"Oi jen.." Mark menoel lengan Jena yang menelungkupkan wajahnya malas ke meja. "Hng.." Jena hanya mengerang, malas mimpi indahnya baru saja diganggu makhluk yang sangat doyan semangka manis di sebelahnya ini.
"Bangun ege udah istirahat!" Karina yang bertabiat bar-bar tidak seperti mark yang gak tegaan lihat Jena tidur pulas dimeja--ngejitak Jena. Mark mendesis pada Karina saat lihat Jena meracau gakjelas.
"Ngh--kalo gak inget Tuhan udah gue trabas bangsatthh.." racaunya sambil menggebrak-gebrak meja keras, membuat beberapa teman sekelasnya yang kebetulan duduk dekat bangku mereka menatap Jena gak percaya."Bibir lo merah banget anjjingghhh!!" Jena bahkan melambai-lambaikan tangannya ke udara lemas. Mendengar racauan gila Jena yang bertambah parah, atau bisa saja ia sendiri yang membocorkan kalau dirinya hendak dipinang Jeffrey, Mark dan Karina setuju untuk menggeret tubuh montok Jena keluar dari kelas paksa.
Mark tersenyum lebar ketika berpapasan dengan temannya yang lain saat memapah tubuh linglung Jena yang masih setengah sadar dari mimpinya melewati lorong kelas-kelas menuju kantin.
"Ngapa tuh bocil? Mabok?" Tanya Lucas merangkul Mark, yang langsung dilirik Karina sinis."Peduli amat ngab," Jawab Karina sarkas, habis Lucas adalah salah satu manusia pemuja Jena yang menyebalkan. Tapi sayang, lelaki bertubuh jangkung itu juga salah satu deretan mantan Karina, makanya dia agak sinis dan protektif ketika Lucas mencoba mendekati Jena. Karena ia tahu buruknya Lucas.
"Enggak, ngantuk ni bocah enggak tahu semalam habis ngapain.." jawab Mark yang membuat Lucas melongo, sedangkan Karina berdeham canggung, diam-diam ia mencubit keras pantat Mark agar pria yang kewalahan memapah Jena itu tidak berucap lebih buruk."Hah-hahahahah.. abis ngafalin pasal keknya, kemarin vn ke gue tentang pasal-pasal gitu ampe gue gumoh," Karina memaksa tawanya agar Lucas percaya.
Tentang yang kemarin, setelah Jeffrey menggoda Jena sampai ke akar-akarnya, Jena yang gakbisa nahan deg-degan, dengan pipi bersemu merah lari setelah memberikan eskrimnya ke Jeffrey. Ia lari kembali ke mobil yang jaraknya lumayan jauh. Sedangkan Jeffrey di belakang, mengikuti Jena dengan berjalan santai, diam-diam juga mengulum senyumnya sampai telinganya memerah.
Mereka berdiam selama perjalanan pulang. Jeffrey puas menjahili Jena, sedangkan Jena memejamkan matanya malu berharap Jeffrey tidak mengeluarkan sepatah kata apapun agar tidak menambah dirinya malu kuadrat.
"Jangan tidur malam-malam besok sekolah! Sampaikan salam saya buat tante Nay, jangan lupa pelajari lagi UUD 1945 pasal 28b ayat 1, kalau sudah paham baru jawab pertanyaan saya tadi ya," Jeffrey tersenyum melihat Jena menunduk malu sambil menenteng martabak manis yang ia beli di tengah jalan tadi untuk keluarga Jena.
Jena tidak usah ditanya, ia kepikiran bibir merah Jeffrey bergerak naik turun ketika membisikkan pertanyaan itu didepannya dibawah guyuran shower.
Ia nampak seperti orang linglung memikirkan dan menganalisa perlakuan Jeffrey tadi sore, yang membuatnya tertawa-tawa kemudian, sambil mengulum martabak cokelat kacang pemberian Jeffrey. Ia bahkan telfon dan vn ke Karina hanya untuk membahas kenapa UUD pasal 28b ayat 1 diciptakan, sungguh tidak jelas. Karina hanya iya-iya saja ketika bolak-balik ditanya pertanyaan yang sama oleh Jena.
Puncaknya, ketika Jeffrey mengirimkan foto dirinya tadi sore sebelum membeli eskrim membuat Jena tersenyum, lalu tanpa lama ia posting jepretan cantik Jeffrey itu ke sosmednya. Ia kira Jeffrey tidak tahu akunnya atau bahkan ia tidak main sosmed. Namun nyatanya, ia yang meninggalkan sebuah komentar memuji senyum Jena yang manis.
"Aihh!! Jancuk! Gue kenapa sih!" Jena yang tadinya terkulai lemah dipapah Mark tiba-tiba berdiri tegak sambil menghentakan kaki kesal telah memikirkan Jeffrey sampai begitu lamanya bahkan sampai terbawa mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah;JJH
Fanfiction[M] 15+ "Jen, kamu kenapa pake celana saya?" "Loh gue kira celana gue, mirip soalnya," Jena mengendikan bahu acuh. "Lagian emang pinjem kagak boleh?" Jeffrey menyisir rambutnya, "Mm.. Tapi itu bekas celana kotor saya jen," (Dedicated to jaennie shi...