"You are weird."
•••
Kamu tidak tahu banyak tentang manusia yang kini duduk tepat di samping kananmu, manusia yang setiap harinya mengenakan kacamata. Wonwoo, atau yang kerap kali disapa Wonu oleh teman dekatnya dan juga dirimu, bukan orang yang meledak-ledak seperti beberapa teman dekatnya. Kepribadiannya sulit ditebak, jika ia merasa kondisi di sekitarnya membuatnya nyaman, maka Wonwoo akan bertingkah seperti remaja laki-laki yang baru puber.
Kamu tidak begitu ingat apa yang membuat kalian menjadi dekat bagaikan urat nadi. Wonwoo bahkan terkadang tidak segan untuk bergantung padamu, tentu saja kamu tidak keberatan untuk itu.
Wonwoo itu tenang, Wonwoo itu banyak diam.
Namun kamu tahu, di balik diamnya, ada begitu banyak imajinasi juga cerita yang terkubur. Kamu bahkan tidak dapat menebak dirinya karena sejatinya pemuda itu sukar ditebak.
"Menurutmu, peri itu ada enggak?"
Kepalamu menoleh cepat, Wonwoo terlihat menatap langit dalam diamnya. Tenang sekali, melihat si pemuda berkacamata ini menatap objek yang disukainya membuatmu tersenyum.
"Memang menurutmu ada?" kamu balik bertanya, membuat Wonwoo mendengus keras.
Kelopaknya mengerjap pelan, helai rambutnya disentuh angin kemudian bergerak dengan begitu lembut. "Aku mencoba realistis, aneh rasanya percaya bahwa peri itu ada. Tapi di satu waktu, aku percaya kalau si makhluk mungil penuh keajaiban itu memang ada."
"Kenapa?"
"Random thoghts," jawabnya singkat, namun sedetik kemudian ia balik menatapmu tepat di mata bersama seutas senyum teduh. "Kalau memang ada, keren. Pasti aku jadi penggemarnya peri langit."
"Kacau, deh," timpalmu. "Kadang aku enggak bisa ikutin imajinasimu. Tumpah banget, berbanding terbalik rasanya."
"Siapa yang suruh? Aneh."
Kini giliran kamu yang mendengus keras. Ada desah pelan yang mengikuti setelahnya. Menunjukkan seolah kamu lelah dengan segala sikap Wonwoo yang begitu aneh.
"Begini ya, kamu tuh kadang bisa ngomongin langit dengan imajinasimu yang meluap itu. Tapi kalau aku bahas sesuatu yang berbau keajaiban, kamu suka mengelak. 'Kamu ini hidup di dunia dongeng atau gimana?'" kamu meniru ucapan si pemuda tempo hari ketika kamu bercerita tentang Unicorn dan tongkat sihir Harry Potter. "Kamu yang aneh," tambahmu.
Nampaknya pemuda itu tidak terima. Ekspresinya berubah datar sedetik kemudian, kamu yakin sesaat lagi ia akan mulai berceloteh tentang hal yang tidak kamu mengerti.
"Begini ya," ia ikut meniru awal kalimatmu, "Kamu dan seleramu soal dunia dan sekolah sihir itu aneh. Berharap jika sekolah sihir itu ada, membeli aksesoris berbau sihir, bahkan kamu punya buku mantra kunoㅡaku yakin kamu pasti kesulitan membaca kata demi kata di sana. Aku hanya berandai dan bertanya."
"Apa bedanya?!" kamu berseru seraya memukul lengannya cuku kuat, kesal karena selera sihirmu yang keren disebut aneh, kurang ajar, batinmu.
"Pikir saja sendiri," katanya.
Tuh, lihat. Manusia ini sedetik lalu bisa sangat menyenangkan dan penuh keajaiban, sedetik kemudian menjadi setan. Kamu yakin Wonwoo memiliki banyak kepribadian di dalam tubuhnya. Mungkin ada delapan, atau dua belas? Tidak yakin.
"Berhenti berpikir tentang aku yang punya banyak kepribadian."
Kamu tersentak. "Berhenti baca pikiranku!"
"Gila," katanya. "Kamu ini seperti buku yang terbuka, lain kali kalau lagi berpikir jangan sambil bergumam."
Ah... jadi kamu bergumam ya sejak tadi...
"Sudah, ah. Aku capek ngobrol sama kamu, enggak akan ada habisnya."
Lalu kamu berdiri dan melangkah menjauhi Wonwoo menuju gedung universitas. Pemuda yang masih duduk di kursi taman itu malah tertawa puas, ia ikut beranjak dari posisinya kemudian mengejarmu untuk melingkarkan lengannya di bahumu.
"Aku jangan ditinggal. Ayo kita ke kantin dulu, aku mau susu cokelat."
- Cloud -
Akhirnya chapter baru! Halo!
Constellation Series - January 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[Constellation Series] | Cloud - Wonwoo Version
Fanfic[Alternative Universe] Sometimes he can be the fluffiest person as a white cloud, but he can be the strongest person like dark cloud. Constellation Series - January 2019