Aku mencium bau wine yang menyengat dari napas Adit saat pria itu mendekatkan bibirnya pada bibirku. Aditya memagut bibirku yang terbuka sedikit. Aku merasakan kehangatan lidahnya. Lalu, aku tiba-tiba mendorongnya menjauh. Napasku tersekat.
"Kenapa sih, Nik? Kamu tuh ngerusak suasana aja!" Sewotnya.
"Aku... emm..." Aku hanya belum siap. Bagaimana ya? Adit masih menjadi kekasih Alena, lalu bagaimana aku bisa melakukannya tanpa adanya cinta? Aku ingin Adit melakukannya karena cinta bukan karena keinginan mamahnya yang menginginkan cucu dari kami.
Aku memilih bangkit dari sofa dan menaiki tangga menuju kamar.
"Mau di kamar?" Tanyanya.
"Di kamar apanya? Aku belum siap, Dit." Jawabku sembari menaiki tangga dan menjauhi pria itu. Aku takut dia khilaf.
Sesampainya di kamar, aku menyentuh bibirku yang masih terasa bekas bibir Adit. Aku menatap pantulan diriku di cermin. Aku mungkin sudah lupa tentang Aksa karena terlalu fokus memikirkan kehidupan rumah tanggaku dengan Adit yang tidak menentu mau dibawa kemana rumah tangga ini.
Aksa.
Terakhir kali aku merasakan ciumannya saat dia bilang sudah tidak mencintaiku lagi. Dan dia memberikan ciuman singkat sebelum pergi menjemput kekasih barunya—sahabatku sendiri yang udah aku anggap saudara. Kalina. Aksa bilang mereka baru berpacaran setelah menyadari ketidakadanya cocokan di antara kami, tapi aku tahu kalau mereka diam-diam menjalin hubungan di belakangku. Aku pernah membaca pesan nakal Aksa dan Kalina. Aku sangat terkejut hingga merasa jiwaku terlepas dari raga. Saat itu aku hanya mengikuti alur yang mereka berdua buat hingga Kalina menang. Tak apa. Setidaknya, aku sadar kalau Aksa memang tidak pantas untukku.
Seminggu lalu, aku membaca pesan yang dikirim Aksa padaku.
Aku kangen kamu, Nik.
Aku hanya membaca pesan dari Aksa itu tanpa berniat membalasnya. Untuk apa dia mengabariku seperti itu?
***
Pendek banget ya 😂
Yang mau di-update bisa tinggalin komentarnya ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life With The Boss (END✓)
Romance"Tolong ya, Pak, saya tidak mau disentuh barang seinchi pun." Itu adalah kalimat pertama yang meluncur dari kedua daun bibirku setelah kami sah menjadi pasangan suami-istri. Tidak ada pesta mewah. Hanya dihadiri orang-orang terdekat. Bahkan aku tida...