21 || Tentang Dokter Lucas

2.9K 388 35
                                    

[ REMAKE ]

.

.

Dokter Lucas mengendarai mobilnya dengan tenang menembus kemacetan jalan raya, mereka lalu tiba di belokan keluar kota, menuju jalanan yang sepi.

Renjun yang selama ini diam karena menahan rasa tegang dalam perjalanan menoleh dan menatap Dokter Lucas penuh rasa ingin tahu, "Kita akan kemana dokter?"

Dokter Lucas menoleh lalu tersenyum mmanis, "Ke rumah di pinggiran kota, tempatnya seperti villa di pegunungan, kau akan aman di sana dan Tuan Jeno tidak akan bisa menjangkaumu."

Renjun menganggukkan kepalanya dan menatap lurus ke depan, melihat pemandangan hutan dengan jalanan yang berkelok-kelok. Malam semakin gelap dan Renjun mulai merasa mengantuk.

Akhirnya dia menyandarkan kepalanya dengan nyaman di kursi dan mulai tertidur.


•••

Jeno menatap marah pada perawat yang dibius untuk menggantikan Renjun di ranjang.

Dua bodyguardnya yang tadi berjaga di kamar Renjun berdiri ketakutan dengan wajah lebam bekas pukulan Jeno, "Kenapa kalian bisa sebodoh itu hah?!" suara Jeno terdengar tenang, tetapi intensitas kemarahannya membuat bulu kuduk dua anak buahnya berdiri.

Para bodyguard itu saling bertatapan mencoba berkata-kata, tetapi tak bisa. Mereka memang bersalah.

Jisung sebagai atasan mereka telah menginstruksikan untuk memeriksa siapapun sebelum masuk dan keluar dari ruangan Renjun. Tetapi karena dokter Lucas tampaknya terbiasa keluar masuk ruangan ini dengan bebas, mereka jadi lengah dan membiarkannya.

Siapa sangka kalau dokter Lucas adalahJackal yang ditakuti itu?

Jeno masih menatap marah kepada kedua bodyguardhya, sambil memikirkan hukuman apa yang cukup kejam untuk dilimpahkan atas kebodohan mereka.

Renjun melarikan diri, dan bukan hanya melarikan diri, perempuan itu sekarang seolah-olah sengaja menyerahkan diri pada Jackal.

Jisung datang, menyerahkan setumpuk berkas lagi yang mengalihkan perhatianJeno, "Sepertinya dugaan anda benar Tuan Jeno, profil dokter Lucas sangat mirip dengan profil Jackal. Dia lulusan jenius dari kedokteran, kehidupannya sangat misterius, dan menurut desas desus, ibunya meninggal karena bunuh diri. Dia baru masuk mendaftar ke rumah sakit ini dua bulan yang lalu, dan ketika kami melakukan pengecekan terhadap masa lalunya, semuanya kosong, tidak ada satupun data tentangnya, seolah semuanya telah dihapus."

"Cari sampai dapat!" Jeno menggertakkan giginya, "Apapun itu...alamat, nomor mobilnya, apapun untuk bisa mengarahkan kita kepadanya. Kita harus menemukan Renjun sebelum terlambat."

Jeno memejamkan mata, sejenak merasakan sesak di dadanya. Renjun harus selamat. Meskipun sekarang hal itu diragukan, karena Renjun berada di tangan Jackal yang sangat kejam. Jeno akan menempuh segala cara untuk mendapatkan Renjun kembali, selamat, dan hidup-hidup.

•••

"Renjun, kita sudah sampai."

dokter Lucas mengguncang bahu Renjun lembut. Renjun membuka matanya dan menemukan mobil mereka di pinggir disebuah villa tua berwarna putih yang sangat indah dengan dihujani cahaya lampu yang remang-remang.

Dokter Lucas turun terlebih dahulu, lalu membuka pintu penumpang dan membantu Renjun turun. Mereka berjalan bersisian memasuki teras rumah. Ketika dokter Lucas membuka kunci pintu rumah itu, Renjun mengernyit dan bertaya, "Ini rumah dokter Lucas?"

Lelaki itu tersenyum lagi dan menggeleng, "Bukan, ini properti milik sahabatku yang dititipkan kepadaku, sekarang dia sedang di luar negeri. Kupikir tempat ini adalah tempat yang paling aman untukmu sekarang ini. Kau bisa bersembunyi di sini untuk sementara, karena aku tahu Tuan Jeno pasti sedang sangat marah sekarang dan pasti dia akan menggunakan segala cara untuk mencarimu."

Renjun menggigil mendengar kemungkinan itu, dan membiarkan dirinya dihela masuk ke dalam villa.

Bagian dalam villa ini sangat indah, secantik bagian luarnya. Dengan ornamen Belanda yang kuno dan rapi, tampak begitu nyaman untuk ditinggali.

"Ayo, kuantar kau ke kamar sementaramu, kau bisa beristirahat disana, aku yakin kau pasti capek setelah perjalanan panjang." dokter Lucas melangkah melalui anak tangga dan Renjun mengikutinya.

Kamar untuk Renjun adalah kamar sederhana yang tertata rapi, dan ranjang bulu angsa berseprai putih di tengah ranjang tampak sangat empuk dan menggoda untuk ditiduri. Tanpa sadar Renjun menguap, membuat dokter Lucas sedikit terkekeh.

"Tidurlah Renjun, semoga besok pagi kau bangun dengan lebih segar. Renjun menganggukkan kepalanya,"Terima kasih dokter, terima kasih atas segalanya, saya tidak tahu bagaimana harus berterimakasih kepada dokter karena sudah menyelamatkan saya dari
Jeno."

Dokter Lucas melangkah ke pintu, senyumnya tampak misterius di balik cahaya remang-remang, "Tidak apa-apa Renjun, aku senang bisa membawamu ke sini." Lalu lelaki itu melangkah keluar dan menutup pintu dibelakangnya.

•••

Renjun terbangun karena rasa hausyang amat sangat, dia terduduk diranjang dan sedikit terbatuk- batuk.

Dengan pelan dia memandang ke sekeliling. "Masih gelap, mungkin ini masih dini hari."

Dengan langkah hati-hati Renjun turun dari ranjang, dan keluar dari kamar. "Dimanakah dapurnya? Aku ingin minum..."

Lorong lantai dua tampak gelap, tetapi ada cahaya putih di ujung sana. Dia lalu melangkah hati-hati menuju cahaya itu, dan terbawa ke sebuah pintu yang sedikit terbuka di ujung lorong.

Renjun membukanya, dan tertegun.

Ini bukan dapur. Dia sudah henda kmembalikkan badan, ketika pandangan matanya terpaku pada sesuatu, dan wajahnya memucat. Di sana, di salah satu sisi tembok itu penuh dengan foto-foto yang ditempel. Dan itu bukan foto-foto biasa, itu foto-foto Jeno sedang melakukan aktivitasnya, beberapa di antaranya ada Jeno yang sedang bersama Renjun.

Jika dilihat dari ekspresi Jeno di sana, tampaknya foto-foto itu diambil dengan kamera tersembunyi, tanpa seizin objeknya.

"Ada pepatah, kalau rasa ingin tahu yang besar suatu saat akan menjadi penyebab kematianmu."

Renjun terlonjak kaget mendengar suara yang mendesis itu, dia membalikkan badannya dan berhadapan dengan dokter Lucas yang berdiri diam di balik bayang-bayang.

Lelaki itu tersenyum seperti biasanya, tetapi senyumnya yang sekarang bukanlah senyum manis secerah matahari, melainkan seringai jahat yang menakutkan.

•••

"Kita sudah berhasil melacak mobilnya, Tuan."

Jisung dengan terengah mendatangi Jeno yang menunggu sambil mondar-mandir tak tenang diruangannya.

Jeno langsung berdiri dan bergegas, dia sudah menyiapkan senjata berupa belati berat yang selama ini ada di kakinya dan sebuah magnum miliknya. Kalau dia harus membunuh demi Renjun, akan dia lakukan.

Lelaki itu memejamkan matanya, "Semoga aku tidak terlambat datang."

[✔] My Life Destroyer Man 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang