{1} sepi

33 8 0
                                    

                             Happy Reading!

"disini aku sendiri, menunggumu yang tak kunjung datang."
~Rara Nazwa~

****
Hujan deras malam ini membasahi jalanan yang begitu sepi, hanya ada satu atau dua kendaraan yang berlalu lalang di jalan ini. Aku memilih untuk berhenti di salah satu toko kue ketimbang harus tetap lanjut berkendara pada saat hujan seperti ini.

Aroma hujan yang khas dan suara derasnya menemaniku malam ini, terlebih lagi ditemani dengan aroma kue yang keluar dari sela-sela pintu.

Aku memilih duduk di salah satu kursi yang terdapat diluar toko ini sambil memerhatikan sekitar dan berharap derasnya hujan akan segera reda. Suara keras yang keluar dari saku celanaku dikalahkan dengan suara derasnya hujan. Aku merogoh saku celana dan mengambil handphone yang ada didalamnya.

"Disana hujan ngga? Disini hujannya deras banget dari sore, jangan bawa motor kalau hujan ya! Berhenti aja dulu, berteduh!. Mama tahu pasti kamu ngga bawa jas hujan kan." Tanpa basa-basi bahkan tanpa salam mama langsung berbicara tanpa henti.

Inilah mamaku, mama tetaplah mama. Cerewet seakan-akan menjadi sifat permanen yang ada pada dirinya, tapi... Aku tahu ini semua adalah arti dari pedulinya mama padaku dan satu hal yang harus kalian tahu, aku sangat menyayanginya.

"Iyaa ma, ini Rara lagi nunggu hujannya berhenti ko. Nanti kalau hujannya udah reda Rara lanjut lagi jalannya." Ucapku sembari melirik kiri kanan dan perhatikan jalanan yang masih begitu sepi dan di basahi dengan derasnya hujan malam ini.

"Benarkan dugaan mama, kamu ini kebiasaan banget deh . Perlu berapa kali lagi sih mama ingatkan untuk bawa jas hujan, tetap aja ngga dibawa." Lanjut mama yang tak henti-hentinya.

"Iya deh iya, maaf. Rara beneran lupa ma kan tadi pagi buru-buru banget. Takut terlambat."

"Yaudah... Ingat yang mama bilang ya Ra! Kalau hujannya belum berhenti juga jangan lanjut perjalanannya, ini malam takutnya nanti terjadi apa-apa di jalan."

"Siap ma... Ini Rara bakal nunggu hujannya sampai berhenti ko, nanti kalau mau lanjut jalan Rara kabari mama lagi ya."

"Pokonya jangan matiin handphone ya, kalau mama telepon di angkat!." Pinta nama yang tak habis-habisnya karena khawatir pada anak satu-satunya ini.

"Iya, iya ma. Ini baterai handphone nya penuh ko."

"Yaudah, hati-hati kamu. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam mama sayang, see u ma." Klik... Aku mematikan handphone dan memasukkannya kembali ke dalam saku celanaku.

Aku melirik jam tangan yang ada di lenganku, jam sudah menunjukkan pukul 18:50 wib. Hujan yang tak kunjung berhenti dengan aroma khasnya yang begitu menyengat membuatku ingat akan suatu hal.

Tempat ini seakan menjadi saksi bisu dari indahnya hari yang ku jalani waktu itu. Kejadian itu terjadi pada lima tahun yang lalu tepat dimana aku berusia tujuh belas tahun. Waktu itu aku merasa menjadi manusia yang paling bahagia di bumi ini.

"Happy sweet seventeen Ra!."

Membuka pintu dengan mata setengah tertutup, aku terkejut mendapati Randy yang datang pagi sekali ke rumahku. "Rand!! Sumpah ya. Lo itu buat gue kaget tahu ga, untung nih jantung ngga copot. Jahat banget sih." Ucapku sembari mencubit pelan perutnya. "Katanya Lo ngga ingat."

"Ya ampun Ra, ngga mungkinlah gue lupa. Kita sahabatan dari SD dan sekalipun gue ngga pernah lupa dengan hari ulangtahun Lo!. Ayo dong tiup lilinnya." Pintanya sembari memajukan lilin yang sedari tadi dipengang.
"Make a wish nya jangan lupa. Tiupnya sambil tutup mata Ra!, Maaf ya Ra, gue cuma bawa lilin tanpa kue, kemarin ngga sempat beli."

Rain and You (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang