iv. find me

81 14 3
                                    

:: kalau sudah begini, bagaimana aku bisa menutup diri? kamu yang datang dengan rentangan tangan. aku yang yakin bahwa kamu adalah rumah.

«»

"gue antar pulang?"

junho yang mendapati sodoran jaket hitam itu kini menatap eunsang dalam diamnya. membuat sebelah alis eunsang naik, bingung karena junho tidak kunjung mengambil jaket itu dari tangannya.

"nanti tetangga di sini berpikir kalau gue yang buat lo luka begini. gue gak mau jadi tersangka." ucap eunsang yang pada akhirnya paham.

ia mendengus kesal. perkataan eunsang seakan mengatakan bahwa lelaki itu bisa mengalahkannya. bahkan junho yakin, sekali pukulan di pipi lelaki yang sekarang tersenyum di hadapannya itu bisa membuatnya pingsan. tapi tidak, dirinya tahu terimakasih dan tidak mungkin melakukan itu. hanya, tidak mungkin.

"yaudah, gue pulang sendiri."

junho baru saja membalikkan badannya. berniat meninggalkan eunsang, namun segera dicegah. pergelangan tangan kirinya ditahan oleh eunsang yang kini menariknya kembali untuk berhadapan.

hal aneh, tapi junho merasakan ada sesuatu di dalam dirinya kini seperti mendobrak-dobrak. namun ia yakin itu bukan sesuatu yang penting, memilih untuk menatap eunsang kesal-- ia yang masih saja tersenyum, bahkan tertawa melihat wajah kesal junho.

aneh. senyum eunsang tampak aneh saat ini.

mungkin jika saja eunsang tahu sebagaimana berbahayanya junho jika emosi. ia berani jamin, eunsang tidak akan mau membuat junho kesal barang sedikit pun. mungkin ia akan menjaga jarak? lebih baik begitu daripada nyawanya terancam. junho bukanlah orang yang berbelas kasihan, apalagi ketika emosinya berada di puncak. minimal, gigi depan harus lepas sebagai pereda emosinya.

tapi membayangkan eunsang tidak peduli dan menjaga jarak. junho menggeleng pelan, rasanya aneh.

melihat gelengan junho, eunsang menatapnya bingung.

"kenapa?"

junho mendapati dirinya sangat bodoh, lagi dan lagi. entah apa saja yang akan ia perbuat ke depannya di hadapan eunsang. perasannya tidak enak dan itu semua pasti tentang bagaimana dirinya tidak seperti junho yang semua orang kenali.

ah, tidak. cha junho itu kuat.

"bercanda, pakai aja. biar lo gak kedinginan. lo juga lagi gak sehat, apalagi kemarin kehujanan." ucap eunsang. "gue gak punya mobil juga." eunsang tertawa pelan.

membantu junho untuk memakai jaket itu. memperlakukan dirinya seperti bayi lagi.

tidak. junho tidak merasa kedinginan. sesuatu di dalam dirinya seperti memberi sensasi hangat yang kini bahkan sampai pada pipinya. apalagi ketika mendapati jemari pada tangan kanannya kini bertautan dengan eunsang. ia yang sekarang menariknya pelan untuk mengikuti langkahnya.

junho menunduk, memastikan semua orang yang dilaluinya kini tidak sadar, bahwa pipinya sudah seperti tomat.

«»

"dar-- astaga, ada apa dengan wajahmu, chacha?"

eunsang menatap junho tidak percaya. menyadari kini lelaki nakal itu seperti sedang merutuk pelan. setelahnya berusaha tersenyum manis di hadapan ibunya yang baru saja membuka pintu.

"jatuh, seperti biasa."

eunsang mendengus pelan. sudah berapa banyak kebohongan junho pada ibunya? ia berani bertaruh bahwa alasan jatuh selalu diucapkan olehnya, mengingat kata 'seperti biasa' yang kini terlihat dipercayai oleh ibunya. eunsang sendiri sudah bersiap berteriak menyangkal semua itu, tapi tidak berniat mencari masalah di awal pertemuannya dengan ibu junho.

FIND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang