1. Apakah mereka akan pergi?

67 16 25
                                    


'Mungkin saat ini sedang hujan deras, tapi semoga saja nanti akan ada pelangi di langit kehidupanku':)


"Assalamualaikum warohmatullohi wabarakatuh. Innalillahi wa innailaihi roji'un, innalillahi wa innailaihi roji'un, innalillahi wa innailaihi roji'un. Sampun katimbalan sowan wonten ngarsanipun Gusti Allah SWT, panjenenganipun Bapak Daniel Hermawan lan Ibu Arnia Maesaroh, Pidalem Desa ***** Rt ** Rw **. Sedo rikolo Dinten Isnin, tanggal 18 Desember, wanci Jam 6 esuk kolo wau. Wodene jenazah bade dipun makomaken benjang Dinten Selasa, tanggal 19 Desember, wanci jam 12 siang. Wonten makom pasarean ***. Mekaten menggah pawartos lelayu, mugi andadosno ing pamrekso. Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh," suara itu bergema di sebuah dusun.

Seorang gadis 10 tahun yang baru saja bangun dari pingsannya mendengar suara itu sontak kembali menangis sesenggukan. Gadis itu bernama Rena Syafara, gadis sepuluh tahun ini baru saja kehilangan orang tuanya, tepatnya 5 jam yang lalu. Dia duduk kemudian memeluk bantal gulingnya sambil menangis tanpa air mata karena sudah kehabisan menangis semalaman. Dia teringat kejadian 5 jam lalu yang membuat dia teramat sangat down.

Flashback.
00.00 p.m.

Handphone di atas nakas seorang gadis yang tertidur lelap berdering kencang sehingga membuat sang empunya terbangun. "Aduh, siapa sih yang nelefon malam-malam begini," gerutu Rena.

Setelah melihat nomornya yang ternyata nomor tidak dikenal Rena jadi sedikit waswas, takut kalau-kalau orang yang telefon ini orang jahat. Rena pun terpaksa mengangkatnya dengan hati-hati. 'Kali aja emang penting' batinnya dalam hati.

"Selamat malam, dengan anak Ibu Arnia Maesaroh dan Pak Daniel Hermawan?" Tanya seorang laki-laki di seberang sana setelah Rena mengangkat telefon itu.

"Benar pak, dengan saya sendiri. Maaf, ini dengan siapa ya?" jawabnya sedikit tidak tenang karna mengetahui orang ini tahu nama orang tuanya.

"Saya dari Kepolisian Sektor ***. Mau menginformasikan bahwa ibu dan bapak Anda mengalami kecelakaan di *** dan sekarang sedang dibawa ke Rumah Sakit ***,"

Prak! Handphone yang dibawa gadis itu jatuh seketika. Gadis itu hanya mematung selama beberapa detik, "Enggak, enggak mungkin. Ini, ini cuma mimpi kan?" tanyanya lirih dengan air mata yang mulai berjatuhan di kedua pipinya.

"Halo? Halo? Apa masih ada orang di sana?" Suara di telefon pun ia abaikan. Rena langsung lari terburu buru ke rumah buleknya yang ada di samping rumahnya.

Tok-tok-tok! Tok-tok-tok !
"Bulek, bulek," Rena berteriak sambil menggedor gedor rumah buleknya dengan kesetanan, matanya meneteskan bulir-bulir bening yang keluar deras dari matanya.

Ceklek!
"Iya Rena, ada apa? Kamu kok nangis?"

"Ibu.. Ibu kecelakaan bulek," jawabnya terputus-putus karna sambil nangis.

"Ya Allah, kok bisa? Kamu tahu dari mana? Terus sekarang Mbak Nia sama Mas Dani dirawat di mana?" tanya bulek bertubi-tubi dengan wajah khawatirnya.

"Enggak tahu gimana, tadi aku di telefon sama pak polisi katanya ibu sama bapak kecelakaan terus sekarang dibawa ke Rumah Sakit ***. Aku mau ke sana bulek," katanya sambil merengek.

"Oke, oke kita ke sana. Sebentar bulek panggil paklikmu dulu ya,"

"Iya, aku siap-siap dulu," Rena pun langsung lari ke rumah kemudian ambil jaket, tas, dan handphonenya yang dijatuhkan tadi dengan buru-buru.

HALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang