MAAF

3 1 0
                                    

"Untuk apa aku ada? Jika hati mu masih untuk dia?"

{RistiN}

*************************

Setelah pembicaraan ku pada Rendi di telfon kemarin, aku sama sekali tidak membuka wa. Ku nonaktifkan data ku dan lebih memilih membaca wattpad. Aku sangat kesal dengan sikap nya yang tak memperdulikan perasaan ku. Namun aku juga tidak mau jika harus berdebat dengan nya. Aku memilih bungkam dan menghindar. Mengambil waktu sesuka ku agar aku bisa tenang.

Aku tak mau terpancing emosi dan meledak ledak. Apalagi hanya karna masalah ringan. Gara gara perdebatan ku dengan nya kemarin, kini aku tak bisa berkonsentrasi di sekolah. Aku menjadi tak bersemangat melakukan apa pun. Ku rebahkan kepala ku diatas meja dan ku pejam kan mata ku.

"Kenapa si lo? Mikirin utang?" Tanya Okta Ngasal

"Tau ni, dateng dateng muka nya serem. Kenapa sih ris? Ada masalah?" Tanya Putri menimpali.

"Kesel gue tuh. Masak iya pacar gue masi perhatian ama mantan nya. Gimana gue gak cemburu coba???" Jawab ku kesal.

"Halah ris. Kan gua dah bilang gausah pacar pacaran. Lo sih, ngebet banget pengen pacaran. Enak nya apa coba??" Kata Okta

"Tauk tu, nambah dosa doang tau pacaran tu." Sahut Putri menimpali.

Ya memang diantara kita, dialah yang paling alim

"Tauk ah." Kata ku malas

"Cowo mah emang gitu. Gak cukup sama satu cewe. Bisanya nyakitin doang. Semua cowo tu sama aja. Sama sama buaya." Sahut Dinar. Teman ku yang paling cerewet diantara kita.

"Ihhhhhh ya jangan disama ratain gitu dong. Cowo tu beda beda. Kalo lo nemuin cowo yang buaya, suka mainin cewe. Ya itu apes nya elo aja. Gue mah yakin cowo gua ntar setia." Sahut ku kesal.
Aku tidak suka jika ada orang yang menganggap semua cowo sama. Atau semua cewe sama. Tuhan ku terlalu sempurna hingga Ia bisa membuat perbedaan diantara semua makhluk nya. Masa disamain gitu aja.

"Udah! Gausa pada ribut. Mending kita siap siap buat ulangan nanti. Hari ini ulangan matematika loh." Kata Okta menengahi pertikaian antara aku dan Dinar.

"Hah??? Emang nya ntar ulangan??? Anjir gua belom belajar." Kata ku panik.

Aku segera mengeluarkan buku catatan ku.

"Halah, lo mana sempet belajar. Dirumah ni ya, pasti ga pernah pegang buku." Canda Putri yang benar adanya.

"Dia mah yang dipirin pacar mulu." Kata Okta yang disahuti tawa dari yg lain.

Aku menatap nya sengit. Ya walaupun benar adanya. Namun aku tak trima jika itu dijadikan candaan

"Halah si Risti ga belajar juga pasti nilainya bagus. Dia kan pinter. Gak kaya gue. Belajar semaleman juga masi remidi." Kata Dinar

"Nah iya. Ntar jangan lupa contekin gua lo. Gua kaga paham sama materinya njir." Sahut Okta

"Sinting lu? Harusnya gua yang minta contekan. Lo kan pasti udah belajar dari kemarin. Lah gue belom njir." Jawab ku tidak setuju dengan permintaan nya.

"Lo kan pinter ris. Tar pasti bisa." Sahut Putri.
Semuanya jadi meminta contekan pada ku. Padahal, aku belajar saja belum. Tak berselang lama, Guru matematika ku memasuki ruang kelas.

"Selamat pagi. Keluarkan kertas, siapkan alat tulisnya. Semua buku dimasukan. Absen 1-17 di dalam. Sisanya keluar." Ucap Pak Wagino tanpa basa basi.
Teman teman ku bersorak kesal karna belum siap mengikuti ulangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang