Homicide

1K 120 153
                                    

Sehun's POV

Oh Sehun, itu namaku. Hidupku? Datang dari keluarga kaya raya yang tidak terlalu ingin terlalu disorot kehidupannya. Keluargaku sangat unik, yaitu cara mendidiknya yang benar-benar ekstrim dan mungkin menurut orangtua-orangtua lain di luar sana sangatlah berbahaya dan tak layak untuk dipraktekkan.

Kalian ingin tahu? Hari senin, orangtuaku mengajariku bermain piano, biola dan berbagai alat musik lainnya. Hari selasa, aku diajak untung bermain catur melawan ayahku, yang meskipun aku tahu bahwa aku telah yang akan keluar sebagai pemenang. Kemudian, pada selasa sore, ibu akan mengajakku berjalan-jalan di taman belakang yang akan tiba-tiba berubah menjadi pertarungan sengit antara aku dan ibuku.

Ibuku sangat pandai dalam beberapa seni bela diri. Ia orang yang misterius serta bertindak sesuka hati. Ia selalu mengatakan bahwa ini adalah bentuk antisipasi agar aku selalu waspada, dan berakhir sakit pinggang dibanting oleh ibuku ke atas tanah. Benar-benar atlet judo yang sesungguhnya.

Hari rabu, adalah waktunya literasi. Ada sangat banyak buku-buku di perpustakaan pribadi milik ayahku dan akupun belajar banyak darinya. Buku National Geographic menjadi kesukaanku dibandingkan dengan novel-novel romansa picisan yang sudah ramai alurnya dipergunakan serta membosankan.

Hari kamis... sebentar, coba kuingat. Ah! Berkuda dan bermain polo, itu sangat mengasyikkan. Ayah bilang jika aku sudah berusia 16 tahun, beliau akan mengajariku cara menembak sambil berkuda.

Hari jumat, hari yang paling ku tunggu-tunggu. Itu adalah hari aku keluar dan mengeksplorasi maze besar mansion ini, menggambar sketsa beberapa flora ataupun fauna yang aku temui. I created my own encyclopedia!

Hari sabtu dan minggu adalah hari istirahatku, namun juga tidak bisa dikatakan istirahat karena setiap hari sabtu dan minggu, kedua orangtuaku akan memberikanku secarik kertas yang berisi banyak teka-teki yang harus aku selesaikan.

Aku tidak bersekolah, meskipun datang dari keluarga kaya, ayah dan ibuku tak pernah dan mungkin tak tertarik untuk memberikanku edukasi formal. Kata mereka, pendidikkan yang diajarkan sekolah hanya bentuk formalitas dan monoton. Daripada fokus melakukan dan mengerjakan sesuatu yang mungkin tak semua kau suka, dan ujung-ujungnya malah bersaing dengan tidak sehat, lebih baik seperti ini.

Satu lagi, jangan mengira karena aku tidak bersekolah berarti aku bodoh. Aku pandai dalam aljabar, logaritma, geofisika, kimia, biologi, astronomi, geologi, dll.

Semua aku pelajari dari buku yang aku beli di pusat perbelanjaan di pusat kota.

Jangan mengira hanya karena aku tidak bersekolah, ayah dan ibuku seolah-olah menyekapku dan menjadikanku boneka antik mereka yang harus selalu terpajang di rumah. Hidupku tidak sesuram itu dan juga aku bersosialisasi.

Sehun's POV End

3rd person's POV

12 tahun berlalu begitu saja, Sehun telah tumbuh menjadi pemuda dengan paras cantik seperti ibunya dan dengan tinggi proporsional seperti ayahnya.

"Bibi Im!" Panggilnya, menelusuri koridor mansion mewah yang dihiasi oleh jendela-jendela mosaik bagaikan gereja Eropa.

"Bibi!!!" Teriaknya dengan suara yang lebih kencang dengan tangan yang memegangi perutnya. Ia tampak sudah sangat lapar akan tetapi, masih terus mencari keberadaan asisten rumah tangga senior di mansion ini.

Sehun bisa saja meminta asisten rumah tangga lainnya untuk memasak, hanya saja, ia lebih suka masakan yang dihidangkan oleh Bibi Im.

"Bib—" Sehun terperanjat ketika membuka pintu kamar milik Bibi Im dan menemukan sesuatu yang menggantung.

Dumb GeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang