Part #5

13 2 1
                                        


Brak!
Suara daur pintu pintu kamar Tias saat dia menutupnya. Jelas sekali kalau dia sedang dalam keadaan bad mood sekarang.

"Dia kenapa?" tanya Yasmin pada Gana.

"Entahlah, Ma. Aku juga nggak tempe," jawab Gana sembari menaikkan bahunya dengan wajah lesunya.

Baru pertama masuk sekolah sudah seribet ini, apalagi ke depannya. Masih banyak hari yang akan di jalani dan tak terbayang bagaimana hubungannya dengan Tias yang kesabarannya setipis kulit bawang.

"Lelah, ya?" tanya Yasmin lagi pada putranya yang kini sedang duduk di sofa dengan seragam sekolah yang membuka dua kancing bajunya paling atas dan tas yang masih di gendongnya terhimpit diantara tubuhnys dan sofa.

"Banget, sampai-sampai Gana mau lari ke Merkurius," racau Gana.

"Sampai segitunya?" Ibunya Gana ini keponya memang sampai ke ubun-ubun.

"Malah lebih. Jadi, pengen ke planet yang lebih ekstrim." Komplit sudah, nggak anak nggak emaknya sama-sama meresahkan.

"Jadi, sampai ke Neptunus dong? Atau galaksi lain?" Tuhkan mulai ngaur. Alur pembicaraanya kemana ya Allah.

"Sampai ke hati, Ma. Gana ke atas dulu mau ganti baju," pamit Gana dan beranjak dari sofa.

"Oh iya, Mama nggak ke toko?" tanya Gana mengingat hari ini adalah hari senin dan biasanya bisnis keluarga mereka tetap jalan.

"Ada Ayah kamu. Jadi, don't worry," jawab Yasmin sembari menambahkan kata bahasa Inggris yang dia pelajari.

"Betul nggak kalimatnya? Bukan Worry don't, kan?" lanjut Yasmin membuat Gana langsung terseyum geli.

"Bukan, Ma. Udah tepat kok. Mama memang the best," kata Gana sembari mengancungkan dua jempol.

"Anakku memang paling bisa muji," ucap Yasmin dengan dramatis.

"Gana ke atas, untuk ke dua kalinya ya, Ma," ujar Gana langsung berjalan menaiki tangga.

"Jangan lupa panggil Tias makan siang, yah?" pesan Yasmin.

"Oghey."

Gana berhenti sejenak di depan kamar Tias. Dia benar-benar bingung harus gimana ke Tias, sedangkan Tias orangnya tertutup dan kebanyakan diam dengan mulut cabai lefel seribu miliknya.

Gana cuman bisa menghembuskan nafas berat seraya melangkah pergi ke kamarnya. Namun, saat Gana hendak beranjak tiba-tiba ada suara pecah yang berasal dari dalam kamar Tias. Gana yang mendengar langsung mendobrak pintunya. Namanya juga kaget, jadi langsung terjang saja. Kaget atau khawatir nih?

"Ma!" teriak Tias saat Gana masuk dan Gana langsung menutup kedua matanya. Bagaimana tidak, posisi Tias sekarang begitu MasyaAllah dan Gana mengucap Alhamdulillah.

"Pe'a lu! Keluar!" usir Tias masih pada posisi yang begitu Astargfirullah.

"Bagaimana cara keluarnya mata aku ketutup, gelap. Segelap duniaku tanpamu," gombal Gana masih menutup matanya rapat-rapat.

Bruk!

"As* sakit!" jerit Gana ketika sesuatu melayang ke kepalanya. Dia langsung lari, takut jika singa betina itu benar-benar bangun dan mencabik-cabik tubuhnya.

"Subhanallah, begitu indahnya ciptaanmu Ya Allah," ucap Gana seraya mengelus dadanya dan pergi ke kamarnya. Gana menang banyak.

Setelah memastikan Gana sudah tidak ada lagi, dia langsung berdiri dan melilitkan handuk ke tubuhnya. Kalau saja dia tidak jatuh tadi, ini tidak akan terjadi. Di tambah juga, handuknya yang malah melorot dan begitulah.

"Awas kau Gana! Akan kucongkel matamu dan kuberikan pada buaya!" geram Tias seraya ke lemari mengambil bajunya. Belum nikah, sudah melihat semuanya.

"Akh!" Tias mengacak rambutnya frustasi dan detik berikutnya ekspresinya berubah.

"Nggak apa, kan calon suami," ujarnya santai. Di kamar sebelah Gana sedang menguping Tias, takut gadis itu mengamuk. Betapa bahagianya hatinya ketika dia mendengar Tias berkata, "Nggak apa, kan calon suami."

"Istriku belajar bucin di mana sih. Satu kalimat yang sederhana, namun menancap di hati selamanya menumbuhkan bunga-bunga dan bermekaran. Membuat euforia di dalam hatiku langsung berhambur," kata Gana dramatis dan berbalik.

"Astargfirullah! Jodoh anj*ng," kejutnya. Tias langsung melotot padanya. Gana tamatlah riwayatmu, nak. Mari bersama mengucapkan Innalillah.

Eh nggak jadi, kan kalau Gana mati jodohnya Tias siapa? Masa iya dia jadi janda di bawah umur, kagak boleh dong.

"Anj"ng!" ulang Tias memandang Gana dengan tajam.

"I-iya, jodoh anjing tetangga. I-itu anjing tetangga lagi cari jodoh," elak Gana sembari menunjuk ke luar jendela di mana ada seekor anjing jomblo yang sedang tidur.

"Galaknya tuh anjing, pernah kejar aku sampai terbirit-birit. Bisa dibayangkan begitu tampannya aku waktu itu, sampai-sampai anjing ngejar aku. pun  Jadi, aku berpikir, apakah ada anjing jantan sama dia? Aku saja manusia ogah apalagi anjing lain," paparnya. Tetangga dari mana coba, rumah mereka di tengah hutan belantara, punya tetangga, Tidak mungkin.

"Anjing bapak kau!" sembur Tias dan menendang kaki Gana membuat pria itu meringis.

"Anjing ngegas," decit Gana.

"Itu Borqi! Bukan anjing!" lanjut Tias menunjuk anjing eh maksudnya serigala di bawah jendela kamar Tias.

"Eh, iya gitu ya. Aku lupa," jawab Gana kikuk.

"Untung ganteng, kalau nggak sudah ku cabik kau!" gumam Tias, tapi langsung di dengar Gana. Gana cuman bisa nyengir kuda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE & WOLF (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang