Tentang anak bungsu dengan segala limpahan kasih sayang sejak kecil, limpahan cinta dari orang tua dan kakaknya, bahagia dan tawa yang selalu ada di setiap hari si bungsu.
Cengeng, ya si bungsu sangat cengeng. Ketika di ganggu oleh sang kakak yang jahil, ketika terjatuh dari sepeda, ketika ada pr matematika yang tak dapat di selesaikan si bungsu maka ia akan menangis.
Lalu, waktu terus berjalan dan si bungsu telah beranjak dewasa.
Lalu sang kakak yang tak lagi bersamanya sebab telah menemukan kehidupan yang baru, membangun keluarga kecilnya. Si bungsu pun merasa kehilangan kakak yang sangat dicintainya.
Seiring berjalannya waktu, tawa dan bahagia si bungsu mulai pudar perlahan-lahan karena dihantam oleh kenyataan pahit yang sebenarnya ia tak mau alami, yang sebenarnya ia tak mau rasakan, yang sebenarnya hal tersebut sangatlah menyakitkan buat ia.
Yang dulu menangis dengan sangat kencang, sekarang ia menangis dalam diam tak ada satu orang pun yang mengetahuinya bahkan orang tuanya pun.
Ia lupa cara untuk tertawa dan bahagia dengan tulus, ia bahkan lupa bagaimana caranya tersenyum dengan tulus.
Ingatan tentang bahagia masa kecil membuat sakit hati tersendiri bagi dirinya.
Sebenarnya, tanpa orang lain ketahui banyak sekali kekhawatiran yang melekat di hati anak bungsu, banyak sekali hal terburuk yang di pikirkan anak bungsu padahal hal tersebut belum tentu terjadi. Tapi sebisa mungkin si bungsu tentang tertawa dan bahagia walau dipaksakan.
Untuk kalian yang juga anak bungsu, semangat ya untuk menjalani hari-hari dikehidupan ini.Maaf, kali ini aku menulis bukan tentang cinta-cintaan.
Ini hanya curhatan anak bungsu yang tidak tau mau bercerita dengan siapa dan bercerita bagaimana.
Terima kasih telah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU
PoesíaTentang 'Rindu' yang tak pernah terungkap tentang perasaan yang tak pernah terungkap 'RINDU' Iya 'RINDU' adalah KAMU >Selamat membaca<