kembali.
"Dia siapa sih Ra kok lo berubah jadi kalem kalo didepan dia?" Tanya Riri.
"Dia Hafiz Dirgantara temen sekelas gue waktu SMP sekaligus cinta pertama gue sampe sekarang," jelas Zahra dan membuat Riri terkejut.
"Apaaaaaa," teriak Riri kencang sampai semua anak-anak menatap kearah mereka berdua.
"Riri jangan teriak." Zahra mencubit lengan Riri.
"Aduh sakit Ra maaf-maaf," ucap Riri.
"Gue udah dari kelas 1 SMP naksir sama dia tapi sayang orangnya cuek terus dingin kaya mayat hidup," jelas Zahra pada Riri.
"Terus-terus."
"Iya gue jatuh cinta pada pandangan pertama saat itu bandana kesayangan gue ilang dan tiba-tiba Hafiz dateng terus bawain bandana gue," jelas Zahra sambil senyum-senyum sendiri.
"Hal biasa aja lo jadi suka sama dia aduh Zahra-Zahra," ucap Riri heran.
"Menurut gue sih itu hal yang paling romantis Ri, disaat gue butuh bantuan buat cariin bandana eh pahlawan gue langsung muncul."
Zahra mencoba mengingat kembali disaat dirinya dan Hafiz bertemu. Zahra sangat terbuai dengan awal pertemuannya dulu sampai-sampai Riri pergi pun Zahra tak sadar.
"Pengumuman untuk semua siswa/i kelas 1 dan 2 dimohon berkumpul dilapangan atas karena pembagian ruang kelas akan segera diumumkan."
Zahra tersadar ketika mendengar instruksi seorang guru yang menyuruh semua siswanya untuk menuju ke lapangan atas.
"Ri ayo buruan naik ke lapangan atas," ajak Zahra sambil menggambil tasnya.
Hening tidak ada jawaban dari Riri dan ketika Zahra menengok kebelakang ternyata Riri sudah meninggalkan dirinya sendirian didepan Graha.
"Riri awas ya lo," ucap Zahra greget.
"Terpaksa gue naik ke atas sendirian," gumam Zahra.
Zahra menuju kelapangan atas sendirian, tapi ketika didepan ruang Laboratorium Zahra bertemu dengan Hafiz dan langsung lari untuk mensejejerkan langkahnya.
"Lo baru naik ya," ucap Zahra.
"Hm."
"Kita bareng ya keatasnya," ucap Zahra sambil menatap Hafiz.
"Lo duluan aja gue dibelakang," suruh Hafiz.
"Enggak gue takut."
"Takut kenapa?" Tanya Hafiz.
"Disitu ada kakak kelas berandal jadi gue takut mau lewat," balas Zahra.
"Seorang Zahra yang petakilan dan heboh ternyata bisa takut sama kakak kelas," ledek Hafiz.
"Gue juga manusia biasa kali yang punya rasa takut," balas Zahra.
Hafiz berjalan didepan sedangkan Zahra berada dibelakang Hafiz. Meskipun sudah bersembunyi dibelakang Hafiz tapi Zahra merasa takut ketika kakak kelas yang berandal mendekat kearahnya dan Hafiz. Dan sangkin takutnya Zahra meremas baju Hafiz hingga lecek.
"Cewek lo cantik juga ya," ucap salah satu kakak kelas yang menghadang mereka berdua.
"Rambutnya bagus lagi."
Anak yang lain mencoba memegang rambut Zahra tapi langsung ditepis oleh Hafiz.
"Berani kalian nyentuh dia gue aduin ke Bu Lia biar masuk BP," ancam Hafiz.
"Nah kebetulan ada Bu Lia tuh mending gue panggil. Bu Lia!" teriak Hafiz.
Mendegar Hafiz memanggil Bu Lia guru BP, membuat nyali mereka ciut dan langsung pergi lari terbirit-birit.
"Urusan kita belum selesai awas lo!" Teriak salah satu dari mereka.
"Nanti kita selesain di KUA hahahahhah," ledek Hafiz sembari tertawa.
Hafiz langsung mendekat kearah Zahra yang terlihat masih ketakutan.
"Mereka udah pergi tenang aja," ucap Hafiz.
"Gg-gue takut," ucap Zahra.
"Udah enggak papa selagi ada gue enggak akan ada cowok yang bisa nyakitin lo," ujar Hafiz.
"Beneran?" tanya Zahra dengan senyuman indah.
"Hm, ayo buruan naik nanti kita telat," ajak Hafiz.
"Eh entar dulu katanya tadi ada Bu Lia mana orangnya."
"Gue bohong kali biar mereka pergi aja," ucap Hafiz.
"Wah mereka tertipu oleh tipuan muslihat lo," balas Zahra.
"Udah jangan ngomong mulu ayo buruan naik ke atas."
Zahra dan Hafiz pun naik ke atas lapangan dan berbaris berdampingan. Hari ini Zahra merasa sangat bahagia karena bisa bertemu kembali dengan cinta pertamanya yaitu Hafiz.
****
TEAM HafZah🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiz&Zahra
Teen FictionWARNING⚠ [ MOHON UNTUK TIDAK MEMPLAGIAT CERITA INI. KARENA SAYA MEMBUATNYA BERDASARKAN HALUSINASI DIRI SENDIRI ] Apa jadinya jika seseorang yang kita cintai malah mencintai orang lain? Apalagi yang dicintai adalah sahabat kita sendiri. Lalu apakah k...