Kebiasaanku sepulang sekolah adalah kembali membaca ulang percakapan kita, saat aku dan kamu menjadi manusia dalam cinta.
Aku tertawa walaupun diam-diam hatiku...... Teriris.
Iya teriris karna ingat semua ini tidak akan terulang lagi.
Semua terlalu cepat. Terlalu cepat jika kamu pergi.
September lalu, aku dan kamu. Masih ingat kah?
Aku masih teringat dengan suaramu diujung telepon, rabaanmu yang mengacak-ngacak kepalaku, yang memanjakan aku, yang membawakan aku setiap pagi coklat kesukaanku. Kegemaraanmu adalah mencubit pipiku. Aku rindu, itu saja.
Aku masih ingat ketika suara beratmu memasuki ruang-ruang telingaku, membisikan melodi cinta yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Aku masih teringat saat kamu memakai kemeja kotak-kotak coklat. Banyak hal yang lain yang aku ingat, sampai membuat dadaku sakit. Perkenalan ini membuatku jatuh terlalu dalam.
Aku sayang kamu.
Terlalu cepat jika kamu pergi. Terlalu cepat jika aku harus mengeluarkan airmata lagi. Dan kamu meninggalkan aku ketika aku sayang-sayangnya? Kamu yang sementara mendorongku jatuh sendirian tanpa membangunkan aku lagi.
Aku tidak membencimu. Aku cuma benci hari-hari tanpamu. Aku tidak akan pernah menyesal pernah mengenalmu. Aku hanya menyesal mengapa dulu saat kau tawarkan perkenalan, aku terlalu cepat untuk mengulurkan tangan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejakmu.
PoetryHujan turun iringi sepi. menjemput kembali kisah usang yang telah lama diratapi. perihal Jejak-mu yang semakin jauh melangkah pergi. check it out ya!