Tumpukan buku masih setinggi gunung belakang sekolah. Coretan yang awalnya rapi, kini telah berubah menjadi tapak kaki ayam bermain di lumpur.
Jongho menggerutu. Ditengah-tengah kesusahannya, Alam semesta pasti sedang mempermainkannya, dengan mengirimkan sesosok pemuda cerewet ditengah-tengah kemelut tugas-tugas sekolah.
Pemuda itu menarik nafas perlahan. Dia yakin kepalanya sebentar lagi akan meledak hanya dengan melihat senyum cerah milik Woyoung.
"Hai, Dear," sapa Woyoung seraya duduk didepan Jongho. "Apa yang kau lakukan?"
"Mencoba tetap hidup," jawabnya sambil memperlihatkan catatan buruk rupanya.
Woyoung membalikkan catatan itu, sesekali matanya menyipit lalu meletakkan kembali ke atas meja.
"Tidak biasanya kau belum menyelesaikan tugasnya," dia bertanya.
Jongho mengusap wajah dengan frustasi. Akhir-akhir ini dirinya cemas perihal semakin dekatnya waktu perubahan. Sudah dua tahun Jongho mencari mate nya. Tetapi, seakan ditelan Bumi, tidak ada jejak apapun yang Jongho temukan mengenai alpha nya.
Jongho tidak ingin berubah menjadi Rogue. Dia benar-benar tidak menginginkan berubah menjadi makhluk tak berotak seperti itu.
"Jongho!"
Terkejut, Jongho mengerjap menatap Woyoung dengan bingung. "Apa?"
"Kau melamun," sergahnya.
"Maaf," sahutnya menyesal. "Kau tadi bilang apa?"
"Aku bilang, aku akan gila. Jika menjadi Park Seonghwa Sunbae," dia menjawab sambil menatap keluar jendela perpustakaan.
Jongho ikut menatap ke arah halaman. Terlihat sekelompok orang tengah berkumpul sambil membawa barang-barang. Sesosok laki-laki berambut hitam duduk di undakan sambil mencatat sesuatu diatas kertas sambil sesekali mengawasi kinerja bawahannya.
Tiba-tiba laki-laki itu mendongak, menatap lurus kearah Jongho, membuat pemuda itu terperanjat kaget. Jongho mengalihkan tatapannya kearah lain. Jari-jari yang ada dibawah meja bergetar, mengelus keringat dingin yang tidak wajar.
"Aku akan kembali ke kamar," Woyoung tiba-tiba berkata seraya bangkit berdiri. "Kau sebaiknya juga segera kembali, Jongho. Perpustakaan akan segera tutup sebentar lagi."
Jongho hanya mengangguk . Buku-buku yang berserakan diatas meja, dia bereskan sesuai dengan nomor rak. Dia merasa, mungkin besok tugasnya bisa diselesaikan setelah kelas Mrs, Hana berakhir. Terlebih lagi, beberapa halaman harus dia tulis ulang agar tugasnya dapat dibaca guru pembimbingnya.
Jongho hendak berdiri, namun pandangannya terasa berputar kemudian segalanya terasa gelap.
***
Kegelapan mengganggu penglihatan Jongho. Kegelapan yang membawa rasa kesepian ini menjerat Jongho kedalam kegelisahan. Dia berdiri ditengah-tengah kegelapan. Sendirian dan putus asa.
Jongho menggigil. Rasa dingin akibat ketidaktahuan terasa merayap dari kaki terus merangkak ketubuh bagian atasnya.
"JONGHO!"
Dia kebingungan. Semuanya tampak gelap hingga Jongho tidak bisa mengenali tempat itu.
"Halo?" Katanya lirih.
"JONGHO!"
"Ada yang bisa mendengar ku?"
"CHOI JONGHO!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGIO
ParanormalSaat Yeosang harus memilih.. Saat itu dia hanya dapate memiliki salah satu diantaranya