3

28 7 4
                                    

"Tadi itu memalukan,"

"Tidak apa-apa, namanya juga nenek-nenek," balas James sambil tertawa.

"Ya, kau benar. Pita ini juga terlihat mahal,"

"Bagus kan? Kalau pita itu ternyata memang mahal, kau tidak perlu mengeluarkan uangmu untuk itu,"

"Tumben kau pintar," ledek Evangeline.

"Aku memang pintar. Apalagi yang akan kau cari?" tanya James sambil mengamati kerumunan orang pada salah satu kios disana.

"Hadiah untuk Roland, dan mungkin aku juga akan membawakan sesuatu untuk Leah. Bagaimana denganmu, James?"

James tidak menjawab pertanyaan Evangeline. Kali ini James yang menarik tangan Evangeline untuk mengikutinya. Entah apa yang ada dipikirannya, James berjalan menuju kerumunan yang ia amati sejak tadi. 

"Permisi, ada apa ini?" tanya James pada salah satu pria di kerumunan itu.

"Ah, aku tidak tau detailnya, tapi orang-orang bilang kucing hitam di depan sana adalah penyihir yang berubah wujud,"

"Dimana kucing itu?" James terlihat cemas pada kucing yang pria itu bicarakan.

"Di depan sana, dikurung, sedang disiksa," jawab pria itu.

Tanpa basa-basi James menarik tangan Evangeline dan menerobos kerumunan orang-orang yang sedang melihat kucing malang itu disiksa, James tampak marah. Di depan sana terdapat seorang pria buncit sedang menyiram kucing hitam itu dengan air panas. Kucing itu terlihat pasrah dengan nasib yang menimpanya.

"Tunggu disini," James melepaskan tangan Evangeline.

"James, apa yang akan kau-"

"Dasar idiot," James meninju pria buncit tersebut.

Evangeline menutup mulutnya kaget. Orang-orang mulai berdatangan melihat keributan yang dibuat James.

"Apa-apaan kau bocah sial-" James tidak membiarkan pria itu menyelesaikan kalimatnya, ia memberikan pukulan keras pada dagu sang pria.

"Dimana otakmu?" tanya James datar, tatapannya dipenuhi amarah.

"Apa sih? Apa kau juga penyihir seperti kucing ini?" jawab pria itu dengan nada remeh.

Kerumunan itu semakin ramai. Parahnya lagi, mereka menyemangati James dan pria itu untuk menghajar satu sama lain. 

"Hei bocah, kenapa diam saja? Jangan-jangan aku benar," pria itu terkekeh sinis. Dari raut wajahnya ia terlihat menahan rasa sakit karena pukulan James.

"Tidak," 

"Benarkah?" pria itu mendekatkan wajahnya pada wajah James. James menunjukkan raut wajah jijik, dan mendorong pria itu dengan keras.

"Aku bilang tidak ya tidak," jawab James dengan angkuh.

"Lalu apa maumu, bocah tengik?"

"Kucing ini," James menunjuk kucing malang tersebut.

"Hah? Apa kau gila?" pria itu menarik kerah baju James, lalu memberikan senyuman licik.

"Kenapa? Apa kau akan memintaku untuk membayar kucing itu?" James tetap tenang meskipun lehernya terangkat.

"Ah, pintar juga kau rupanya. Baiklah, seratus koin emas untuk kucing jelek itu," pria itu melepaskan kerah baju James.

"Tapi, bocah tengik berpakaian lusuh mana mungkin memiliki uang sebanyak-"

James melemparkan kantong kecil berisi koin emas pada muka pria itu. Orang-orang terkejut, begitu pula dengan Evangeline yang hanya bisa menonton kakaknya dari jauh. Pria buncit itu langsung terdiam di tengah kerumunan orang-orang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang