Maaf Ayah

2 0 0
                                    

Pov Nafisa

Setelah tiba di mansion aku menuju ruang kerja ayah, kata paman ayah sudah pulang dari kantor.

Tok,tok..
"Masuk" sahut sang punya ruangan.
"Assalamu'alaikum.. Ayah" sapa Fisa menghampiri pria tua yang masih terlihat kuat dan berwibawa itu.
"Wa'alaikumussalam.. Apa kabar nak?" kata tuan Wijaya menyudahi aktifitasnya melihat dokumen dan matanya terfokus pada sang putri.
"Kabar Fisa baik, apa ayah juga baik?" tanya balik gadis itu berjalan menuju sofa yang ada di ruangan.
"Seperti yang kamu lihat, bagaimana pengobatan kamu di Jerman apa berhasil" ucap Wijaya mendekat pada sang putri dan memeluknya, melepas rindu yang begitu lama ia tahan. Selama Fisa di negri orang ia tidak ingin ditemui oleh keluarganya, tuan Wijaya hanya bisa memantau dari orang kepercayaannya untuk menjaga sang putri.
Fisa menangis dalam diam, butir kristal terus ke luar dari matanya.
"Ica semakin cantik persis seperti ibumu" kata tuan Wijaya memandang wajah cantik Fisa yang tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang manis.
"Ayah, Fisa hanya sebentar" ucap gadis itu menundukkan kepala dihadapan sang ayah yang mengerutkan kening tanda ia tidak paham dengan ucapan Fisa.
"Fisa akan tinggal di apartemen sendiri" lanjut Fisa mulai beranjak dari ruangan, baru beberapa langkah ia mendengar ucapan tuan Wijaya
"Jika itu pilihanmu aku tidak dapat mencegah bukan" kata sang ayah menuju jendela dan memandang arah ke luar dan Fisa berdiri di belakang dengan tubuh mematung, ia mengerti akan arti ucapan sang ayah.
"Maaf ayah" cicit Fisa berlalu pergi meninggalkan mansion dengan perasaan sedih.

Pov Aditiya

"Besok carikan saya asisten pribadi" kata Aditiya menutup percakapan telpon dengan karyawan di kantornya.

Huh...aku menghembuskan nafas, rasanya begitu lelah sekali mengerjakan segala urusan kantor sendiri. Aku berharap bisa menemukan asisten yang profesional bukan asisten yang cari perhatian terhadap ku selama ini.

Baru beberapa saat aku memejamkan mata sang perusuh datang ke apartemen ku begitu saja.

Brakkk....
"Ya elah dia tidur, bangun woyy.." teriak Gifanka membuka pintun kamar begitu kencang
"Gue mau istirahat" jawab Aditiya malas, ia masih tiduran di kasur
"Kita mau silaturrahmi" ucap Arka dan Bayu sahabat sekaligus pengusaha muda seperti Aditiya.
"Pintu kamar gue tolong diganti"sahut Aditiya terpaksa bangun dan menuju ruang tamu
" Loe perhitungan banget, loe merem aja dapat uang lah gue harus banting tulang biar bisa pemotretan"jawab Gifanka dramatis "gue mau muntah dengarnya" ucap Arka melempar kulit kacang ke Gifanka yang tertawa tanpa dosa.
"Gimana cabang di California" tanya Bayu, pria irit bicara diantar mereka berempat.
"Lancar, gue berharap gak ada lagi penggelapan uang" jawab Aditiya duduk bersama sang sahabat yang sudah siap bermain game dan nobar.














Nah, gimana nih ceritanya. Seruu gak?
Habis baca jangan lupa kasih vote dan komennya ya💫

Immortal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang