“heh jangan lari larian by, nanti kamu jatuh” teriak seseorang kepadaku, tetapi aku bersikap acuh, dan tetap berlari ke arah pantai, seolah tak mendengar perkataannya.
“Yuta cepetannnnnn! Mataharinya udah mau terbenam nih,kamu jalannya lama banget kaya keong” aku berteriak kepada seorang pria yang menggunakan kemeja biru dan tak lupa masker yang selalu ada di wajahnya.
“Iya bawel,sabar” mata Yuta kini hanya terfokus padaku yang tengah bermain air dipinggir pantai. Ia tersenyum kecil ketika melihatnya.
Yuta berlari ke arah menuju kearahku,lalu memeluk tubuhku dari belakang secara tiba-tiba.
“I love you”
“Tumben banget?” Aku menoleh ke arah pundaknya. Tempat dimana tersender dagu sang kekasih.
“Salah aku ngomong I love you ke pacar sendiri?”
“Ya nggak si. Aneh aja, Kamu aneh banget”
“Apasih? Kenapa aneh?”
“kaya bukan kamu tau wkwkkwkw”
“Emang biasanya aku kaya gimana hm?” Tanya yuta melepas pelukannya lalu membalikkan tubuhku agar menghadapnya.
“yaaa gimana biasanya kamu ikut seneng juga kalo lagi sama aku tapi ini kaya nggak??? Kamu kenapa sih?” kataku,lalu Ia terkekeh dan mengusap lembut kepalaku.
“ish aku lagi soft hour tau. Udah habis tahun baruan juga”
“terus?”
“Kamu gak inget apa-apa by?” aku terdiam, nampak berpikir sejenak sebelum tersenyum manis tanda paham maksud Yuta.
“hah?”
“inget gak hari pertama kita ketemu? 6 tahun yang lalu” Yuta tertawa pelan, lalu memelukku dengan sangat erat.
“mau duduk?” Ajak Yuta. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian keduanya berjalan sambil bergandengan tangan dan bercanda gurau mencari pasir yang tidak basah karena terkena ombak.
Aku menggunakan pundaknya sebagai sandaran. Menatap ombak laut yang kian deras lajunya karena angin sore.
Cakrawala terlihat sangat indah kala itu. Ditambah dengan cahaya matahari yang hampir menghilang dari ufuk barat.
“Yut.”
“Hm?”
“Seandainya waktu itu kak johnny gak ngajak aku kesana, apa kita bisa kenal terus jadi kaya gini ya?”
“Kenapa nanya gitu?”
“Kepikiran.” “Aku inget, waktu itu aku lagi stress banget karena baru putus terus abang ngajak pergi tapi aku gak mau eh malah dipaksa mana pas itu belum mandi?!? Kucel banget yaallah malu kalo inget itu”
“iya juga ya,pas kalian dateng aku kaget. Hah ini johnny bawa gembel dari mana. Terus pas dikenalin ternyata kamu adeknya yaallah aku kalo inget ngakak. Mana kamu judes banget lagi serem tau by sumpah.” yuta terkekeh, sementara aku cemberut.
“tapi by makasih loh kamu mau bantu aku. Maksud aku pas itu kamu sok narik aku keluar terus beliin aku es krim biar aku gak badmood lagi”
“iya terus awalnya kamu sok nolak,masih masang muka galak tapi akhirnya luluh juga tapi pas ditanya “lo kenapa? Lagi ada masalah ya?” Langsung nangis kejer.”
“kamu juga yang meluk aku terus nenangin aku sampe ketiduran dijalan ya wkwkwkw yaallah maluuuuuuu.” Keduanya terkekeh mengingat masa lalu.
“Aku gak tau bakal seberantakan hidup aku kalau aku nggak pernah kenal kamu.”
“Kenapa gitu?”
“Kamu tau kan, masa lalu aku.” Yuta mengalihkan atensinya ke arahku. Aku kini menekuk lutut sambil menikmati indahnya sunset sore itu.
“You're everything to me. Jangan tinggalin aku ya by?” Sepasang netra milik kedua insan ini bertemu, Yuta tersenyum lalu mengangguk.
“Aku gak akan ninggalin kamu. I promise.”
“Love you. Please always here with me.”
“Love you too by. Don't worry, I will. I promise.” Yuta kini menarik tubuhku ke dalam pelukannya lalu memberikan usapan lembut di kepalaku.
Yuta melepas pelukannya mengusap pelan wajahku sebelum mengeluarkan kotak beludru kecil berwarna merah. Kedua mataku membulat. Terkejut dengan apa yang dibawa Yuta.
“You want me to stay by your side, right? Jadi will you marry me?” Yuta membuka perlahan kotak itu, dan terlihat cincin emas dengan permata kecil yang indah di atasnya.
Aku tersenyum cerah, lalu mengangguk mengiyakan.
the end