Sherly terbangun dan dikejutkan dengan air yang sudah mengenai tubuhnya. Dirinya baru saja tidur 1 jam kenapa dia tak membiarkannya istirahat sama sekali?
"SHERLY! INI SUDAH SIANG DAN KAU MASIH BERGULAT DENGAN MIMPIMU YANG TAK BERGUNA ITU!" teriak seorang pria dengan keriputan yang sudah ada dimana mana.
"Kakek aku baru saja tidur 1 jam yang lalu, biarkan aku tidur lebih lama lagi" sahut gadis yang terduduk dengan mata menatap kakeknya sayu.
"Dasar bocah tak tau malu! Cepat kau harus siap siap untuk kekantor!" Bentak sang kakek melemparkan ember kecil itu pada cucunya yang masih setengah sadar.
"Hah kenapa selalu saja" batin sherly.
Setelah selesai sherly langsung memakai pakaian formalnya untuk segera menuju kantornya. Dia seorang CEO diperusahaan kakeknya, ayahnya juga bekerja disitu namun ayahnya CEO dicabang yang lain.
Sherly melangkahkan kakinya menuju meja makan, disana terlihat mama, papa, nenek, paman, bibi, dan kedua saudaranya yang sudah menunggunya, ah jangan lupakan kakeknya yang sedang menatao tajam dirinya seolah dia melakukan kesalahan yang fatal.
"Kamu mau makan apa sayang?" Tanya mamanya dengan lembut.
"Tidak usah ma, aku akan sarapan dikantor ku, aku pergi dulu ma, pa" sherly mengecup pipi kedua orang tuanya dan segera berjalan keluar, mengabaika keluarganya yang lain.
"Lihat saja bahkan dia tak memiliki sopan santun" sindir saudara perempuannya mina.
"Bahkan aku berharap dia mati diperjalanan" timpal kakenya memakan sarapannya. Kedua orang tuanya hanya terdiam mendengar setiap penuturan yang dilontarkan anggota keluarganya.
"Selamat pagi nyonya"
"Selamat pagi nyonya boss"Sherly tersenyum saat para karyawannya menyapanya, setidaknya dia dihargai disini. Sherly masuk kedalam ruangannya dan langsung disuguhi pemandangan kertas yang sudah menumpuk dimejanya.
Tok tok tok
"Masuk"
"Boss ini berkas yang harus ditanda tangani" ucap seorang perempuan yang baru saja datang membawa setumpuk kertas ditangannya.
Sherly menghela nafas lelah. "Simpan"
"Saya permisi" perempuan itu berjapan keluar meninggalkankan sherly yang memijat pengkal hidungnya.
"Kenapa aku seperti lelaki saja hah" gumamnya melanjutkan pekerjaannya.
🍀🍀🍀🍀🍀
"Dasar aib keluarga" teriak sang kakek menggema diseluruh penjuru ruangan.
Clak
"Dengan mudahnya kau berjalan menggunakan baju itu! Apa kau sengaja ingin membuat ku malu hah?! Dasar tak berguna"! Bentak Roni terus saja mencambukkan sherly.
Sherly terdiam menunduk menatap baju pengantinnya yang sudah berubah warna menjadi merah.
"Ayah sudah! Dia anakku!" Teriak bella bunda sherly menangis m3lihat anak gadisnya yang disiksa seolah dia adalah hewan.
"Diam bella, aku tak ingin menyakitimu. Richard pergilah" perintah sang kakek.
Richard mengangguk. "Ayo sayang sebaiknya kita pergi"
"Pergi? Dengan membiarkan anakmu yang terus disiksa?! Kemana hati nurani ayah pada dirimu?! Kau membiarkan dia terus saja mencambuk anakmu? Bahkan lihat bajunya sudah penuh dengan darah!" Protes bella terus saja meronta ingin mendekati anaknya.
"Sayang jangan seperti ini, kita tak bisa melakukan apapun" ucap richard melembut, sebernanya hatinya sakit melihat berliannya yang begitu menderita.
"Ma aku akan baik baik saja percayalah" ucap sherly menatap mbella dengan senyuman manis menghiasi wajahnya. Bella hanya menangis dan langsung pergi bersama richard.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| I'm NOT Her || End ✔
Fiction générale[ END ] 📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚝𝚊. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒. . Ketika seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya, dan mendapatkan seseorang yang mengenang masa lalunya. Sherly hanya ingin dianggap...