Prolog

9 2 1
                                    


° Kekasih Untuk Hanin °


" Katanya ya, santri putra kedatangan santri baru."
" Iya-iya itu benar, tadi aku melihatanya."
" Oh ya? Gimana paras dia?ganteng kah?"
" Haduhh pasti saja ditanya parasnya seperti apa."
"Tadi sih, aku gak lihat jelas. Cuma setau aku ilmu alatnya hebat. Sekaligus, dia itu kalau gak salah saudaranya pak kiyai sama Bu nyai lho."

Seperti itulah bisikan para santri putri selepas selesai pembiasaan diwaktu ashar hari ini. Kedatangan santri baru sudah menjadi kebiasaan untuk menjadi topik yang pasti akan dibicarakan.

Salah seorang santri putri yang baru saja melipat sejadahnya, tak sengaja mendengar bisikan beberapa santri putri lain yang berada di saf didepannya. Yang tentu saja sedang membicarakan santri putra baru itu. Tak sadar ia juga ikut bingung sekaligus ingin tahu siapa santri baru tersebut.

" Hanin!"

Seseorang memanggil namanya membuat ia langsung menoleh. Dia Shanum, sahabatnya. Hanin beranjak dari tempatnya duduk lalu menghampiri Shanum meski memang ia sedikit menyayangkan obrolan itu tidak lanjut ia dengar.

" Tadi yang lagi ngerumpi itu ngomongin apa sih?"

" Itu katanya ada santri baru."

" Ooh, putra putri?"

" Putra."

Waktu pun semakin berjalan dari minggu ke minggu. Tepat pada saat hari Jum'at. Seperti biasa para santri putri sudah berada di madrasah untuk tadarus Qur'an sebagaimana jadwal yang sudah ditetapkan. Lagipula perbanyak amal ibadah dihari Jumat lebih banyak pahalanya dibanding hari biasanya.

Hanin yang baru selesai mencuci baju baru bisa pergi menuju madrasah. Saat ia turun tangga dari asrama, tak sengaja matanya melihat pemandangan indah bagi mata kaum hawa. Beberapa santri putra sedang berjalan menuju masjid dengan pakaian putih bersih nan rapi. Bagaimana ia tidak meleleh melihatnya. Astaghfirullah, Hanin...
Dan tak sengaja pula ia menemukan sosok pemuda yang rupanya mirip dengan aktor yang dikaguminya. Semakin pula ia merasakan detak jantungnya berdetak hebat.

" MasyaAllah...tampan sekali dia. Mirip Ceng Zamzam sumpah!"

Sejak hari itu pertemuan-pertemuan selalu dialami Hanin dengan sosok santri putra itu meski sayang ia belum mengenal namanya. Di sekolah, didapur santri bahkan di halaman madrasah. Atau bahkan Hanin sudah bisa berani mengintip di pagar asrama paling atas agar bisa melihat sosok dia ketika hendak pergi ke masjid sore hari.

" Hey-hey... Kok aku jadi curiga ya sama kamu setiap sore suka ada disini." Ujar Shanum yang kebetulan baru saja menjahit pakaiannya yang sudah kering.

" Untung kamu aja yang curiga sama aku. Coba liat deh Sha, santri putra itu mirip Ceng Zamzam banget ya?" Hanin mempersilahkan Shanum untuk mengintip sambil menunjukan santri putra yang dimaksud.

" Dia?mirip Ceng Zamzam? Yang bener aja kamu?"

" Iiihh mirip tau. Tapi aku belum tahu siapa namanya, ditambah aku baru lihat dia belakangan hari ini."

" Yaiyalah Han. Kamu kemana aja? Padahal kamu sendiri yang pertama nguping topik pembicaraanya. Lha sekarang kamu belum tahu siapa dia?"

" Maksudnya?"

Shanum tertawa " Dia itu murid baru yang diobrolin waktu itu. Namanya Ahzan. Apa mungkin kamu juga gak tau, kalau kelas mengaji sorenya berada disamping kelas mengaji kita?"

Habibi Lii HaninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang