Ocean Eyes

470 58 3
                                    

Wendy X Irene

***

Can't stop staring at those
ocean eyes

***

Irene tidak pernah berfikir bahwa ia akan mencintai seseorang sebegitu cintanya. Tidak, bahkan untuk mereka mantan kekasihnya. Kali ini, Irene harus jujur pada dirinya sendiri bahwa ia begitu cinta dan menginginkan seseorang yang telah lama ia kenal dan menemaninya selama ini. Bahkan, seseorang yang menjadi saksi cintanya pada semua mantan kekasihnya.

Irene tidak menduga akan datang hari dimana ia begitu memuja mata biru tenang Wendy, menyukai tatapan hangat itu dan jatuh cinta sedalamnya pada gadis itu. Oh, ya, Wendy adalah seorang wanita yang sama sepertinya. Irene sempat menolak perasaannya sendiri pada gadis itu. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada seorang perempuan dimana ia sendiri adalah perempuan?

Namun, mata biru Wendy membuat Irene tidak dapat mengelak pada perasaannya. Irene segera menjadikan dirinya sebagai kekasih dari pemilik mata biru itu.

"Irene, apa sudah siap?" Irene menoleh pada seseorang yang menyapanya didepan pintu ruang gantinya. Kepalanya mengangguk dan Irene membuat sebuah senyum tipis diwajahnya.

"Kau begitu cantik sayang. Ibu tidak pernah menyesal untuk melahirkan mu di dunia" usapan lembut dikepalanya dari sang ibu tentu membuat perasaan Irene sedikit tenang.

Kakinya melangkah keluar dan mendapati senyum ayahnya yang hangat disana. Menyambutnya dengan wajah bahagia. Irene tidak dapat menahan air matanya namun, demi make up yang telah ia lakukan beberapa jam lalu, Irene memilih menahan air matanya sekarang.

"Ah, putriku yang cantik... Ayah tidak pernah merasa sesedih ini, Melepasmu untuk pergi dan memiliki hidup sendiri. Kau harus bahagia!" Pelukan hangat dan suara berat ayahnya sudah menjadi kekuatan untuknya. Irene balas memeluk ayahnya erat dan keduanya tersenyum

"Acara sudah dimulai" suara sahabatnya membuat keduanya melepas pelukan dan rasa gugup serta debaran aneh itu kembali menyapanya. Syukurlah, tangan kekar dan hangat ayahnya mengambil kegugupan itu dan meyakinkan Irene untuk memasuki ruangan itu

Ketika, pintu itu terbuka, Irene melangkah dengan anggun bersama ayahnya disampingnya melewati semua tamu undangan yang telah hadir. Irene menatap lurus ke depan dimana seseorang itu menunggunya didepan altar.

Irene merasakan banyak kupu-kupu berterbangan didalam perutnya dan jantungnya semakin berdetak cepat. Telapak tangannya semakin basah dan Irene meremas kecil tangan ayahnya mengurangi kegugupan.

Wendy terlihat menawan dengan pakaiannya hari ini. Namun, dari semua yang ia lihat Irene merasakan pegangan ayahnya mengendur.

"Jaga putriku" itu perintah dan Wendy dengan mantap mengangguk untuk janji yang mereka buat

"Tentu" sebuah senyum dari kedua orang yang ia cintai. Dan tangan Irene pindah untuk menggenggam tangan hangat Wendy yang menyambutnya

"Kau sangat cantik" Wendy mencuri bisikan pada telinga kiri Irene membuat Irene tersenyum malu

Setiap ucapan dan perjanjian pernikahan yang dilakukan keduanya serta berkat pernikahan telah selesai. Irene merasakan banyak perasaan yang bercampur dalam hatinya. Paling jelas adalah perasaan bahagia. Ia bahagia telah terikat pada cintanya dan meyakini bahwa Wendy adalah yang terakhir untuknya.

"Yes, I do"

***

"Bagaimana perasaanmu?" Pertanyaan Joy membuat Irene tertawa

"Berdebar" keduanya tertawa. Merasa lucu pada kalimat pembuka obrolan mereka malam ini.

"Akhirnya, Irene" Irene mengangguk mengiyakan. Ada buncahan bahagia yang ia rasakan dihatinya. Joy tersenyum dan sedikit meneguk sampanye di gelasnya

"Aku tidak pernah memikirkan bahwa aku akan menikah pada sahabatku sendiri. Seseorang yang begitu mengenalku dan menjadi saksi perjalanan ku. Itu sedikit memalukan tapi juga menenangkan ketika aku tidak perlu menjadi orang lain ketika bersamanya" ucapan Irene membuat Joy tertawa

"Ya, kau selalu bertingkah berbeda ketika bersama dengan semua mantanmu. Aku ingat ketika kau rela menggunakan pakaian sexy hanya untuk memenuhi permintaan Jiwon"

"Hentikan, itu konyol Joy. Saat itu aku begitu muda dan naif"

"Owh ya, bahkan mantan terakhirmu sudah datang sekarang" Joy menunjuk dengan jari telunjuknya dan gelas yang masih ada digenggamannya.
Senyum jahil tercetak diwajahnya

"Hey Irene" sapaan itu membuat Irene membalas dengan ramah.

"Wow, sangat cantik"

"Terima kasih Suho" balas Irene halus

"Selamat ya... Aku tidak menyangka kau akan menikah dengan Wendy. Padahal dulu aku sudah akan mendekatinya setelah kita putus"

"Sialan" keduanya tertawa

"Dimana Wendy? Aku harus menyapanya bukan" mata Suho dan Irene berpendar mencari sosok Wendy diantara para tamu undangan yang hadir malam ini

"Ah, dimana dia... Aku tidak bisa melihatnya"

"Itu!" Suho sedikit menjerit ketika melihat Wendy diantara teman-teman gadis itu

"Astaga Irene! Kau sialan yang beruntung!" Suho tak berhenti memuji bagaimana pasangan Irene itu terlihat begitu menawan malam ini di pesta pernikahan gadis itu.

Tawa halus itu dan bagaimana gadis itu bertingkah dan berbicara adalah sebuah karya. Tuhan pasti sedang tersenyum ketika menciptakan Wendy ke dunia.

"Ya, aku beruntung" Irene membalas dengan bangga selagi menikmati tawa Wendy diujung sana

***

Irene bergerak pelan menikmati ciuman basah milik Wendy dibibirnya. Tidak ada ciuman yang menuntut, Wendy menciumnya dengan sangat lembut dan usapan halus di punggungnya membuatnya nyaman.

"I Love You Joohyun" bisikan halus Wendy menyapa telingannya pelan

Debaran aneh itu kembali menyapanya ketika jari halus Wendy meremas sedikit tulang pinggulnya. Pipi Irene memerah. Jari kanan Wendy mengangkat dagu Irene untuk menatap matanya dan menyelipkan helai rambut Irene yang terjatuh ke belakang telingannya.

Mata Irene bertemu pada mata biru milik Wendy. Begitu dalam dan tenang. Irene tidak dapat berhenti untuk menatap mata biru Wendy yang membawanya pada perasaan yang membakar jiwanya.

"Wendy" suara Irene terasa berat ketika jari Wendy menyapa halus kulit pipinya lalu melewati leher miliknya yang terasa begitu sensitif sekarang.

"Hmm?" Wendy menikmati bagaimana wajah Irene merasakan sentuhannya dikulit Irene. Irene terlihat begitu sexy dan menawan.

"Kau cantik Irene" lagi, bisikan halus dari Wendy dan nafas hangatnya membuat Irene melayang. Ini begitu menggoda dan panas.

"Dan aku beruntung memilikimu" Irene membuka matanya dan pandangan keduanya bertemu. Seperti ledakan Supernova, Irene tidak dapat berhenti.

Suara debur ombak yang saling menyahut menghantam batu karang maupun bibir pantai menjadi pengiring malam mereka.

"Your ocean  eyes, it's no fair Wendy. You really know how to make me falling"

Ocean EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang