2

99 12 1
                                    

***

"Besok malam bawakan aku beberapa helai rambut Soo jin dan antarkan kami ketempat dimana kalian bertiga pertama kali bertemu," Kata-kata Seonghwa masih membekas dalam ingatan Yeosang. Dirinya masih tidak bisa percaya jika salah satu dari mate'nya harus mati begitu saja.

Pemuda itu menatap Seonghwa dengan lekat. Setengah jam yang lalu, Seonghwa mulai menggambar rune setelah tiba ditempat ini. Dia menggerakkan jemarinya dengan anggun diatas tanah pijakan Soo jin. Seonghwa menggambar bait sambil merapalkan mantra dengan lirih. Ketika lingkaran terakhir  selesai, tiga lingkaran yang salah satunya adalah milik yeosang mulai memancarkan warna yang terang.

Cahaya biru muncul, membuat Yeosang harus menutup mata sejenak. Dia bisa merasakan aliran sihir tengah merayap disepanjang garis kaki menuju pusat kehidupannya. Disana, sihir itu berputar-putar tiga kali sebelum melebur menjadi serpihan dan masuk kedalam sel-sel darahnya.

Dia membuka mata, mengamati dua lingkaran lain yang memancarkan warna berbeda. "Apa artinya ini, Seonghwa?"

Seonghwa hanya menunjuk sebuah tali transparan yang terhubung dari satu lingkaran kearah lingkaran yang lain. Hanya satu benang, bukan dua benang.

Yeosang terkejut. "Ini?"dia menggeleng pelan. "Dia sangat baik. Tidak mungkin dia melakukannya. Bagaimana bisa dia menyabotase hal sakral semacam ini?"

"Sejak awal aku mengatakan untuk menjauhi gadis itu. Dia memiliki sihir yang tidak murni, yang terlalu gelap bahkan untuk diriku sendiri yang mempelajari sihir hitam. Di dunia ini ada banyak sekali sihir hitam yang mampu mengelabui hal sakrar seperti itu, Yeosang," kata Seonghwa lagi,"Wanita itu gila. Obsesinya akan kekuatan membuat ku muak. Kau adalaha penerus the edge prowless kau yang paling paham akan jadi apa jika gadis seperti itu memegang kekuatan sebesar itu."

"Sejak awal kau sudah tau jika Soo jin bukan mate ku, bagaikan bisa?"

Seonghwa hanya menatap Yeosang dengan aneh. Selama beberapa saat akhirnya dia hanya menggeleng dan berkata. "Cara kerja shapeshifter adalah mendahulukan kawanan diatas manusia lain. Jika Soo jin adalah mate mu, seharusnya yang kau tandai pertama kali adalah Jongho, bukan malah sebaliknya. Tetapi kau disini, berdiri seperti orang bodoh, dibohongi oleh orang lain dan membiarkan mate mu menderita diluar sana menunggu saat-saat dia menjadi rogue."

Yeosang kalut. Lututnya terasa lemas mendengar ucapan dari Seonghwa.

"Kami akan membereskan tentang Soo jin. Kau cari Jongho dengan cepat," kata Hongjoong.

"Benang itu akan membantu mu kenemukan Jongho," Seonghwa menambah kan."semoga berhasil, Yeosang."

"Terimakasih banyak. Aku tidak akan melupakan bantuan dari kalian semua."

Yeosang kemudian mulai berlari mengikuti benang transparan yang mulai meregang masuk kedalam hutan. Pohon-pohon mulai tinggi, tumbuh semakin rapat dengan jarak pandang yang terbatas.

Makhluk malam mulai keluar dari sarang. Suara yang mereka keluarkan terdengar mistis dan tampak kuno. Yeosang melompati batu besar, terus berlari menembus gelapnya hutan lalu menelusuri sungai kecil yang bermuara entah kemana.

Setengah jam Yeosang berlari, benang transparan itu membawa nya kesebuah gua kecil ditengah-tengah hutan.

Jantungnya berdebar kencang. Dia takut jika pada akhirnya semua usahanya berakhir sia-sia. Yeosang mulai melangkah memasuki gua. Mengawasi sekitar tempat dengan was-was

"Jongho!" Panggilnya.

Sunyi, tidak ada suara geraman hewan yang sering terdengar ditengah hutan. Kegelapan yang menyelimuti membuat Yesung semakin ketakutan. Dia semakin kedalam, ketika ujung gua hampir terlihat, Yeosang menemukan seekor rubah besar menatapnya dengan kemarahan.

Oh tidak.

Dia terlambat.

"Jongho?"

Rubah itu menerkam Yeosang dengan cepat. Gigi taringnya menancap kuat kedalam lengan kanannya. Rubah itu mendesis, ingin mengoyak daging Yeosang namun tangan kiri Yeosang merengkuh kuat kepala rubah itu sambil meratap.

"Jongho, maafkan aku," racaunya. "Maafkan aku, ku mohon kembalilah," Yeosang meraung sedih. Dia mengunci seluruh tubuh sang rubah kedalam pelukannya.

"Bicaralah padaku, kau bisa memarahi kebodohan ku. Kau dengar, tolong bicara padaku."

Gigi yang menancap di lengannya semakin kuat, menembus hampir mengenai tulang milik Yeosang. Pemuda itu mendesis kesakitan.
"Jangan tinggalkan aku, aku berjanji tidak akan meninggalkan mu sendiri. Karena itu, aku mohon katakan sesuatu padaku. Jangan siksa aku seperti ini. Aku tidak sanggup hidup tanpa mu."

Jongho mendengking pelan.

"Aku membutuhkan mu, siapa yang akan menegur ku jika aku berbuat kesalah lagi. Ku mohon kembalilah kepada ku, sayang."

Bulu-bulu ditubuh Jongho menghilang, digantikan tubuh telanjang yang hangat.

"Yeo... sang...sun..bae" bibir Jongho bergerak pelan, sebelum memuntahkan kalimat terbata, yang masih bisa Yeosang pahami.

Yeosang menangis. Jemari nya menyentuh wajah Jongho yang penuh darah. "Aku mencintaimu," sahutnya. "Berikan aku satu kesempatan dan biarkan aku menandainya, babe."

Jongho hanya tersenyum kecil. Dia meraih kerah Yeosang kemudian menciumnya.

Selesai

LEGIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang