"If it's meant to be, it will be..." - unknown.
***
Anna hanya bisa terdiam di atas ranjang tempat tubuhnya terbaring. Matanya berkedip-kedip seraya mengamati tempat asing di sekitarnya. Langit-langit ruangan yang nampak muram, dinding berwarna putih pucat yang tak begitu menarik perhatian, ada selang infus yang tertancap ke tangannya dan aroma karbol yang begitu menyengat hidungnya.
Dari ciri-cirinya Anna sudah bisa menyimpulkan jika ia berada di rumah sakit. Tapi kenapa? Ia mencoba untuk bangkit namun tubuhnya terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Anna meringis, merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya.
Apa yang sebenarnya tengah terjadi? Kenapa ia bisa ada di sini dengan beberapa bagian tubuhnya yang sakit?
"A – akh..."
Baru saja hendak mengucapkan sepatah kata, tenggorokan Anna terasa sakit. Rasanya seperti ia tidak minum selama berhari-hari hingga membuat tenggorokannya begitu kering. Anna meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia ingin berteriak, namun tidak bisa. Siapapun tolong Anna sekarang juga!
Pintu kamarnya terbuka selang beberapa detik Anna ingin berteriak. Kepala Anna refleks menoleh ke arah seorang gadis yang berdiri tepat di ambang pintu. Anna mengamatinya dalam diam. Gadis itu terlihat begitu cantik dengan riasan tipis di wajahnya dan pakaian modis yang ia kenakan. Rambutnya yang panjang menari-nari saat kaki jenjangnya melangkah masuk.
"Anna, lo udah sadar?"
Pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut gadis itu begitu melihat Anna tengah menatapnya. Nampak binar kelegaan di matanya yang besar dan seulas senyum manis merekah di bibirnya. Siapa gadis ini? Sepertinya ia terlihat peduli pada Anna.
"Syukurlah. Gue pikir lo udah mati."
Detik berikutnya Anna hanya bisa melongo mendengar ucapan gadis itu. Sebelumnya ia terlihat bahagia mendapati dirinya masih hidup dan sekarang gadis itu berharap bahwa Anna mati, begitu? Apa sih yang dipikirkan gadis di hadapannya ini?
"Oh, apa gue harus panggil dokter? Kayaknya belum ada yang tau lo udah sadar selain gue." Gadis itu nampak berpikir, ia hendak berbalik untuk memanggil dokter saat suara Anna terdengar.
"A – "
Oke, Anna menyerah. Ia tidak bisa mengatakan apapun sekarang. Yang ia butuhkan sekarang adalah air minum untuk melegakan tenggorokannya. Tapi bagaimana mengatakannya pada gadis ini?
"A – apa?" Gadis itu mengurungkan niatnya untuk keluar. Ia mengamati Anna yang kesulitan berbicara. Sampai beberapa detik akhirnya ia tahu sesuatu. "Lo pasti butuh minum, kan?"
Ia lantas mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam tasnya. "Gue pernah liat beberapa kali di sinetron kalo orang baru siuman itu pasti dikasih minum. Nih minum."
Gadis itu membantu Anna untuk minum. Agak kesusahan memang karena tubuhnya yang masih sakit, namun Anna berhasil meminum air itu hingga tenggorokannya terasa lebih lega sekarang. Ia menatap gadis itu dengan ekspresi penuh terimakasih, dan sepertinya gadis itu menyadarinya.
"Jadi, apa yang lo rasain sekarang?" Gadis itu bertanya, kini wajahnya berubah menjadi serius.
Anna bingung harus menjawab apa. Ia hanya duduk bersandar di ranjangnya, menatap gadis yang belum ia ketahui dengan wajah penuh tanda tanya. Tunggu, Anna juga tidak ingat siapa namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You in Me
FanfictionSetelah bangun dari koma, Anna tidak ingat apapun. Lebih tepatnya tidak ada memori apapun yang bisa mengingatkannya akan sesuatu. Semua yang ada di depannya nampak asing. Di saat ia mencoba untuk mengingat semuanya, sebuah masalah besar muncul. Ia h...