Empat

1.3K 95 8
                                    

"T-tunggu! A-akashi-kun hentikan!"

Ruangan itu dipenuhi desahan tertahan dari bibir Kuroko yang kini dilumat Akashi. Ciuman panas yang menjurus ke arah paksaan membuat kepala Kuroko pening.

Napasnya tercekat kala Akashi mendorongnya ke ranjang dan menyusupkan tangannya ke dalam baju yang ia kenakan. Pria itu bergerak turun dengan mencium lehernya perlahan.

Lidahnya terjulur, rasanya hangat dan begitu menyenangkan. Membuat Kuroko merasakan rindu yang selama ini ia ikat kuat menjadi hancur berantakan.

Ia mendesah di bawah kukungan Akashi.

Menyadari ia akan selalu kalah oleh pesona pria itu yang begitu mendominasi membuat Kuroko menutup wajahnya dengan lengan kirinya. Ia mengigit bibirnya kuat mana kala Akashi berhasil merobek kemeja miliknya dan melemparnya ke lantai.

Ia yang kini bertelanjang dada merasakan hawa dingin dari ruangan menjalari tubuhnya dengan kuat. Tapi saat kulit Akashi menyentuhnya, Kuroko tahu, ia sangat merindukan kehangatan pria itu.

"Tidak ada yang berubah tentang kau," bisik Akashi. Jemarinya menyentuh pelan puting Kuroko yang kemerahan, matanya melirik pada Kuroko yang menutupi wajahnya dan menahan desahan, "Kenapa kau menyembunyikan wajahmu?"

Akashi mencium lengan pria itu dan menjalarkan ciumannya sampai ke bahu Kuroko yang berwarna putih kemerahan. Mulutnya terbuka dan memberi sedikit gigitan kecil di sana.

"A-akashi-kun..." lirih Kuroko. Ia menjauhkan tangannya dan matanya menatap sayu. Jantungnya berdebar keras. Kepalanya pening saat Akashi bergerak mendekat dan mempertemukan bibir mereka kembali.

Lumatan itu menjadi liar, rasa putus asa dan rindu yang selama ini mereka tanggung seolah lepas kendali. Semua seakan tidak berubah dan kembali seperti semula. Saat mereka masih bersama.

Akashi yang menarik dirinya saat di lorong kelas beberapa jam lalu masih Kuroko ingat dengan betul, cengkraman kuat di tangannya. Tatapan marah teman-temannya dan Furihata Kouki yang menatap terkejut.

Jika dibilang bahagia tentu Kuroko merasa bahagia, ia seolah merasa Akashi masih menginginkan dirinya dibanding pria berambut cokelat itu. Pria yang merebut Akashi dari dirinya. Pria yang membuat Akashi menjauh dan bertahun-tahun membuatnya terluka.

"Apa yang kau pikirkan?" bisik Akashi lembut. Matanya menatap pada Kuroko yang mengatur napasnya yang menggila. Bibirnya bengkak dan Akashi menyukai rona merah yang selalu dimiliki Kuroko saat ia mencumbu pria itu.

"T-tidak ada..." jawab Kuroko dengan nada pelan, ia memalingkan wajah dan Akashi mencium kembali lehernya lalu melumatnya. Kuroko segera menggigit punggung tangannya sendiri untuk menahan desahan yang memaksa keluar.

Akashi tertawa pelan dan meraih tangan Kuroko. Dia menautkan jari jemari mereka dengan lembut dan mencium telinga Kuroko, "Lepaskan saja. Aku rindu kau mendesah untukku."

"A-akashi-kun... Hentikan.."

"Benarkah kau mau aku berhenti?" bisik Akashi. Dia menyeringai saat Kuroko mengangguk dengan pelan dan Akashi memutuskan mencium puncak dada Kuroko. Dan saat itu juga Kuroko tersentak.

"A-ah! H-hentikan!" tangannya meremas rambut Akashi. Memaksa pria itu menjauh tapi seluruh tenaganya seolah hilang saat Akashi mulai menjilat puncak dadanya. Membuat tubuhnya bergetar dan melengkung hebat. "A-akashi-kun..."

"Hm?"

"H-hentikan."

"Kau menyukainya Kuroko." bisik Akashi. Dia menjauh dan melihat bagaimana tubuh Kuroko bergetar di bawahnya. "Kenapa? Bukankah kau merindukan diriku di sini?" bisiknya lembut sambil menyentuh gairah Kuroko yang perlahan bangkit, "Kau mengeras."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang