༻04༺

64 3 0
                                    

"Dih gombal." Cicit Elyan, dia tidak memiliki tenaga untuk berbicara lebih keras dari ini. Jantungnya berdebar-debar dan aroma sabun yang dipakai serta wangi alami dari tubuh Alfansyah sendiri ikut adil dalam melenyapkan pikirannya.

"Gue gak gombal, serius banget malah." Bisik Alfansyah tepat di sisi kiri Elyan, nafasnya berhembus langsung mengenai telinga Elyan yang sensitif.

"Apasih lo, jangan ngibul."

"Gue serius." Tegas Alfansyah, tangannya menarik pinggang Elyan posesif. Keduanya bersentuhan tanpa jarak. Alfansyah kembali menatap Elyan secara intens dan matanya menyiratkan banyak hal yang sulit di urai oleh Elyan.

"Lo bilang suka karena gue semalam blak-blakan bilang suka sama lo tanpa sadar, kan? Gak perlu kasian, gue gak perlu belas kasihan dari lo. Gue tau banyak yang suka sama lo lebih dibandingkan gue." Ujar Elyan sendu, dia tidak ingin dikasihani.

"Kenapa gue harus kasihan sama lo? Apa yang harus gue kasihani dari diri lo?"

"Lo kasihan makanya bilang suka sama gue supaya gue senengkan?"

"Perasaan gue milik gue dan gue gak pernah main-main ngungkapin rasa suka gue sama seseorang. Kalo gue bilang suka ya suka, itu bikin lo percaya atau engga itu urusan lo, tugas gue cuma buktiin semuanya sama lo kalo gue gak main-main." Jawab Alfansyah dengan tegas, sorot matanya menunjukan keseriusan dan itu membuat Elyan semakin merona.

"Satu lagi..."

"Apa?"

"Buka baju lo..." Sebelum ucapan Alfansyah selesai sebuah kepalan tangan mendarat di tulang rusuk Alfansyah.

"Mesum!"

"Ck, bukan mesum. Gue mau ngambil baju di bagasi mobil, lo bisa mandi tapi lempar lagi bajunya ke gue. Sori gue gak terbiasa pake baju orang lain jadi gak minjem punya kawan gue." Perkataan Alfansyah sontak membuat Elyan tersadar soal Alfansyah yang belum mengenakan atasan dan itu berhasil membuatnya tambah kikuk.

Dengan perasaan tak karuan Elyan melepaskan pelukan Alfansyah dari pinggangnya dan berjalan ke arah kamar mandi tanpa berkata apapun.

"Lo lupa handuknya." Ujar Alfansyah sambil menarik tangan Elyan dan menyerahkan handuk ke tangan Elyan.

"Lucu ya kalo lagi salting." Ujar Alfansyah dengan tatapan menggoda serta nada yang dibuat semenyebalkan mungkin, berhasil menambah malu ditambah jengkel dari seorang Elyan.

"Bacot monyet!" Maki Elyan sambil berlari ke kamar mandi.

"Hoi bajunya."

"Berisik!" Bales Elyan sambil melempar bajunya dari sela pintu kamar mandi. Alfansyah hanya tertawa pelan melihat kelakukan Elyan yang tengah dilanda malu.

Di dalam kamar mandi Elyan mematung dengan kondisi jantung yang berdebar abnormal, ditambah lagi wajahnya yang merona merah sampai ke telinga dan lehernya. Bibirnya terus melengkung tanpa kenal lelah bahkan susah di tahan.

Elyan sedari tadi merasakan lututnya bergetar dan kakinya seperti agar-agar. Dia gugup tapi perasaannya sangat bebas dan bahagia. Ingin menjerit seperti anak perempuan sampai suaranya serak tapi dia tidak mungkin melakukannya disini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Strawberries & CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang