Bagian 1

5 1 1
                                    

Sang surya semakin merangkak naik, menunjukkan pada dunia akan keperkasaannya. Langit biru dan awan putih. Perpaduan sangat indah untuk hari Rabu yang cerah ini. Angin berhembus tidak terlalu kencang. Namun, itulah yang membuat siapapun enggan beranjak dari sana, termasuk gadis berkerudung biru itu. Tepat di pembatas balkon depan kelasnya, dia berdiri menatap ke arah lapangan yang digunakan untuk mata pelajaran olahraga. Bukan itu yang menjadi fokusnya, melainkan seorang laki-laki yang melempar bola kecil ke arah lawan main. Semua gerak gerik laki-laki itu tak luput dari perhatiannya.

Menarik. Semua yang ada dalam diri cowok itu baginya sangat menarik. Sstt… diam-diam dia menyimpan sesuatu. Sesuatu yang dinamakan rasa. Entahlah, dia tak bisa menafsirkan rasa apa yang mendekam dalam hatinya ini. Kagum? Suka? Atau bahkan cinta? Yang dia tahu hanyalah rasa ini terus tumbuh dan bersemi tanpa bisa dicegahnya.

Syafiq. Begitulah orang-orang memanggil cowok itu. Nama yang berhasil mencuri hati seorang Aila. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa selama ini gadis itu menyukai Syafiq. Begitu pandai dia menyembunyikannya dari semua orang, meski tatapan tersirat dalam matanya tak bisa dibohongi.

Tiga tahun sudah dia memendam sendirian. Selama itu pula, tak ada cerita manis penuh kenangan diantara mereka. Kisah mereka hanya sebatas Aila yang selalu memperhatikan Syafiq dari kejauhan tanpa berani mendekat ataupun bicara secara langsung. Sudah, itu saja. Apa yang kalian harapkan dari kisah mereka berdua? Tidak ada. Mereka bahkan hampir tidak pernah komunikasi satu sama lain. Boro-boro komunikasi, menyapa pun tak pernah. Bagaikan dua orang asing yang tak pernah saling kenal, padahal sebaliknya. Alasannya? Aila juga tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Entah karena Aila yang terlalu tertutup atau Syafiq yang terlalu cuek. Hanya Tuhan yang tahu.

"Aila, kopsis yuk," ajak Rada yang sudah menyelesaikan ulangannya.
Aila menoleh. "Emang, udah selesai ulangannya?"

"Udah kok. Bu Sulis juga udah keluar bareng temen-temen yang lain. Liatin apa sih, sampai nggak nyadar gitu?" tanya Rada sembari menengok ke arah lapangan.

"Biasa. Liat anak-anak lagi olahraga hehe…. Yuk ah, keburu ramai nanti." Aila menggandeng lengan Rada dengan semangat. Biar tidak curiga.

o0o

Ini bukan hanya kisah tentang Aila yang diam-diam menyukai Syafiq saja. Ada kisah lain yang turut hadir memberikan warna tersendiri untuk masa putih abu-abu Aila ini. Seseorang yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya membuat dia keluar dari zona nyaman. Dia kira kisahnya hanya sebatas tentang Syafiq, tak beda jauhlah dari kisah SMP-nya dulu. Namun, semua itu berubah ketika dia mengenal sosok yang bernama Nazhan.

Mereka dekat. Sangat. Saking dekatnya sampai-sampai dikira pacaran. Banyak juga yang mencomblangkan mereka, tapi Aila cuek-cuek saja. Toh, mereka tak ada hubungan apa-apa selain teman. Tetapi bukan itu yang membuat mereka dekat, melainkan Nazhan yang sering mengajak Aila belajar dan diskusi bersama. Disitulah pertama kali Aila dekat dengan cowok selain ayah dan saudara laki-lakinya. Perbedaan kelas tak menjadi penghalang bagi mereka untuk belajar bersama, ditambah lagi mereka masih disatukan dalam kelompok yang sama di pelajaran lintas minat. Tak jarang pula, Nazhan memberikan perhatian kecil untuk Aila. Salah satu contohnya seperti sekarang.

Hari ini adalah hari bebas. Usai UTS selama beberapa hari, kini sekolah mengadakan perayaan ulang tahun yang ke-53. Banyak perlombaan yang diadakan, mulai dari lomba tingkat SMP se-kabupaten hingga lomba antar kelas. Semua siswa menikmati hari bebas ini. Ada yang mengikuti lomba, ada pula yang hanya menonton saja. Berbeda dengan gadis yang memiliki belah dagu ini. Di saat teman-temannya sudah keluar kelas entah kemana, dia malah berkutat dengan soal ulangan matematika. Dia harus mengerjakan semua soal itu sampai benar sebagai remidinya.

Dari arah pintu sebelah kiri, Nazhan nampak memasuki kelas 11 IPS 2. Kondisi kelas sudah sepi, hanya ada beberapa siswa saja yang masih bertahan dalam kelas, termasuk Aila. Dia pun langsung mendekati bangku gadis itu. "Lagi ngerjain apa, Ai?" tanyanya.

Di Antara Dua NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang