Chapter 14

320 38 17
                                    

🎶 Play the video 🎶
.
.
.
.
.

Jihoon turun dari atas motor Guanlin begitu kendaraan roda dua itu berhenti di depan halaman rumah Jihoon.

" Masuk dulu Guan? " tawar Jihoon sambil nyerahin helm yang tadi dia pakai.

" Nggak dulu Kak. Aku langsung pulang aja. Daddy aku baru balik dari Cina jadi aku harus cepet pulang. " jawab Guanlin.

" Oh gitu. Yaudah. Salam ya buat Daddy lo eh kamu. " ucap Jihoon sambil menggaruk kepalanya salah tingkah.

Guanlin diem ngeliatin Jihoon. " Emm, Kak. "

" Hmm? "

" Aku boleh meluk Kak Jihoon gak? " tanya Guanlin takut-takut.

Guanlin menunduk antara malu dan takut. Namun gak berselang lama tubuhnya dibuat membeku karena Jihoon tiba-tiba memberinya pelukan.

Pria yang lebih tua itu melingkarkan kedua tangannya di pinggang yang lebih muda, dan menyandarkan kepalanya di pundak pelajar SMU itu.

" Makasih ya untuk hari ini. " ucap Jihoon masih di balik ceruk leher Guanlin.

Guanlin membalas pelukan Jihoon dengan lebih erat. " Aku yang seharusnya bilang makasih buat hari ini. "

Jihoon tersenyum dan semakin menyamankan diri dalam pelukan Guanlin.

Sementara itu tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata yang tengah memandang marah pada mereka.

Kedua tangan Woojin mengepal keras di samping tubuhnya saat melihat Jihoon lebih dulu memeluk Guanlin.

***

Woojin cuma ngaduk-aduk nasi yang ada di piringnya tanpa ada niatan untuk menyuapkannya ke dalam mulut.

" Woojin makanan bukan buat diaduk-aduk kaya gitu. " marah sang ayah yang sejak tadi memperhatikan anak sulungnya itu terus memainkan makanannya.

" Iya Yah. " jawab Woojin sambil meletakkan sendok makannya.

" Abang kenapa? Gak suka masakan bunda? Mau dibuatin makanan lain? " tanya bunda Woojin dengan lembut.

Woojin menggeleng pelan. " Nggak, Bun. Masakan Bunda enak. "

" Yang gak enak tuh hati Abang, Bun. " sahut Daehwi.

" Eh? Kenapa? Abang ada masalah? " tanya sang ibu kembali.

" Itu Bun Jihh... "

Tangan Woojin membekap mulut sang adik dengan kencang sampai pria mungil itu hampir menggigit lidahnya sendiri.

" Gak ada kok Bun. Abang baik. " ucap Woojin sambil memberikan death glare ke arah Daehwi.

" Beneran? "

Woojin mengangguk yakin.

" Yaudah Bunda percaya. Tapi itu mulut adeknya dilepas dulu. Kasian gak bisa nafas itu. "

Woojin menoleh kembali ke arah Daehwi dan langsung melepaskan telapak tangannya yang membekap mulut sang adik.

" Uhuukk.. uhukk.. wah gila mau bunuh gue bang?? Ish!! " Daehwi mengangkat tangannya seakan hendak memukul sang kakak.

" Kalau ada masalah kamu bisa cerita ke ayah atau Bunda. Atau ke adek kamu. " ucap ayah Woojin lagi.

" Dih cerita ke adek mah sama aja kaya cerita ke toak masjid. Yang denger orang sekampung. " gumam Woojin.

Daehwi sudah mengangkat tangannya hendak kembali memukul sang kakak namun gerakannya terhenti karena suara sang ayah.

" Sudah lanjutkan makannya. " ucap ayah Woojin menyudahi adegan kekerasan yang sebentar lagi terjadi.

Beyond The Window (2Park)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang