PROLOG

103 26 145
                                    

Prolog

“14 Agustus 2013, stasiun Yogyakarta?”

Aku merasa hidup lagi, setelah sekian lama semangat dalam diri telah mati.

“Mengapa?”

Aku diracuni, over thinking oleh diri sendiri.

“Mengapa hidup lagi?”

Malam itu, kereta yang aku tumpangi dengan Mama tiba di stasiun Yogyakarta terlalu cepat. Itu pertama kalinya kami melihat bintang dari stasiun Yogyakarta.

Tujuan kami berdua adalah mengantar berkas pendaftaran, untuk aku bisa masuk kuliah di Yogyakarta, tetapi baru dibuka jam 07.00 pagi, sedangkan aku tiba jam 01.30.

Kami tak memiliki saudara untuk ditumpangi tidur di sini, uang pun tak cukup banyak yang kami punya. Aku dan Mama memutuskan untuk menunggu pagi tiba di stasiun Yogyakarta.

Aku menyandarkan kepalaku di bahu Mama, tangannya ku genggam erat karena Mama kedinginan. “Maafin, Arumi Ma” Mama hanya tersenyum sambil menahan kedinginan.

Badan ku lemas diracuni over thingking karena takut mengecewakan perjuangan Mama. “Ma, Arumi takut nanti mengecewakan Mama” Mama mengusap air mataku, kali ini Mama tak hanya tersenyum, dia mengeluarkan sebuah kata-kata yang hidup untukku.

“Apa, kata Mama?”

“Mama, pernah mati oleh over thingking, sebelum Mama hidup bahagia dengan prinsip think to be thing. Arumi sudah dewasa dan juga dari kecil sudah hidup dengan Mama, Arumi pasti tau apa maksud Mama”  

“Apa, yang kau lakukan setelah itu?”

Tentu memeluk Mama dengan erat.

“Apa, yang ingin kau sampaikan untuk Mama?”

Semoga tuhan selalu menjaga Mama.

Arumi Razeta

Jika kalian sayang Arumi

Berikan Arumi saran...

PRINCIPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang