On Air

4 3 3
                                    

"Ayo, Ia. Setengah jam lagi kita bisa terlambat loh ke sekolah. Waktu adalah uang."

"Iya, ah, iya. Bawel."

"Cepetan, cantik."

Aira Wilfa namanya. Berstatus pelajar di SMA Delima Pagi, kelas XI-IPS 2, salah satu anggota ekstrakulikuler seni musik, dan anak perempuan satu-satunya dari Sina Wulan dan Hilar Surya.

Lelaki itu pacarnya, yang bernama Voga Nugra, lelaki yang selalu dihantui oleh seluruh wanita di sekolahnya, masih satu sekolah dengan Aira, Voga hanya berbeda kelas, yaitu di kelas XII-IPS 1. Anak dari sepasang direktur utama di perusahaan ternama. "Sugar baby" itulah julukan paling populer yang telah dideklarasikan oleh ketua ekstrakulikuler kecantikkan, Melka Asriya.

"Udah?" Ucap Voga memastikan.

"Udah," jawab Aira sedikit kesal.

"Oke siap, pegangan, ya..., soalnya bakalan kencang banget."

"Eh eh eh! Engga, deh. Mendingan gue naik angkot aja, Ga," elak Aira.

"Ish! Enggak, enggak. Calon tuan putri jangan naik angkot, dong. Nanti kulitnya kena panas."

"Bodo amat, sih," gumam Aira.

"Oke, meluncur." Aira hanya diam dan tidak protes sama sekali. Mungkin Aira baru sadar kalau mereka akan terlambat.

Dalam perjalanan yang hanya memerlukan 10 menit untuk sampai di gerbang sekolah, Aira merogoh tas beratnya yang berisikan 70% buku-buku tentang sejarah terwujudnya lagu atau melodi dan 30% buku pelajaran. Dia mengeluarkan ponselnya dan earphone  berwarna putih.

(So Am I - Ava Max)

Di pilihnya sebuah lagu dari Amanda Ava Koci atau sering di kenal Ava Max, adalah seorang penyanyi dan penulis lagu Amerika. Salah satu Single-nya yaitu "So Am I". Lagu favorit Aira.

Do you ever feel like a misfit?
Everything inside you is dark and twisted
Oh, but it's okay to be different
'Cause baby, so am I

Do you ever feel like an outcast?
You don't have to fit into the format
Oh, but it's okay to be different
'Cause baby, so am I

Aira merasa lebih tenang dengan setiap lirik di dalam lagu itu. Kali pertama dia merasa lebih baik dan percaya diri, karena diputarnya lagu itu setiap pagi di frekuensi radio kesayangannya. Bukan, bukan dari frekuensi radio kesayangannya yang mengenalkannya, tetapi, Julya.

Julya, ya?

Itu yang sering Aira tanyakan. Selama 3 tahun terakhir ini, Aira selalu mencari seseorang yang bernama Julya itu.

•flash back•

Saat itu Aira masih ada di bangku kelas 8. Aira yang pendiam, pemalu, dan sering menjadi korban bully karena kepandaiannya dalam berbagai bidang. Membaca juga menulis puisi, mengarang cerpen, salah satu anggota pencinta alam, dan ke kreatifitasannya yang tak bisa dipikirkan oleh orang biasanya.

Selalu menyendiri, karena Aira pikir perlakuan di SD-nya akan berakhir. Mental-nya yang sangat lemah masih bisa tersenyum di depan guru BK, sedangkan si pelaku kekerasan merasakan kesedihan yang mendalam.

"Kamu kuat banget, ya, Dek," ucap lelaki yang duduk di sebelahnya.

"Eh? Kakak baca sambil ngintip, loh." Aira terkejut.

"Hehe. Maaf, ya, kakak gak sengaja." Lelaki itu tersenyum begitu tulus. Cahaya yang terang, namun begitu teduh.

"...." Aira terkunci di tatapannya.

Lelaki itu melihat nama yang tertulis di cover  buku Aira.

Aira Wilfa

"Dek, hallo?" Dia melambaikan tangannya di depan mata Aira. "Dimaafin gak nih?"

"Eh." Aira mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke buku yang Aira pegang.

Lelaki itu merogoh tas gendong sekolahnya yang berwarna hitam pekat dengan nama kecil di tampilan balakangnya.

Kak Julya

Dikeluarkannya ponsel dan earphone. Lalu terlihat judul rekaman itu...,

4,60 FM (My mine)

"Ini cuma rekaman kemarin, semoga Adek suka." Tak merespons, Aira memasangkan salah satu earphone yang diberikan oleh Julya, di telinga kanannya. Sedangkan Julya masangkan earphone di telinga sebelah kiri.

"So am I?" Tanya Aira. Julya hanya tersenyum dan kembali menikmati suasana dan lagu yang tak sinkron.

5 menit berlalu.

Aira yang sudah terbawa suasana dengan acara di rekaman radio itu. Namun Julya menghentikannya.

"Lima menit yang penuh dengan pelukan," Gumam Julya.

"Pelukan?" Aira terus bingung.

"Iya, pelukan yang tak kasat mata," Ucap Julya lalu tersenyum. "Adek ngerti, kan lagunya?"

"Apa kakak juga sama kayak aku?"

"Banyak yang seperti kita, menangis dalam senyuman, tertawa dalam luka, ramah dalam amarah," gumam Julya.

"Kenapa kakak matiin rekaman acara radionya?" Tanya Aira mengalihkan pembicaraan.

"Bus aku udah datang, tuh, dek. Hehe," Jawab Julya.

"Oh, ya." Aira menyadarinya.

"Ya. Aku pulang, adek juga pulang. Kalau sudah takdir, mungkin kita bisa ketemu lagi." Julya bangun dari duduknya. "Eh iya, aku lupa."

"Lupa apa kak?" Aira bingung.

Julya kembali duduk di sebelah Aira dan memandang wajah Aira yang sedang kebingungan melihat Julya.

"Oke, kita saling scan wajah, ya. Adek scan wajah aku, dan aku scan wajah adek," pinta Julya.

"Untuk?"

"Biar gak lupa nanti kalau kita papasan di jalan." Julya tersenyum.

••••><••••

Next? ~>

Love In RadioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang