Kai mengerjap— tangannya meraba, mengambil ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang. Dahinya mengernyit melihat terangnya layar ponsel yang menunjukkan pukul 6 pagi. Setelah 2 minggu liburan, kini Kai harus kembali membiasakan diri mendengar alarm setiap pagi, karena hari ini adalah hari pertamanya di kelas XII. Padahal rasanya baru kemarin dia mengikuti kegiatan MOS, memakai topi kerucut konyol dan name tag sebesar plang nama jalan, tak disangka tahun ini adalah tahun terakhirnya menikmati bangku sekolah.
Setelah mandi dan mengenakan seragam, dengan kondisi rambut basah dan masih kusut Kai menuju ruang makan. Di sana sudah ada adiknya, Sunoo yang sedang mengunyah nasi goreng buatan mama— namun terhenti ketika Kai menarik kursi lalu duduk di seberang meja. Mata Sunoo menatap— menelisik, lalu menggelengkan kepala.
"Kak"
"Hm?"
"Nyisir dulu kek" malah Sunoo yang merasa risih melihat poni panjang menutupi kedua mata Kai.
"Maher" Maksudnya 'mager'. Pengucapannya jadi tidak jelas karena mulutnya penuh nasi goreng.
"Kalo kakak males ngerawat diri, nanti diputusin Mas Soobin loh"
Kai mendengus– menelan nasi gorengnya. "Boro-boro mutusin, kakak diemin seharian aja dia tiba- tiba udah ada di depan pagar rumah sambil bawa cake satu dus sama boneka molang gede banget, terus dia minta maaf sambil peluk sama cium-cium deh, jomblo kaya kamu can't relate"
"Kok kakak jadi ngeledek aku sih?!"
"Ya lagian... Gak mempan kalau mau nakut-nakutin kakak kaya gitu, mendingan cari pacar sana, biar gak ganggu kakak mulu"
Sunoo mengerucutkan bibir, lalu melanjutkan sarapannya. Sunoo memang sering iseng kalau Mas Soobin sedang main ke rumah. "Mas Soobin ganteng jadi pacar Ddeonu aja yuk!" dengan nada yang sok imut, dan berakhir wajahnya dilempar bantal sofa oleh Kai. Adik dakjal memang.
Sedangkan Soobin sih senyum-senyum saja, malah tingkat kepedeannya semakin tinggi.
"Emangnya mas seganteng itu ya dek?" Sambil mengusap dagu. Lalu kena tabok bantal juga. Tau ah.
***
Sunoo dan Kai hanya berselisih 1 tahun. Tetapi mereka tidak bersekolah di tempat yang sama. Kai bersekolah di SMA negeri sedangkan Sunoo memilih untuk sekolah di SMK, mengambil bidang seni industri kreatif, jurusan seni broadcasting dan film. Sejak kecil, Sunoo sudah sangat tertarik dengan dunia peran. Mamanya sering memergoki si bungsu sedang meniru adegan-adegan sinetron di televisi. Agak bahaya sih, soalnya.. kalian pasti tahu lah, sinetron lokal mana ada yang edukatif? Selalu tentang percintaan yang alurnya gampang sekali ditebak. Parahnya, Sunoo kecil lebih suka meniru karakter-karakter antagonis seperti wanita pengganggu rumah tangga atau yang kita kenal dengan istilah pelakor.
Daripada niru adegan gak bener di sinetron, mending sekalian aja diarahkan minatnya. Pikir mama.
Berbeda dengan Kai, sejak kecil dia suka menyanyi dan memainkan alat musik. Bisa dibilang bakatnya ini menurun dari ayahnya yang merupakan seorang penyanyi populer era 90 an. Sampai sekarang ayahnya masih aktif bermusik, namun hanya sebatas hobi karena kini beliau berprofesi seorang pengusaha.
Kai menolak saat akan didaftarkan ke sekolah seni oleh orang tuanya dengan alasan dia tidak mau jadi penyanyi, bakal repot kalau terkenal. Sebagai gantinya, ia mengikuti les piano. Kemampuan jemari lentiknya menari diatas tuts piano sudah tidak perlu diragukan lagi.
***
Perjalanan ke sekolah memakan waktu kurang lebih 15 menit menggunakan bus, dan butuh tambahan waktu sekitar 7 menit bagi Sunoo karena sekolahnya sedikit lebih jauh dari sekolah kakaknya, namun masih satu arah.