PROLOG

839 84 33
                                    

Seorang gadis bersurai pirang menatap pantulan tubuhnya di dalam cermin. Matanya menyipit kala menyadari bahwa rupanya sangat berbeda seperti apa yang terakhir kali dia lihat. Pipinya merah karena beberapa saat lalu dia tanpar berkali-kaliali, memastikan bahwa ini adalah kenyataan.

Diarahkan pandangannya pada keadaan kamar yang rapih dan bersih dengan dominasi warna merah muda dan putih. Dia mendengus, lalu memejamkan matanya seraya meletakkan satu tangannya di kening.

Sejak kapan dia maniak merah muda?

Dilangkahkan kakinya mendekati kasur berselimur merah muda, lalu segera melempar dirinya di atas. Membuat tubuhnya terpantul beberapa kali sebelum akhirnya berhanti.

Matahari bersinar cerah dari luar jendela, memberikan tanda bahwa sudah waktunya beraktifitas. Jika hari biasa, dia akan bangun pagi untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Merias dirinya berjam-jam di depan cermin agar hasilnya memuaskan.

Lee Jihye.

Itu adalah namanya.

Seorang pianis professional yang sudah malang melintang diberbagai pertunjukan musik. Baik individu maupun grup.

Dia juga pernah menjadi pianis tamu di berbagai orkestra dunia. Sebutlah London Symphony Orchestra, Vienna Philharmonic, atau Royal Concertgebouw yang digadang sebagai orkestra terbaik di dunia.

Siapa yang tidak kenal dia? Para pemusik pasti mendengar namanya sebagai pianis muda berbakat yang sudah terkenal sejak kecil. Dirinya yang seorang anak yatim piatu diadopsi oleh orang tua asuh yang berasal dari kalangan seni musik. Untungnya, ada bakat musik dalam darahnya. Dan dengan baiknya, orang tua angkatnya membantu dia mengasah potensinya hingga seperti sekarang.

Dia puas dengan hidupnya, dan dia bangga.

Setidaknya sampai malam kemarin. Sebelum dia 'mungkin' mati karena sahabat satu profesinya memberikan racun dalam minumannya.

Dia kira dia mati, setidaknya itu yang dia pikirkan.

Sayangnya Tuhan masih berbaik hati memberikannya kehidupan lagi.

"Princess Athanasia, tuan muda Lucas dan tuan muda Alphaeus menunggu di bawah."

Oh?

"Suruh mereka menunggu, aku akan mandi dulu."

"Baik,"

Sepertinya dia harus segera bergegas. Sebelum satu diantaranya mengeluarkan api panas dari mulutnya.

***

Athanasia De Alger Obelia.

Nama bangsawan yang melekat pada dirinya. Bersurai pirang dengan bola mata yang lebih indah dari permata. Tubuhnya proposional untuk remaja berusia tujuh belas tahun. Lekukan sudah terlihat dibeberapa bagian tubuhnya, membuatnya menjadi makhluk hawa yang menakjubkan.

"Kau pikir sudah berapa lama kami menunggu?" Seorang bersurai hitam melipat tangannya saat Athanasia menempati kursi kosong disampingnya.

"Aku harus terlihat cantik," balasnya.

Saat ini mereka berada di rumah kaca milik Athanasia. Taman berukuran besar yang dilengkapi dengan air terjun buatan dengan aliran sungai jernih diisi dengan berbagai macam koleksi tanaman tropis. Hadiah dari ayahnya saat dia baru berusia tujuh belas tahun.

Sebuah meja bundar dengan tiga kursi sudah ditempati oleh setiap orang. Dua orang pelayan yang membawa troli makanan mulai menyusun kue dan teh setelah Athanasia hadir di tempat.

"Selamat pagi Athanasia. Apa tidurmu nyenyak?" Suara halus nan menenangkan mengalun dari seorang laki-laki bermata emas.

Athanasia menolehkan kepalanya, tersenyum ringan dan membalas pertanyaan. "Pagi Ijekiel, tidurku sangat nyenyak."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy! [Suddenly, I Became A Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang